Skip to main content

Full text of "Sang Pemimpi"

See other formats


Andrea Hirata - Sang Pemimpi 




-[ Hamalan 1 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Karya Andrea Hirata 

Cetakan Pertama, Juli 2006 

Penyunting: Imam Risdiyanto 

Desain dan ilustrasi sampul: Andreas Kusumahadi 

Pemeriksa aksara: Yayan R.H. 

Penata aksara: lyan Wb. 

Diterbitkan oleh Penerbit Bentang 

Anggota IKAPI 

(PT Bentang Pustaka] 

Jin. Pandega Padma 19, Yogyakarta 55284 

Telp. (0274} 517373 - Faks. (0274} 541441 

E-mail: bentangpustaka@yahoo.com 

Perpustakaan Nasional: 

Katalog Dalam Terbitan (KDT} 

Sang pemimpi/Andrea Hirata; penyunting, Imam Risdiyanto. 

Hirata, Andrea 

Yogyakarta : Bentang, 
x + 292 him; 20,5 cm 

ISBN 979-3062-92-4 

I. Judul. 
2006. 

II. Imam Risdiyanto. 
813 

Didistribusikan oleh: 

Mizan Media Utama 

Jin. Cinambo (Cisaranten Wetan} No. 146 

Ujungberung, Bandung 40294 

Telp. (022} 7815500 - Faks. (022} 7802288 

E-mail: mizanmu@bdg.centrin.net.id a 



-[ Hamalan 2 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 1 
What a Wonderful World 

Daftar Isi Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang 
dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik. Menggelegak sebab lahar meluap- 
luap di bawahnya. Lalu membubung di atasnya, langit terbelah dua. Di satu 
bagian langit, matahari rendah memantulkan uap lengket yang terjebak 
ditudungi cendawan gelap gulita, menjerang pesisir sejak pagi. Sedangkan 
di belahan yang lain, semburan ultraviolet menari-nari di atas permukaan 
laut yang bisu bertapis minyak, jingga serupa kaca-kaca gereja, 
mengelilingi dermaga yang menjulur ke laut seperti reign of fire, lingkaran 
api. Dan di sini, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang asing, 
aku terkurung, terperangkap, mati kutu. 

Aku gugup. Jantungku berayun-ayun seumpama punchbag yang dihantam 
beruntun seorang petinju. Berjingkat-jingkat di balik tumpukan peti es, 
kedua kakiku tak teguh, gemetar. Bau ikan busuk yang merebak dari peti- 
peti amis, di ruangan yang asing ini, sirna dikalahkan rasa takut. 

Jimbron yang tambun dan invalid kakinya panjang sebelah terengah-engah 
di belakangku. Wajahnya pias. Dahinya yang kukuh basah oleh keringat, 
berkilat-kilat. Di sampingnya, Arai, biang keladi seluruh kejadian ini, lebih 
menyedihkan. Sudah dua kali ia muntah. la lebih menyedihkan dari si 
invalid itu. Dalam situasi apapun, Arai selalu menyedihkan. Kami bertiga 
baru saja berlari semburat, pontang-panting lupa diri karena dikejar-kejar 
seorang tokoh paling antagonis. Samar-samar, lalu semakin jelas, suara 
langkah sepatu terhunjam geram di atas jalan setapak yang ditaburi 
kerang-kerang halus. Kami mengendap. Tersengal Arai memberi saran. 
Seperti biasa, pasti saran yang menjengkelkan. "Ikal.... Aku tak kuat 
lagihhh.... Habis sudah napasku.... Kalian lihat para-para itu...?" 
Aku menoleh cepat. Dua puluh meter di depan sana teronggok reyot pabrik 
cincau dan para-para jemuran daun cincau. Cokelat dan doyong. Di 
berandanya, dahan-dahan bantan merunduk kuyu menekuri nasib anak- 
anak nelayan yang terpaksa bekerja . Salah satunya aku kenal : Laksmi . 
Seperti laut, mereka diam . Dangdut India dari kaset yang terlalu sering 
diputar meliuk-liuk pilu dari pabrik itu. 

"Lompati para-para itu, menyelinap ke warung A Lung, dan membaur di 
anta a para pembeli tahu, aman ...." 

Aku meliriknya kejam. Mendengar ocehannya, ingin rasanya aku 

mencongkel gembok peti es untuk melempar kepalanya. 

"Hebat sekali teorimu, Rai! Tak masuk akal sama sekali! Jimbron mau kau 



-[ Hamalan 3 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



apakan??!!" 

Jimbron yang penakut memohon putus asa. 
"Aku tak bisa melompat, Kal...." 

Lebih tak masuk akal lagi karena aku tahu di balik para-para itu berdiri 
rumah turunan prajurit Hupo, Tionghoa tulen yang menjadi paranoid 
karena riwayat perang saudara. Ratusan tahun mereka menanggungkan 
sakit hati sebab kalah bertikai. Dulu, bersama Cina Kuncit, mereka jadi 
antek Kumpeni, ganas menindas orang-orang Kek. Kini dimusuhi bangsa 
sendiri, dikhianati Belanda, dan dijauhi orang Melayu membuat mereka 
selalu curiga pada siapa pun. Tak segan mereka melepaskan anjing untuk 
mengejar orang yang tak dikenal. Aku hafal lingkungan ini karena 
sebenarnya aku, Jimbron, dan Arai tinggal di salah satu los di pasar kumuh 
ini. Untuk menyokong keluarga, sudah dua tahun kami menjadi kuli 
ngambat tukang pikul ikan di dermaga. Semuanya memang serba tidak 
masuk akal. Bagaimana mungkin hanya karena urusan sekolah kami bisa 
terperangkap di gudang peti es ini. Aku mengawasi sekeliling. Pancaran 
matahari menikam lubang-lubang dinding papan seperti batangan baja 
stainless, menciptakan pedang cahaya, putih berkilauan, tak terbendung 
melesat-lesat menerobos sudut-sudut gelap yang pengap. Aku mengintip 
keluar, 15 Agustus 1988 hari ini, musim hujan baru mulai. Mendung 
menutup separuh langit. Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak 
berhenti sampai jauh malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di 
Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan. 

Semuanya gara-gara Arai. Kureka perbendaharaan kata kasar orang 
Melayu untuk melabraknya. Tapi lamat-lamat berderak mendekat suara 
sepatu pantofel. Aku mundur, tegang dan hening, keheningan beraroma 
mara bahaya. Arai menampakkan gejala yang selalu ia alami jika 
ketakutan: tubuhnya menggigil, giginya gemeletuk, dan napasnya 
mendengus satu-satu. Bayangan tiga orang pria berkelebat, memutus sinar 
stainless tadi dan sekarang pemisah kami dengan nasib buruk hanya 
beberapa keping papan tipis. Ketiga bayangan itu merapat ke dinding, 
dekat sekali sehingga tercium olehku bau keringat seorang pria kurus 
tinggi bersafari abu-abu. Ketika ia berbalik, aku membaca nama pada 
emblem hitam murahan yang tersemat di dadanya: MUSTAR M. DJAI'DIN, 
B.A. 

Aku tercekat menahan napas. Sebelah punggungku basah oleh keringat 
dingin. Dialah tokoh antagonis itu. Wakil kepala SMA kami yang frustrasi 
berat. Ia Westerling berwajah tirus manis. Bibirnya tipis, kulitnya putih. 
Namun, alisnya lebat menakutkan. Sorot matanya dan gerak-geriknya 
sedingin es. Berada dekat dengannya, aku seperti terembus suatu 



-[ Hamalan 4 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



pengaruh yang jahat, seperti pengaruh yang timbul dari sepucuk senjata. 
Pak Mustar menyandang semua julukan seram yang berhubungan dengan 
tata cara lama yang keras dalam penegakan disiplin. la guru biologi, 
Darwinian tulen, karena itu ia sama sekali tidak toleran. Lebih dari gelar 
B.A. itu ia adalah suhu tertinggi perguruan silat tradisional Melayu Macan 
Akar yang ditakuti. 
"Berrrrandalll!!" 

Ia menekan dengan gusar hardikan khasnya, menjilat telunjuknya, dan 
menggosok-gosokkan telunjuk itu untuk membersihkan emblem namanya 
yang berdebu. Aku melepaskan napas yang tertahan ketika ia 
membalikkan tubuh. 

Sebenarnya Pak Mustar adalah orang penting. Tanpa dia, kampung kami 
tak 'kan pernah punya SMA. la salah satu perintisnya. Akhirnya, kampung 
kami memiliki Sebuah SMA, sebuah SMA Negeri! Bukan main! Dulu kami 
harus sekolah SMA ke Tanjong Pandan, 120 kilometer jauhnya. Sungguh 
hebat SMA kami itu, sebuah SMA Negeri! Benar-benar bukan main! Namun, 
Pak Mustar berubah menjadi monster karena justru anak lelaki satu- 
satunya tak diterima di SMA Negeri itu. Bayangkan, anaknya ditolak di 
SMA yang susah payah diusahakannya, sebab NEM anak manja itu kurang 
0,25 dari batas minimal. Bayangkan lagi, 0,25! Syaratnya 42, NEM anaknya 
hanya 41,75. 

Setelah empat puluh tahun bumi pertiwi merdeka akhirnya Belitong 
Timur, pulau timah yang kaya raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri. 
Bukan main. SMA ini segera menjadi menara gading takhta tertinggi 
intelektualitas di pesisir timur, maka ia mengandung makna dari setiap 
syair lagu "Godeamus Igitur" yang ketika mendengarnya, sembari 
memakai toga, bisa membuat orang merasa IQ-nya meningkat drastis 
beberapa digit. 

Pemotongan pita peresmian SMA ini adalah hari bersejarah bagi kami 
orang Melayu pedalaman, karena saat pita itu terkulai putus, terputus pula 
kami dari masa gelap gulita matematika integral atau tata cara membuat 
buku tabelaris hitung dagang yang dikhotbahkan di SMA. Tak perlu lagi 
menempuh 120 kilometer ke Tanjong Pandan hanya untuk tahu ilmu debet 
kredit itu. Karena itu berbondong-bondonglah orang Melayu, Tionghoa, 
Sawang, dan orang-orang pulau berkerudung ingin menghirup candu ilmu 
di SMA itu. Tapi tak segampang itu. Seorang laki-laki muda nan putih 
kulitnya, elok parasnya, Drs. Julian Ichsan Balia, sang Kepala Sekolah, yang 
juga seorang guru kesusastraan bermutu tinggi, di hari pendaftaran 
memberi mereka pelajaran paling dasar tentang budi pekerti akademika. 
"... Ngai mau sumbang kapur, jam dinding, pagar, tiang bender a ...," rayu 



-[ Hamalan 5 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



seorang tauke berbisik agar anaknya yang ber-NEM 28 dan sampai tamat 

SMP tak tahu ibu kota provinsinya sendiri Sumsel, mendapat kursi di SMA 

Bukan Main. 

"Aha! Tawaran yang menggiurkan!!" Pak Balia meninggikan suaranya, 

sengaja mempermalukan tauke itu di tengah majelis. "Seperti Nicholas 

Beaurain digoda 

berbuat dosa di bawah pohon?! Kau tahu 'kan kisah itu? 'Gairah Cinta di 

Hutan'? Guy de Maupassant?" 

Sang tauke tersipu. Dia hanya paham sastra sempoa. Senyumnya tak enak. 

"Bijaksana kalau kausumbangkan jam dindingmu itu ke kantor 

pemerintah, agar abdi negara di sana tak bertamasya ke warung kopi 

waktu jam dinas! Bagaimana pendapatmu?" 

Kapitalis itu meliuk-liuk pergi seperti dedemit dimarahi raja hantu. Dan 

saat itulah Pak Mustar, sang jawara yang temperamental, tak kuasa 

menahan dirinya. Tanpa memedulikan situasi, di depan orang banyak ia 

memprotes Pak Balia, atasannya sendiri. 

"Tak pantas kita berdebat di depan para orangtua murid. Bicaralah baik- 

baik ...," bujuk Pak Balia. 

Pak Mustar yang merasa memiliki SMA itu menatapnya dari atas ke bawah, 

artinya kurang lebih, "... Sok idealis. Anak muda bau kencur, tahu apa ...." 

Benar saja. 

"Saya berani bertaruh, angka 0,25 tidak akan membedakan kualifikasi 

anak saya dibanding anak-anak lain yang diterima, apalah artinya angka 

0,25 itu?!" 

Anak saya, kata-kata yang ditindas kuat oleh Pak Mustar. Semua keluarga, 

dari suku mana pun, menyayangi anak. Namun, anak lelaki bagi orang 

Melayu lebih dari segala-galanya, sang rembulan, permata hati. Ayahku, 

yang mengantarku saat pendaftaran itu, berusaha membekap telingaku 

dan telinga Arai, anak angkat keluarga kami, agar tak mendengar 

pertengkaran yang sungguh tak patut ini. Tapi aku mengelak. Maka 

kudengar jelas argumen cerdas Pak Balia, "0,25 itu berarti segala-galanya, 

Pak. Angka kecil seperempat itu adalah simbol yang menyatakan lembaga 

ini sama sekali tidak menoleransi persekongkolan!!" 

Tersinggung berat, Pak Mustar muntab dan sertamerta memprovokasi, 
"Bagaimana para orangtua?? Setuju dengan pendapat itu?!" la petantang- 
petenteng hilir mudik sambil bertelekan pinggang. 
"Tanpa saya SMA ini tak 'kan pernah berdiri!! Saya babat alas di sini!!" 
Pak Balia, memang masih belia, tapi ia pengibar panji ahlakul karimah. 
Integritasnya tak tercela. Ia seorang bumiputra, amtenar pintar lulusan 
IKIP Bandung. Baginya ini sudah keterlaluan, merongrong wibawa institusi 
pendidikan! Guru muda ganteng ini jadi emosi. 



-[ Hamalan 6 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Tak ada pengecualian!! Tak ada kompromi, tak ada katebelece, dan tak 

ada akses istimewa untuk mengkhianati aturan. Inilah yang terjadi dengan 

bangsa ini, 

terlalu banyak kongkalikong!!" 

Dada Pak Mustar turun naik menahan marah tapi Pak Balia telanjur 

jengkel. 

"Seharusnya Bapak bisa melihat tidak diterimanya anak Bapak sebagai 

peluang untuk menunjukkan pada khalayak bahwa kita konsisten 

mengelola sekolah ini. NEM minimal 42, titik!! Tak bisa ditawar-tawar!!" 

Pidato itu disambut tepuk tangan para orangtua. Jika wakil rakyat 

berwatak seperti Pak Balia, maka republik ini tak 'kan pernah berkenalan 

dengan istilah studi banding. Namun, akibatnya fatal. Setelah kejadian itu, 

Pak Mustar berubah menjadi seorang guru bertangan besi. Beliau 

menumpahkan kekesalannya kepada para siswa yang diterima. 

"Disiplin yang keras!! Itulah yang diperlukan anak-anak muda Melayu 

zaman sekarang." Demikian jargon pamungkas yang bertalu-talu 

digaungkannya. 

la juga selalu terinspirasi kata-kata mutiara Deng Xio Ping yang menjadi 

pedoman tindakan represif tentara pada mahasiswa di Lapangan 

Tiannanmen, "Masalah-masalah orang muda seperti akar rumput yang 

kusut. Jika dibiarkan, pasti berlarut-larut. Harus cepat diselesaikan dengan 

gunting yang tajam!!" 

Senin pagi ini kuanggap hari yang sial. Setengah jam sebelum jam masuk, 

Pak Mustar mengunci pagar sekolah. Beliau berdiri di podium menjadi 

inspektur apel rutin. Celakanya banyak siswa yang terlambat, termasuk 

aku, Jimbron, dan Arai. Lebih celaka lagi beberapa siswa yang terlambat 

justru mengejek Pak Mustar. Dengan sengaja, mereka meniru-nirukan 

pidatonya. Pemimpin para siswa yang berkelakuan seperti monyet sirkus 

itu tak lain Arai!! 

Pak Mustar ngamuk. la meloncat dari podium dan mengajak dua orang 

penjaga sekolah mengejar kami. Saat itu aku dan Jimbron sedang duduk 

penuh gaya di atas sepeda jengkinya yang butut. Sekelompok siswi kelas 

satu yang juga terlambat nongkrong berderet-deret. Hanya aku dan 

Jimbron pejantan di sana. 

"Kesempatan baik, Bron!!" aku girang, celingukan kiri kanan. 

"Tak ada kompetisi!!" 

Wajah Jimbron yang bulat jenaka merona-rona seperti buah mentega. 

"Mmhhh ... mmhhaa ... mainkan, Kal!!" 

Tak membuang tempo, segera kami keluarkan segenap daya pesona yang 

kami miliki secara habis-habisan untuk menarik perhatian putri-putri kecil 

semenanjung itu. Jimbron membunyikan kliningan sepedanya dan 



-[ Hamalan 7 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



menyiul-nyiulkan lagu sumbang yang tak jelas. Sedangkan aku, sebagai 
siswa SMA yang cukup kreatif, telah lama memiliki taktik khusus untuk 
situasi semacam ini, yaitu mengaduk kepalaku dengan minyak 
hijau ajaib Tancho yang selalu ada dalam tasku, menyisir seluruh 
rambutku ke belakang, lalu dengan tangan dan tenaga penuh menariknya 
kembali. Maka muncullah 

bongkahan jambul berbinar-binar. Dan inilah puncak muslihat anak 
Melayu kampung: di dekat para siswi tadi, aku berpura-pura menunduk 
untuk membetulkan tali sepatu, yang sebenarnya tidak apa-apa, sehingga 
ketika bangkit aku mendapat kesempatan menyibakkan jambulku seperti 
gaya pembantu membilas cucian. Ah, elegan, elegan sekali. Sangat Melayu! 

Sayangnya, gadis-gadis kecil itu rupanya telah dikaruniai Sang Maha 
Pencipta semacam penglihatan yang mampu menembus tulang-belulang, 
sehingga bagi mereka tubuhku transparan. Aku ada di sana, hilir mudik 
pasang aksi seperti bebek, tapi mereka tak melihatku, sebab tak seorang 
pun ingin memedulikan laki-laki yang berbau seperti ikan pari. Dan 
bukannya mendapat simpati, ketika melakukan gerakan mengayun jambul 
dengan sedikit putaran manis setengah lingkaran seperti aksi Jailhouse 
Rock Elvis Presley, aku malah terperanjat tak alang kepalang karena para 
siswi di depanku menjerit-jerit histeris. Mereka menatap sesuatu di 
belakangku seperti melihat kuntilanak. 

Tak sempat kusadari, secepat terkaman macan akar, secara amat 
mendadak, Pak Mustar telah berdiri di sampingku. Wajahnya yang dingin 
putih menyeringai kejam. Aku menjejalkan pijakan langkahku untuk 
melompat tapi terlambat. Pak Mustar merenggut kerah bajuku, 
menyentakku dengan keras hingga seluruh kancing bajuku putus. Kancing- 
kancing itu berhamburan ke udara, berjatuhan gemerincing. Aku meronta- 
ronta dalam genggamannya, menggelinjang, dan terlepas! 
Lalu wuttthhhh!!! Hanya seinci dari telingaku, Pak Mustar menampar angin 
sebab aku merunduk. Aku berbalik, mencuri momentum dengan 
menumpukan seluruh tenaga pada tunjangan kaki kanan dan sedetik 
kemudian aku melesat kabur. 
"Berrrandallllll!!!" 

Suara Pak Mustar membahana. la serta-merta mengejarku dan berusaha 
menjambak rambutku dengan tangan cakar macannya. Kedua penjaga 
sekolah tergopoh-gopoh menyusulnya. Segerombolan siswa, termasuk 
Arai dan Jimbron, semburat berhamburan ke berbagai arah. Dan yang 
paling sial adalah aku, selalu aku! Pak Mustar jelas-jelas hanya menyasar 
aku. Suara peluit penjaga sekolah meraung-raung menerorku. 
Pritt!! Prriiiiiitttt... priiiiiiiiiittttt!! 
Aku berlari kencang menyusuri terali sekolah. Pengejarku juga sial karena 



-[ Hamalan 8 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



aku adalah sprinter SMA Bukan Main. Seluruh siswa berhamburan menuju 

pagar, riuh menyemangatiku karena mereka membenci Pak Mustar. 

Seumur-umur aku tak pernah diperhatikan seorang pun putri 

semenanjung, namun kini gadis-gadis manis Melayu itu, yang tadi tak 

sedikit pun mengacuhkan aku, melolong-lolong mendukungku. 

"Ikal!! Ikal!! Ayo!! Ikal, lari!! Lariiiiiiii...!!" 

Tenagaku terbakar. Kulirik sejenak jejeran panjang tak putus-putus pagar 

nan ayu, ratusan jumlahnya, berteriak-teriak histeris membelaku, hanya 

membelaku sendiri, sebagian melonjak-lonjak, yang lainnya membekap 

dada, khawatir jagoannya ditangkap garong. 

"Lari!! Lari Kal!! Lari, Sayang ...." 

Oh, aku melambung tinggi, tinggi sekali. Setiap langkahku terasa ringan 

laksana loncatan-loncatan anggun antelop Tibet. Walau gemetar ketakutan 

tapi aku melesat sambil tersenyum penuh arti. Bajuku yang tak berkancing 

berkibar-kibar seperti jubah Zorro. Aku merasa tampan, merasa menjadi 

pahlawan. Dan yang terpentine dalam kepanikan itu, sempat kutarik 

pelajaran moral nomor tujuh: Ternyata rahasia menarik perhatian seorang 

gadis adalah kita harus menjadi pelari yang gesit. 

Aku menyeberangi jalan dan berlari kencang ke utara, memasuki gerbang 

pasar pagi. Pak Mustar bernafsu menangkapku, jaraknya semakin dekat. 

Aku ketakutan dan tergesa-gesa meloncati palang besi parkir sepeda. 

Celaka! Salah satu sepeda tersenggol. Lalu tukang parkir terpana melihat 

ratusan sepeda yang telah dirapikannya susah payah, rebah satu per satu 

seperti permainan mendirikan kartu domino, menimbulkan kegaduhan 

yang luar biasa di pasar pagi. Aku terjerembap, bangkit, dan pontang- 

panting kabur. 

Kejar-kejaran semakin seru saat aku melintasi pelataran dengan pilar-pilar 

menjulang yang dipenuhi pedagang kaki lima. Aku melesat meliuk-liuk di 

antara gerobak sayur dan ratusan pembeli. Pak Mustar dan komplotannya 

lekat di belakangku. Suara peluit menjerit-jerit. Orang-orang berteriak 

gaduh. Aku berbelok tajam ke gang permukiman Kek yang panjang, berlari 

sekencang-kencangnya hingga mencapai akselerasi sempurna. Pak Mustar 

ketinggalan di belakangku, semakin lama semakin jauh. Sebenarnya aku 

dapat lolos jika tak memedulikan panggilan sial ini, "Ikal!! ... Ikal!!" 

Aku berbalik dan tepat di sana, lima belas meter dariku, baru saja berbelok 

dari sebuah mulut gang, Jimbron dan Arai terengah-engah saling 

berpegangan. Jika berlari, Jimbron yang invalid harus dibopong. Mereka 

yang tadi semburat tak menyadari arah pelariannya melintasi jalur 

perburuan Pak Mustar. 

"Ikal... tolong, Kal.... Tolong ...." 

Aku terkesiap, kasihan, dan kesal. 

"Biang keladi! Cukup sudah aku dengan tabiatmu, Rai. Lihat! Macan itu 



-[ Hamalan 9 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



akan menerkammu!!" 

Melihat sasaran nomplok tiba-tiba muncul di depannya, Pak Mustar 
sumringah dan kembali bernafsu memburu kami. Jimbron dan Arai 
terseok-seok tak berdaya. Aku ingin menyelamatkan Jimbron walaupun 
benci setengah mati pada Arai. Aku dan Arai menopang Jimbron dan 
beruntung kami berada dalam labirin gang yang membingungkan. Kami 
menyelinap, hingga akhirnya di gudang peti es inilah kami terperangkap. 

Pak Mustar dan kedua penjaga sekolah mondar-mandir di luar tanpa 
menyadari kami ada di dalam gudang peti es. Tatapanku lekat pada setiap 
gerakan kecil Pak Mustar. Seakan dapat kurasakan setiap tarikan 
napasnya. Aku memiliki gambaran jelas tentang karakter orang seperti Pak 
Mustar. Pria-pria berwajah manis dan kekejaman mereka yang tak 
terbayangkan. Aku pernah mengunjungi uwakku yang menjadi sipir di 
penjara Karimun. Di penjara itu kulihat pesakitan yang sangar, sok jago, 
dekil, omong besar, dan bertato di sana sini berada di blok A, dikurung 
beramai-ramai seperti ayam karena mereka tak lebih dari pencuri ayam 
atau tukang nyolong jemuran. Namun, mereka yang sampai hati 
merampok TKW atau membunuh tanpa melepaskan rokok di mulutnya, 
berada di blok B, sel isolasi. 

Penghuni blok B adalah pria-pria kecil yang rapi, pintar, bersih, santun 
lisannya, dan manis sekali senyumnya. Sejarah menunjukkan bahwa 
Alexander Agung yang membakar ribuan wanita dan anak-anak, Cortez 
yang membantai orang Indian sampai menggenangkan darah setinggi 
lutut, semua penjagal yang disebut legenda itu tak lain adalah pria-pria 
tampan berwajah manis. Maka berurusan dengan Pak Mustar aku 
menyadari bahwa kami sedang berada dalam situasi yang tak dapat 
diduga. 

Tapi aku tak tahan di kandang mendidih berbau amis ini. Pun aku tak 
melihat celah untuk lolos. Aku menunggu keajaiban sebelum menyerahkan 
diri. Dan ia tak datang, harapanku habis. Aku berjalan menuju pintu 
gudang diikuti Jimbron yang terpincang-pincang. 

Tapi tiba-tiba kami terperanjat karena dentuman knalpot vespa Lambretta. 
Dan kami panik tak dapat menguasai diri. Benar-benar sial berlipat-lipat 
sebab penunggang vespa itu adalah Nyonya Lam Nyet Pho, turunan 
prajurit Hupo, semacam capo, ketua preman pasar ikan. Ia pemilik gudang 
ini dan penguasa 16 perahu motor. Anak buahnya ratusan pria bersarung 
yang hidup di perahu dan tak pernah melepaskan badik dari pinggangnya. 
Beperkara dengan nyonya ini urusan bisa runyam. Karena kami telah 
menyelinap dalam gudangnya, pasti ia akan menuduh kami mencuri. 
Nyonya Pho bertubuh tinggi besar. Rambutnya tebal, disemir hitam pekat 
dan kaku seperti sikat. Alisnya seperti kucing tandang. Bahunya tegap, 



-[Hamalanl0daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



dadanya tinggi, dan raut mukanya seperti orang terkejut. Sesuai tradisi 

Hupo, ia bertato, lukisan naga menjalar dari punggung sampai ke bawah 

telinga, bersurai-surai dengan tinta Cina. Bengis, tega, sok kuasa, dan tak 

mau kalah tersirat jelas dari matanya. Lima orang pembantu setia Nyonya 

Pho Parmin, Marmo, Paijo, Tarji, dan Nasio membuka pintu gudang. Gagal 

menjadi petani jagung, para transmigran ini bermetamorfosis jadi kuli 

serabutan. Mesin Lambretta dimatikan dan aku diserang kesenyapan yang 

menggiriskan. Jimbron memeluk kedua kakinya dan mulai terisak-isak. 

Tubuhku merosot lemas. Nasib kami di ujung tanduk. Namun dalam detik 

yang paling genting, aku terkejut sebab ada tangan mengguncang 

pundakku, tangan Arai. 

"Ikal!" bisiknya sambil melirik peti es. Aku paham maksudnya! Luar biasa 

dan sinting!! 

Itulah Arai dengan otaknya yang ganjil. Aku suspense. Otakku berputar 

cepat mengurai satu per satu perasaan cemas, ide yang memacu adrenalin, 

dan waktu yang sempit. Arai mencongkel gembok dan menyingkap tutup 

peti. Wajah kami seketika memerah saat bau amis yang mengendap lama 

menyeruak. Isi peti mirip remah-remah pembantaian makhluk bawah laut. 

Sempat terpikir olehku untuk mengurungkan rencana gila itu, tapi kami 

tak punya pilihan lain. 

"Ikal! Masuk duluan!" perintah Arai sok kuasa. 

Tatapanku berkilat mengancam Arai. Ingin sekali aku membenamkan 

kepalanya kemulut ikan hiu gergaji raksasa yang menganga di depanku. Itu 

penyiksaan karena berarti aku harus bersentuhan langsung dengan balok 

es di dasar peti dan menanggung beban tubuh Jimbron dan Arai. Berat 

Jimbron sendiri tak kurang dari 75 kilo. 

"Tak adil! Ini idemu Rai, kau masuk duluan!!" 

"Jangan banyak protes! Badanmu paling kecil. Kalau tak masuk duluan, 

Jimbron tak bisa masuk! !" 

Aku merasa in charge. Aku pemimpin pelarian ini, maka hanya aku yang 

berhak membuat perintah. 

"Tak sudi! Bagaimana pendapatmu, Bron?" 

Arai jengkel. "Ini bukan demokrasi! Atau kau mau berurusan dengan 

Capo?!" 

Aku melongok ke dasar peti. Aku tak sanggup. 

"Tak bisa, Rai! Bisa kudisan aku kena umpan busuk itu...." 

Arai menyeringai seperti jin kurang sajen. Habis sudah kesabarannya dan 

meledaklah serapah khasnya yang legendaris. 

"Kudisan?!! Kudisan katamu? Kau tak punya wewenang ilmiah untuk 

menentukan penyakit!!" 

"Masuk!!" 



-[ Hamalan 11 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Aku merasakan siksaan yang mengerikan ketika dua tubuh kuli ngambat 

dengan berat tak kurang dari 130 kilo menindihku. Tulang-tulangku 

melengkung. Jika bergeser, rasanya akan patah. Setiap tarikan napas perih 

menyayat-nyayat rusukku. Perutku ngilu seperti teriris karena diikat 

dinginnya sebatang balok es. Aku menggigit lenganku kuat-kuat menahan 

penderitaan. Bau anyir ikan busuk menusuk hidungku sampai ke ulu hati. 

Tatapan nanar bola mata mayat-mayat ikan kenangka yang terbelalak dan 

kelabu membuatku gugup. Nyonya Pho dan pembantunya memasuki 

gudang. 

"Min, Mo, angkut yang ini!" 

Peti itu miring kami tercekat tapi sama sekali tak terangkat. Pembantu 

Nyonya Pho mencoba berkali-kali, masih tak terangkat. Peti itu membatu 

seperti menhir keramat. Nyonya Pho kecewa berat. Di luar gudang Pak 

Mustar dan dua orang penjaga sekolah tadi tengah duduk merokok. Aku 

membayangkan sebuah kejadian janggal dan belum sempat kucerna 

firasatku, kejanggalan itu benar terjadi. Suara Nyonya Pho kembali 

menggelegar seperti pengkhotbah di puncak Bukit Golgota. 

"Bujang! Tolong sini! Angkat peti ini ke stanplat. Daripada kalian merokok 

saja di situ, aya ya ... tak berguna!" 

Sekarang delapan orang memikul peti dan peti meluncur menuju pasar 

pagi yang ramai. Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali 

obralan pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima. Klakson sepeda 

motor dan kliningan sepeda sahut-menyahut dengan jeritan mesin-mesin 

parut dan ketukan palu para tukang sol. Lenguh sapi yang digelandang ke 

pejagalan beradu nyaring dengan suara bising dari balon kecil yang 

dipencet penjual mainan anak-anak. Di punggungku kurasakan satu per 

satu detakan jantung Jimbron, lambat namun keras, gelisah dan 

mencekam. 

Berbeda dengan Arai. Waktu peti melewati para pengamen ia 

menjentikkan jemarinya mengikuti kerincing tamborin. Dan ia tersenyum. 

Aku mengerti bahwa baginya apa yang kami alami adalah sebuah 

petualangan yang asyik. la melirikku yang terjepit tak berdaya, senyumnya 

semakin girang. 

"Fantastik bukan?" pasti itu maksudnya. 

Aku merasa takjub dengan kepribadian Arai. Tatapanku menghujam bola 

matanya, menyusupi lensa, selaput jala, dan iris pupilnya, lalu tembus ke 

dalam lubuk hatinya, ingin kulihat dunia dari dalam jiwanya. 

Tiba-tiba aku merasa seakan berdiri di balik pintu, pada sebuah temaram 

dini hari, mengamati ayahku yang sedang duduk mendengarkan siaran 

radio BBC. Lalu lagu syahdu "What a Wonderful World" mengalir pelan. 

Seiring alunan lagu itu dari celah-celah peti kusaksikan pasar yang kumuh 

menjadi memesona. Anak-anak kecil Tionghoa yang membawa kado 



-[ Hamalan 12 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



melompat-lompat harmonis bermain tali dikelilingi gelembung-gelembung 
busa. Lalu-lalang kendaraan adalah serpihan-serpihan cahaya yang 
melesat-lesat menembus fatamorgana aurora. Burung-burung camar 
mematuki cumi yang berjuntai di lubang-lubang peti, terbang labuh. 
Sayap-sayap kumbang berkilauan terbias warna-warni dedaunan maranta. 
Demikian indahkah hidup dilihat dari mata Arai? Beginikah seorang 
pemimpi melihat dunia? 
"Brragghh!!!" 

Lamunanku terhempas di atas meja baru pualam putih yang panjang. 
Kudengar langkah para pengangkat peti bergegas pergi. Kami menunggu 
dengan tegang detik demi detik berikutnya. Jantungku berdetak satu 
persatu mengikuti derap langkah Nyonya Pho mendekati peti. Dan tibalah 
momen yang dramatis itu ketika Capo mengangkat tutup peti dan 
langsung, saat itu juga, ia menjerit sejadi-jadinya. Wajahnya yang memang 
sudah seperti orang terkejut membiru seperti anak kecil melihat hantu. 
Kami bertiga bangkit serentak tanpa ekspresi. 

Nyonya Pho ternganga dan bibirnya bergetar-getar. Cerutunya merosot 
dan jatuh tanpa daya di atas lantai stanplat yang becek. Kami tak sedikit 
pun memedulikannya. 

Ratusan pembeli ikan terperangah menyaksikan kami berbaris dengan 
tenang di atas meja pualam yang panjang: tak berbaju, berminyak-minyak, 
dan busuk belepotan udang rebon basi. Kami melenggang tenang dipimpin 
seorang laki-laki pemimpi yang hebat bukan main. Ketika kami melewati 
Nyonya Pho, ia terjajar hampir jatuh. Mukanya pias seakan ingin mati 
berdiri. Tangannya menunjuk-nunjuk kami. Mulutnya komat-kamit 
mengucapkan kata-kata seperti orang tercekik. 
"Ikkhhhh ... ikkhhh ... ikkha ... ikan duyung!!!" 



-[ Hamalan 13 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 2 
Simpai Keramat 

Arai adalah orang kebanyakan. Laki-laki seperti ini selalu bertengkar 
dengan tukang parkir sepeda, meributkan uang dua ratus perak. Orang 
seperti ini sering duduk di bangku panjang kantor pegadaian menunggu 
barangnya ditaksir. Barangnya itu dulang tembaga busuk kehijau-hijauan 
peninggalan neneknya. Kalau polisi menciduk gerombolan bromocorah 
pencuri kabel telepon, maka orang berwajah serupa Arai dinaikkan ke bak 
pick up, dibopong karena tulang keringnya dicuncung sepatu jatah kopral. 
Dan jika menonton TVRI, kita biasa melihat orang seperti Arai meloncat- 
loncat di belakang presiden agar tampak oleh kamera. 
Wajah Arai laksana patung muka yang dibuat mahasiswa-baru seni kriya 
yang baru pertama kali menjamah tanah liat, pencet sana, melendung sini. 
Lebih tepatnya, perabotan di wajahnya seperti hasil suntikan silikon dan 
mulai meleleh. Suaranya kering, serak, dan nyaring, persis vokalis 
mengambil nada falseto — mungkin karena kebanyakan menangis waktu 
kecil. Gerak-geriknya canggung serupa belalang sembah. Tapi matanya 
istimewa. Di situlah pusat gravitasi pesona Arai. Kedua bola matanya itu, 
sang jendela hati, adalah layar yang mempertontonkan jiwanya yang tak 
pernah kosong. 

Sesungguhnya, aku dan Arai masih bertalian darah. Neneknya adalah adik 
kandung kakekku dari pihak ibu. Namun sungguh malang nasibnya, waktu 
ia kelas satu SD, ibunya wafat saat melahirkan adiknya. Arai, baru enam 
tahun ketika itu, dan ayahnya, gemetar di samping jasad beku sang ibu 
yang memeluk erat bayi merah bersimbah darah. Anak-beranak itu 
meninggal bersamaan. Lalu Arai tinggal berdua dengan ayahnya. 
Kepedihan belum mau menjauhi Arai. Menginjak kelas tiga SD, ayahnya 
juga wafat. Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara. Ia kemudian dipungut 
keluarga kami. 

Aku teringat, beberapa hari setelah ayahnya meninggal, dengan 
menumpang truk kopra, aku dan ayahku menjemput Arai. Sore itu ia sudah 
menunggu kami di depan tangga gubuknya, berdiri sendirian di tengah 
belantara ladang tebu yang tak terurus. Anak kecil itu mengapit di 
ketiaknya karung kecampang berisi beberapa potong pakaian, sajadah, 
gayung tempurung kelapa, mainan buatannya sendiri, dan bingkai plastik 
murahan berisi foto hitam putih ayah dan ibunya ketika pengantin baru. 
Sebatang potlot yang kumal ia selipkan di daun telinganya, penggaris kayu 
yang sudah patah disisipkan di pinggangnya. Tangan kirinya 
menggenggam beberapa lembar buku tak bersampul. Celana dan bajunya 
dari kain belacu lusuh dengan kancing tak lengkap. Itulah seluruh harta 
bendanya. Sudah berjam-jam ia menunggu kami. 



-[ Hamalan 14 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Tampak jelas wajah cemasnya menjadi lega ketika melihat kami. Aku 
membantu membawa buku-bukunya dan kami meninggalkan gubuk 
berdinding lelak beratap daun itu dengan membiarkan pintu dan jendela- 
jendelanya terbuka karena dipastikan tak 'kan ada siapa-siapa untuk 
mengambil apa pun. Laksana terumbu karang yang menjadi rumah ikan di 
dasar laut, gubuk itu akan segera menjadi sarang luak, atapnya akan 
menjadi lumbung telur burung kinantan, dan tiang-tiangnya akan menjadi 
istana liang kumbang. 

Kami menelusuri jalan setapak menerobos gulma yang lebih tinggi dari 
kami. Kerasak tumpah ruah merubung jalan itu. Arai menengok ke 
belakang untuk melihat gubuknya terakhir kali. Ekspresinya datar. Lalu ia 
berbalik cepat dan melangkah dengan tegap. Anak sekecil itu telah belajar 
menguatkan dirinya. Ayahku berlinangan air mata. Dipeluknya pundak 
Arai erat-erat. Di perjalanan aku tak banyak bicara karena hatiku ngilu 
mengenangkan nasib malang yang menimpa se-pupu jauhku ini. Ayahku 
duduk di atas tumpukan kopra, memalingkan wajahnya, tak sampai hati 
memandang Arai. Aku dan Arai duduk berdampingan di pojok bak truk 
yang terbanting-banting di atas jalan sepi berbatu-batu. Kami hanya diam. 
Arai adalah sebatang pohon kara di tengah padang karena hanya tinggal ia 
sendiri dari satu garis keturunan keluarganya. Ayah ibunya merupakan 
anak-anak tunggal dan kakek neneknya dari kedua pihak orangtuanya juga 
telah tiada. Orang Melayu memberi julukan Simpai Keramat untuk orang 
terakhir yang tersisa dari suatu klan. 

Aku mengamati Arai. Kelihatan jelas kesusahan telah menderanya 
sepanjang hidup. Ia seusia denganku tapi tampak lebih dewasa. Sinar 
matanya jernih, polos sekali. Lalu tak dapat kutahankan air mataku 
mengalir. Aku tak dapat mengerti bagaimana anak semuda itu 
menanggungkan cobaan demikian berat sebagai Simpai Keramat. Arai 
mendekatiku lalu menghapus air mataku dengan lengan bajunya yang 
kumal. Tindakan itu membuat air mataku mengalir semakin deras. Sempat 
kulirik ayahku yang mencuri-curi pandang kepada kami, wajah beliau 
sembap dan matanya semerah buah saga. Melihatku pilu, kupikir Arai akan 
terharu tapi ia malah tersenyum dan pelan-pelan ia merogohkan 
tangannya ke dalam kacung kecampangnya. Air mukanya memberi kesan 
ia memiliki sebuah benda ajaib nan rahasia. 
"Ikal, lihatlah ini!!" bujuknya. 

Dari dalam karung, ia mengeluarkan sebuah benda mainan yang aneh. Aku 
melirik benda itu dan aku semakin pedih membayangkan ia membuat 
mainan itu sendirian, memainkannya juga sendirian di tengah-tengah 
ladang tebu. Aku tersedu sedan. 
Tapi bagaimanapun perih aku tertarik. Mainan itu semacam gasing yang 



-[ Hamalan 15 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



dibuat dari potongan-potongan lidi aren dan di ujung lidi-lidi itu 
ditancapkan beberapa butir buah kenari tua yang telah dilubangi. Sepintas 
bentuknya sepertii helikopter. Jalinan lidi pada mainan itu agaknya 
mengandung konstruksi mekanis. Aku tergoda melihat Arai memutar- 
mutar benda itu setengah lingkaran untuk mengambil ancang-ancang. 
Setelah beberapa kali putaran, sebatang lidi besar yang menjadi tuas 
konstruksi itu melengkung lalu saat putaran terakhir dilepaskan, ajaib! 
Lengkungan tadi melawan arah menimbulkan tendangan tenaga balik yang 
memelintir gasing aneh ini dengan sempurna 360 derajat, berulang-ulang. 
Lebih seru lagi putaran balik ini menyebabkan butir-butir kenari tadi 
saling beradu menimbulkan harmoni suara gemeretak yang menakjubkan. 
Aku tergelak. Mata Arai bersinar-sinar. 

Aku tersenyum tapi tangisku tak reda karena seperti mekanika gerak balik 

helikopter purba ini, Arai telah memutarbalikkan logika sentimental ini. la 

justru berusaha menghiburku pada saat aku seharusnya menghiburnya. 

Dadaku sesak. 

"Cobalah, Ikal...." 

Aku merebut gasing aneh itu, mengamatinya dengan teliti bukan hanya 

sebagai mainan yang menarik hati tapi sebagai sebuah kisah tentang anak 

kecil yang menciptakan mainan untuk melupakan kepedihan hidupnya. 

Aku memutar gasing itu sekali, namun aku terperanjat sebab tiba-tiba ia 

berputar sendiri dengan keras sehingga konstruksinya bingkas, lidi-lidinya 

patah, dan buah-buah kenari itu berhamburan ke mukaku. Aku telah 

memutarnya terlalu kencang. Arai terkekeh melihatku. Ia memegangi 

perutnya menahan tawa. Belum hilang rasa terkejutku, Arai kembali 

merogohkan tangannya ke dalam karung kecampang. 

"Masihadalagi!!" 

Ia tersenyum penuh arti karena tahu telah berhasil menghiburku. Kali ini 

ia mengeluarkan sebuah cupu dari kayu medang yang berlubang-lubang. 

Biasa dipakai orang Melayu untuk menyimpan tembakau. Tak kusangka 

cupu itu telah dibelah dan sambungannya tak kasat. Arai membukanya 

pelan-pelan. 

"Aiih ... kumbang sagu!!" 

Aku memekik tak terkendali. Kumbang sagu, serangga mainan langka yang 

susah ditangkap. Jika dipelihara dan diberi makan remah kelapa, kumbang 

bersayap mengilat seperti tameng patriot Spartan itu dapat menjadi jinak. 

Tak berkedip aku melihat Arai membiarkan kumbang itu merayapi 

lengannya. Makhluk kecil yang memesona itu meloncat-loncat kecil ingin 

terbang. Arai membelai serangga kecil itu, menggenggamnya dengan 

lembut lalu melemparkannya ke udara. 

Ditiup angin kencang di atas truk kumbang itu meregangkan sayap- 



-[ Hamalan 16 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



sayapnya, mengapung sebentar, berputar-putar seolah merayakan 
kemerdekaannya lalu melesat menembus rimbun dedaunan kemang di 
tepi jalan. Lalu Arai melangkah menuju depan bak truk. la berdiri tegak di 
sana serupa orang berdiri di hidung haluan kapal. Pelan-pelan ia 
melapangkan kedua lengannya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. 
Ia tersenyum penuh semangat. Agaknya ia juga bertekad memerdekakan 
dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggunya seumur hidup. Ia 
telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya. Jahitan 
kancing bajunya yang rapuh satu per satu terlepas hingga bajunya 
melambai-lambai seperti sayap kumbang sagu tadi. Ia menggoyang-goyang 
tubuhnya bak rajawali di angkasa luas. 

"Dunia...!! Sambutlah aku...!! Ini aku, Arai, datang untukmu ...!!" Pasti itu 
maksudnya. 

Ayahku tersenyum mengepalkan tinjunya kuat-kuat dan aku ingin tertawa 
sekeras-kerasnya, tapi aku juga ingin menangis sekeras-kerasnya 



-[ Hamalan 17 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 3 
The Lone Ranger 

Aku dan Arai ditakdirkan seperti sebatang jarum di atas meja dan magnet 
di bawahnya. Sejak kecil kami melekat ke sana kemari. Aku semakin dekat 
dengannya karena jarak antara aku dan abang pangkuanku, abangku 
langsung, sangat jauh. Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik 
buatku. Dan meskipun kami seusia, ia lebih abang dari abang mana pun. la 
selalu melindungiku. Sikap itu tecermin dari hal-hal paling kecil. Jika kami 
bermain melawan bajak laut di Selat Malaka dan aku sebagai Hang Tuah, 
maka ia adalah Hang Lekir. Dalam sandiwara memerangi kaum Quraishi 
pada acara di balai desa, aku berperan selaku Khalifah Abu Bakar, Arai 
berkeras ingin menjadi panglima besar Hamzah. Jika aku Batman, ia ingin 
menjadi Robin atau paling tidak menjadi kelelawar. Jika di kampung anak- 
anak bermain memperebutkan kapuk yang beterbangan dari pohonnya 
seperti hujan salju, Arai akan menjulangku di pundaknya, sepanjang sore 
berputar-putar di lapangan tak kenal lelah, tak pernah mau kugantikan. la 
mengejar layangan untukku, memetik buah delima di puncak pohonnya 
hanya untukku, mengajariku berenang, menyelam, dan menjalin pukat. 
Sering bangun tidur aku menemukan kuaci, permen gula merah, bahkan 
mainan kecil dari tanah liat sudah ada di saku bajuku. Arai diam-diam 
membuatnya untukku. 

Dan seperti kebanyakan anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang 
rata-rata beranjak remaja mulai bekerja mencari uang, Arai-lah yang 
mengajariku mencari akar banar untuk dijual kepada penjual ikan. Akar ini 
digunakan penjual ikan untuk menusuk insang ikan agar mudah ditenteng 
pembeli. Dia juga yang mengajakku mengambil akar purun (perdu yang 
tumbuh di rawa-rawa] yang kami jual pada pedagang kelontong untuk 
mengikat bungkus terasi. Waktu itu kami ingin sekali menjadi caddy di 
padang golf PN Timah tapi belum cukup umur. Kami masih SMP. Untuk jadi 
caddy, paling tidak harus SMA. Sejak melihat aksi Arai di bak truk kopra 
tempo hari, aku mengerti bahwa ia adalah pribadi yang istimewa. 
Meskipun perasaannya telah luluh lantak pada usia sangat muda tapi ia 
selalu positif dan berjiwa seluas langit. Mengingat masa lalunya yang pilu, 
aku kagum pada kepribadian dan daya hidupnya. Kesedihan hanya tampak 
padanya ketika ia mengaji Al-Qur'an. Di hadapan kitab suci itu ia seperti 
orang mengadu, seperti orang yang takluk, seperti orang yang kelelahan 
berjuang melawan rasa kehilangan seluruh orang yang dicintainya. Setiap 
habis magrib Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di bawah 
temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya 
sekering ranggas yang menusuk-nusuk malam. Ratap lirihnya mengirisku, 
menyeretku ke sebuah gubuk di tengah ladang tebu. Setiap lekukan tajwid 



-[Hamalanl8daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



yang dilantunkan hati muda itu adalah sayat kerinduan yang tak 
tertanggungkan pada ayah-ibunya. 

Jika Arai mengaji, pikiranku lekat pada anak kecil yang mengapit karung 
kecampang, berbaju seperti perca dengan kancing tak lengkap, berdiri 
sendirian di muka tangga gubuknya, cemas menunggu harapan 
menjemputnya. Jika Arai mengaji, aku bergegas menuruni tangga rumah 
panggung kami, kemudian berlari sekuat tenaga menerabas ilalang menuju 
lapangan di tepi kampung. Di tengah lapangan itu aku berteriak sejadi- 
jadinya. 

Karena berkepribadian terbuka, memiliki mentalitas selalu ingin tahu dan 
terus bertanya, Arai berkembang menjadi anak yang pintar. la selalu ingin 
mencoba sesuatu yang baru. 

"Oh, amboi, Ikal... tengoklah ini! Model rambut paling mutakhir! Aiiihhh.... 
Toni Koeswoyo, rambut belah tengahnya itu! Elok bukan buatan! Lihatlah, 
Kal, semua pemain Koes Plus rambutnya belah tengah!" 
Demikian hasutan Arai sambil mengagumi foto Koes Plus di sampul buku 
PKK-nya. la telah menerapkan belah tengah seminggu sebelumnya dan tak 
sedikit pun kulihat nilai tambah pada wajahnya. Tapi karena Arai memang 
diberkahi dengan bakat menghasut, maka aku termakan juga. Ketika 
becermin, aku sempat tak kenal pada diriku sendiri. Aku gugup bukan 
main saat pertama kali keluar kamar dengan gaya rambut Toni Koeswoyo 
itu. Aku berdiri mematung di ambang pintu karena abang-abangku 
menertawakan aku sampai berguling-guling. 

"Ha ha ha! Lihatlah orang-orangan ladang!!" ejek mereka bersahut-sahutan 
seperti segerombolan lutung berebut ketela rambat. Rasanya aku ingin 
kabur masuk kembali ke kamar. Aku tak menyalahkan mereka karena aku 
memang mirip orang-orangan ladang. Rambutku yang ikal, panjang, dan 
tipis ketika dibelah tengah lepek di atasnya namun ujung-ujungnya jatuh 
melengkung lentik di atas pundakku. Persis ekor angsa. Aku menyesal 
telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu kamar itu aku demam 
panggung sebelum memperlihatkan penampilan baruku pada dunia. Tapi 
pada saat aku akan melangkah mundur, Arai serta-merta menghampiriku. 
"Jangan takut, Tonto ...," ia menguatkan aku dengan gaya Lone Ranger. 
Arai menggenggam tanganku erat-erat dan menuntunku dengan gagah 
berani melewati ruang tengah rumah. Dalam dukungan Arai, aku tak 
sedikit pun gentar menghadapi badai cemoohan. Papan-papan panjang 
lantai rumah berderak-derak ketika kami berdua melangkah penuh gaya. 
Demikianlah, arti Arai bagiku. Maka sejak Arai tinggal di rumah kami, tak 
kepalang senang hatiku. Aku semakin gembira karena kami diperbolehkan 
menempati kamar hanya untuk kami berdua. Walaupun kamar kami 
hanyalah gudang peregasan, jauh lebih baik daripada tidur di tengah 



-[Hamalanl9daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



rumah, bertumpuk-tumpuk seperti pindang bersama abang-abangku yang 

kuli, bau keringat, dan mendengkur. 

Peregasan adalah peti papan besar tempat menyimpan padi. Orangtuaku 

dan sebagian besar orang Melayu seangkatan mereka demikian trauma 

pada pendudukan Jepang maka di setiap rumah pasti ada peregasan. Padi 

di dalam peregasan sebenarnya sudah tak bisa lagi dimakan karena sudah 

disimpan puluhan tahun. Saat ini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi 

bermacam-macam kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang turun- 

temurun beranak pinak di situ. Namun, jangan sekali-sekali membicarakan 

soal peregasan. Ini perkara sensitif. Jika sedikit saja kami menyinggung 

soal 

peregasan, misalnya kenapa padi lapuk itu tak dibakar saja, maka ibuku, 

sambil bersungut-sungut, akan melantunkan sabda rutinnya yang 

membuat kami bungkam. 

Preambul: "Kalian tak tahu apa-apa soal kesulitan hidup kecuali kalian 

hidup di zaman Jepang." 

Latar belakang masalah: "Pernahkah kalian melihat kaum pria bercelana 

karung goni sehingga kulitnya keras seperti kulit beduk? Aiii...." 

Kesimpulan: "Padi itu akan tetap di situ. Melihat keadaan negara sekarang, 

bisa-bisa Jepang datang lagi!!" 

Rekomendasi: "Maka Bujang-bujangku, daripada kaupusingkan soal padi 

itu, lebih berguna hidupmu jika kaupetikkan aku daun sirih!!" 

Para orangtua Melayu tahu persis bahwa padi di dalam peregasan sudah 

tak bisa dimakan. Namun, bagi mereka peregasan adalah metafora, 

budaya, dan perlambang yang mewakili periode gelap selama tiga 

setengah tahun Jepang menindas mereka. Ajaibnya sang waktu, masa lalu 

yang menyakitkan lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantik 

yang tak ingin dilupakan. 



-[Hamalan20daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 4 
Biola Nurmi 

Sore yang indah. Perkebunan kepala sawit di kaki gunung sebelah timur 

kampung kami seperti garis panjang yang membelah matahari. Bagian 

bawahnya menyingsingkan fajar di negeri-negeri orang berkulit pucat dan 

sisa setengah di atasnya menyemburkan lazuardi merah menyala-nyala. 

Dan pada momen yang spektakuler itu aku tengah membicarakan 

persoalan yang sangat serius dengan Arai melalui telepon. Kami 

membahas kerusakan lingkungan karena ulah PN Timah dan jumlah ganti 

rugi yang akan kami tuntut karena tanah ulayat kami rusak berantakan. 

"Tiga miliar untuk air minum yang tercemar phyrite, empat miliar untuk 

risiko kontaminasi radio aktif, tujuh miliar kompensasi beban psikologis 

karena kesenjangan sosial, dan dua miliar untuk hancurnya habitat 

pelanduk," usul Arai berapi-api. 

Aku duduk santai di atas talang mendengarkan usulannya melalui pesawat 

telepon kaleng susu Bendera yang dihubungkan dengan kawat nyamuk. 

Arai meneleponku melalui kaleng Botan, posisinya di kandang ayam. 

Saat itulah seorang wanita gemuk berjilbab yang matanya bengkak 

memasuki pekarangan. Wanita malang setengah baya itu Mak Cik 

Maryamah, datang bersama putrinya dan seperti ibunya, mata mereka 

bengkak, semuanya habis menangis. 

Aku dan Arai berlari menuju Mak Cik tapi ibuku lebih dulu menghampiri 

mereka. 

"Kakak ...," Mak Cik memelas. 

"Kalau masih ada beras, tolonglah pinjami kami ...." 

Air mata Mak Cik meleleh. Kesusahan seakan tercetak di keningnya. Lahir 

untuk susah, demikian stempelnya. Putrinya yang terkecil tertidur pulas 

dalam dekapannya. Yang tertua, Nurmi yang kurus tinggi kurang gizi itu, 

baru kelas dua SMP, sama denganku dan Arai, tampak tertekan batinnya. la 

memeluk erat sebuah koper hitam lusuh berisi biola. Dia seorang pemain 

biola berbakat. Ingin menjadi musisi, itulah impian terbesarnya. Bakat dan 

biola itu diwarisinya dari kakeknya, ketua gambus kampung kami. 

Sudah tiga kali Minggu ini Mak Cik datang meminjam beras. Keluarga kami 
memang miskin tapi Mak Cik lebih tak beruntung. la tak berdaya karena 
tak lagi dipedulikan suaminya, antara lain karena ia hanya bisa melahirkan 
anak-anak perempuan itu. 

Ibuku memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan. Ia 
memasukkan beberapa takar beras ke dalam karung, kembali ke 
pekarangan, memberikan karung beras itu kepada ibuku yang kemudian 
melungsurkannya kepada Mak Cik. 



-[ Hamalan 21 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



"Ambillah...." 

Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati. Aku tak sampai 

hati melihatnya. la berkata terbata-bata, "Tak 'kan mampu kami 

menggantinya, Kak...." 

Lalu Mak Cik menatap Nurmi. Wajahnya menanggungkan perasaan tak 

sampai hati namun beliau benar-benar tak punya pilihan lain. 

"Hanya biola ini milik kami yang masih berharga," ucapnya pedih. 

Nurmi memeluk biolanya kuat-kuat. Air matanya mengalir. la tak rela 

melepaskan biola itu. 

"Nurmi.../' panggil ibunya. 

Nurmi berupaya keras menguat-nguatkan dirinya. la mendekati ibuku. 

Langkahnya terseret-seret untuk menyerahkan koper biolanya. Air 

matanya berurai-urai. 

Ibuku tersenyum memandangi Nurmi. 

"Jangan sekali-kali kaupisahkan Nurmi dari biola ini, Maryamah. Kalau 

berasmu habis, datang lagi ke sini." 

Nurmi cepat-cepat menarik tangannya dan kembali memeluk biolanya 

kuat-kuat. la tersedu sedan. Kami mengiringi Mak Cik keluar pekarangan 

dan memandangi anak-beranak itu berjalan menjauh. Nurmi melangkah 

paling cepat mendahului ibu dan adik-adiknya seakan ia ingin segera 

pulang menyelamatkan biolanya. 

Mata Arai berkaca-kaca melihat Mak Cik bergandengan tangan dengan 

anak-anaknya sambil menenteng setengah karung beras. Lalu aku heran 

melihat ekspresi Arai. Sulit kuartikan makna air mukanya: dingin, datar, 

dan gundah. Kulihat ketidakpuasan, ada juga kilatan kemarahan. Lebih dari 

itu, kulihat sebuah rencana yang aneh. Instingku mengabari bahwa sesuatu 

yang dramatis pasti sedang berkecamuk dalam kepala manusia nyentrik 

ini. 

Benar saja, tiba-tiba Arai membanting telepon kaleng botan dan 

menyeretku ke gudang peregasan. Aku terbengong-bengong melihat 

tingkah Arai. Ibuku sibuk menggulung kabel telepon yang kami 

campakkan. Aku semakin tak mengerti waktu Arai bergegas membuka 

tutup peregasan, mengambil celengan ayam jagonya, dan tanpa ragu 

menghempaskannya. Uang logam berserakan di lantai. Napasnya 

memburu dan matanya nanar menatapku saat ia mengumpulkan uang 

koin. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun dan pada detik itu aku 

langsung terperangkap dalam undangan ganjil dari sorot matanya. Seperti 

tersihir aku tergoda pada berbagai kemungkinan yang ditawarkan 

kelakuan sintingnya. Tanpa berpikir panjang aku menjangkau celenganku 

di dasar peregasan dan melemparkannya ke dinding. Aku terpana melihat 

koin-koin tabunganku berhamburan, baru kali ini aku memecahkan ayam 

jago dari tanah Hat itu. 



-[ Hamalan 22 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Arai terkekeh. Aku tak tahu apa yang telah merasukiku. Aku juga tak secuil 
pun tahu apa rencana Arai. Yang kutahu adalah Allah telah menghadiahkan 
karisma yang begitu kuat pada sang Simpai Keramat ini mungkin sebagai 
kompensasi kepedihan masa kecilnya. Hanya dengan menatap, ia mampu 
menguasaiku. Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena 
persekongkolan kami sudah mendarah daging. 

"Kumpulkan semua, Ikal!!" perintahnya bersemangat. "Masukkan ke dalam 
karung gandum." Koin-koin itu hampir seperempat karung gandum. 
'Ayo ikut aku, cepat!! Pakai dua sepeda!!" Kami berlari menuju sepeda 
sambil menenteng karung gandum yang berat gemerincing. Kelakuan kami 
persis perampok telepon koin. Arai mengayuh sepeda seperti orang 
menyelamatkan diri dari letusan gunung berapi. Di luar pekarangan ia 
menikung tajam dalam kecepatan tinggi. Aku pontang-panting 
mengikutinya dengan hati penasaran. Yang terpikir olehku kami akan 
menghibahkan tabungan kami untuk Mak Cik. Mengingat kesulitan Mak 
Cik, aku tak keberatan. Tapi ketika sepeda melewati perempatan, Arai 
berbelok ke kiri. Aku tersengal-sengal memanggilnya. 
"Rail! Mau ke mana??!!" Jika ingin ke rumah Mak Cik, seharusnya ia belok 
kanan. 

"Aku tahu, Kal. Ikut saja!!" Maka layar pun digulung dan drama dimulai. 
Arai ngebut, sepedanya terpantul-pantul di atas jalan pasir meluapkan 
debu berwarna kuning. Aku zigzag di belakangnya untuk menghindari 
debu. Aku terheran-heran pada kelakuan Arai tapi menikmati ketegangan 
pengalaman hebat ini. Dua orang bersepeda beriringan kejar-mengejar 
dengan kecepatan tinggi sambil membawa karung uang. Bukankah kami 
seperti buronan di film-film? 

Arai jelas sedang menuju ke pasar. Tak dapat kuduga apa maksudnya. 
Begitulah Arai, isi kepalanya tak'kan pernah dapat ditebak. Di depan toko 
A Siong ia berhenti. Dia turun dari sepeda dan menghampiriku yang 
kehabisan napas. la mengambil karung uang yang sedang kusandang. 
Sambil mengumbar senyum tengiknya dia mengedipkan sebelah mata 
sembari mengeluarkan suara "khekkh!!" persis tekukur dilindas truk. 
Langkahnya pasti memasuki toko A Siong. Aku was was mengantisipasi 
tindakannya. Aku tak rela uang jerih payah berjualan tali purun itu 
dihamburkannya untuk hal yang konyol. Perlu diketahui, untuk menebas 
purun harus berendam dalam rawa setinggi dada dengan risiko ditelan 
buaya mentah-mentah. Tapi seperti biasanya Arai selalu meyakinkan. 
Lihatlah ekspresi dan gayanya berjalan. Aku terhipnotis oleh kekuatan 
kepercayaan dirinya. Aku seperti kerbau dicucuk hidung, digiring 
kepejagalan pun manut saja. Bahkan hanya untuk bertanya mulutku 
telanjur kelu. Kami memasuki toko yang sesak. Barang-barang kelontong 
berjejal-jejal di rak-rak yang tinggi. Arai berhenti sebentar di tengah toko 



-[ Hamalan 23 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



persis di bawah sebuah fan besar berdiameter hampir dua meter dan 
berputar sangat kencang: wuttth ... wuttth ... wutttthh. Istri A Siong besar di 
Hongkong. Hanya fan untuk pabrik itu yang membuatnya betah tinggal di 
Belitong yang panas. Arai membuka kancing atas bajunya, menengadahkan 
wajahnya, dan ketika angin fan membasuh wajahnya yang bersimbah 
peluh ia terpejam syahdu, sebuah gaya yang sangat mengesankan. 

Lalu ia menghampiri istri A Siong. Nyonya ini sedang mengepang rambut 

putrinya, Mei Mei. Siapa pun yang melihat gadis kecil ini akan segera 

teringat pada tofu. Mereka berdua gendut-gendut tapi cantik. 

"Prranggggg!!!" 

Arai menumpahkan isi karung gandum tadi di atas meja kaca. Nyonya 

Tionghoa yang punya nama sangat bagus itu: Deborah Wong melompat 

terkejut melihat uang logam membukit seperti tumpeng. 

"Ayya ... ya ... ya ... Lui...!!" 

Ibu mertua Nyonya Deborah yang berumur hampir seratus tahun dan 

sedang duduk juga terkejut. Nenek ini tak pernah tersenyum. Bajunya, 

kulitnya, rambutnya, alisnya, gusinya yang sudah tak ditenggeri sebijipun 

gigi, dan kucingnya, semuanya berwarna kelabu. Murung. Itulah kesan 

keseluruhan dirinya. Agaknya, ia melalui hari demi hari dipenuhi perasaan 

muak. Wajahnya selalu kesal mengapa malaikat maut tak kunjung 

menjemputnya. Ia tak tertarik lagi dengan kehidupan. Mendengar 

gemerincing koin yang ribut, ia merasa terganggu, mukanya menyeringai 

marah. 

"Nyah ...," seru Arai pada Nyonya Deborah. Santun dan berwibawa, seolah 

ia akan memborong seluruh isi toko dengan koin-koin itu. 

"Terigu 10 kilo, gandum 10 kilo, gula ...." Aku terkejut tak kepalang. 

"Rai! Apa-apaan ini?!" 

"Untuk apa segala terigu ...." Tangkas, Arai menekan jarinya di atas 

mulutku. 

"Sstttt!!Diam,Kal." 

"Nyah, jangan lupa minyak ...." Kutepis tangannya dengan marah, Arai 

tersentak. 

"Diamlah, Ikal. Lihat saja ...." Langsung kupotong, "Ke mana pikiranmu, 

Rail! Sudah setahun lebih kita menabung!!" 

"Tong! Tong! Tong!! Tong! Tong!!" Sang ibu mertua Nyonya Deborah 

menampar-namparkan piring kaleng tempat makanan kucing, menyuruh 

kami diam. 

"Sabar, Kal. Nan ...." 

"Takadasabar!!" 

"Ini penting, Kal. Bahan-bahan ini akan ...." 

"Tak ada penting!! Lupakah kau untuk apa kita susah payah menabung??!!" 



-[Hamalan24daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Arai marah karena alasannya kupotong terus. Dia geram karena aku tak 

mau mendengar penjelasannya. 

"Ya Tuhan, jangan lagi aku dipertemukan dengan orang ini!!!" 

Aku melompat menuju tumpukan koin, membuka karung gandum dan 

meraup permukaan meja untuk melungsurkan koin-koin itu kembali ke 

dalam karung. Arai tak tinggal diam. Disambarnya tanganku dan 

dikekangnya tubuhku dari belakang seperti pegulat tradisional Iran. 

Terjadi tarik-menarik yang seru memperebutkan gunungan uang koin. 

Meja kaca bergoyang-goyang hebat. Nyonya Deborah terperanjat melihat 

pergumulan gaya koboi di tokonya. 

"Tagem!!! Taggeeeeeem!!" 

Nyonya Deborah menjerit ketakutan memanggil-manggil Tagem, kulinya. 

Kuli Sawang itu tengah bersandar kelelahan mengipasi dadanya dengan 

sobekan kardus di pokok pohon seri di muka toko. Lalu-lalang kendaraan 

menelan teriakan Nyonya Deborah. Anehnya putri kecil Mei Mei justru 

senang bukan main melihat kami beradu otot. la cekikikan, bertepuk 

tangan, dan ia jelas memihakku. Tanpa peduli duduk perkaranya, anak 

kecil pasti akan memihak orang yang berpenampilan lebih apik. Bagi anak 

TK itu, aku yang berkulit lebih terang dan keriting adalah jagoannya, 

pangeran penumpas kejahatan. Bentuk rahang Arai yang aneh pasti telah 

membuatnya menduga kalau Arai penjahat. 

"Ayo, Abang Keliting, sepak!! Sepak!! Kik ... kik ... kik ... hi... hi... sepak!! 

Tendang pelutnya!!" 

Adu tenaga semakin dahsyat karena Arai berhasil mengekang kedua 

tanganku. Ia unggul karena badannya lebih besar. Ia memitingku dari 

belakang dan memepetkan tubuhku ke lemari dagangan tembakau. Aku 

menguik ketika terjajar menghantam lemari itu. 

Mei Mei semakin girang. Gadis cilik yang tak kenal takut itu naik ke atas 

meja. Ibunya hilir mudik ketakutan. 

"Ayo, tinju, Bang. Talik lambutnya ...." 

Aku dan Arai berusaha sekuat tenaga saling mengalahkan. Mei Mei yang 

gendut berlari-lari di atas meja seperti wasit tinju. Mulutnya berkicau- 

kicau tak keruan. 

" Saudala-saudala, datanglah belamai-lamai!! Inilah peltandingan antala 

pendekal keliting melawan ...." 

Mei Mei terdiam menatap Arai. Kami juga terdiam, serentak menoleh 

padanya. Dengan ekspresi lugunya, putri kecil itu mengamati wajah Arai 

lalu ia berteriak ngeri, "Dlakulaaaaaaa ...!!!" 

Arai tersinggung berat dan menumpahkan kekesalannya padaku. Ia 

menjepit leherku dengan tekukan sikunya. Tapi seperti kucing yang 

dimasukkan ke dalam karung, aku memberontak sejadi-jadinya. Ibu 



-[ Hamalan 25 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



mertua Nyonya Deborah memaki-maki namun anehnya kemudian ia 

tertawa. Pek!! Pek!! Pek!! Pek!! Pek!! Ia bertepuk tangan dengan pinggan 

kaleng tadi seperti orang main tamborin. Ia menunjuk-nunjuk aku sambil 

mengepalkan tinjunya, kakinya menyepak-nyepak. Beliau jelas memihak 

Arai. 

Karena mendapat dukungan, Arai semakin beringas. Ia mendorongku ke 

lemari tembakau. Sebaliknya, aku semakin liar melawannya. Rak tembakau 

yang terbuat dari batangan besi setinggi tiga meter dengan berat ratusan 

kilo mulai bergoyang. Jika rak ini tumbang, seisi toko bisa celaka. 

"Tageeeeeeeeemmm!! Puik Tageeeeeemmmmm!!!" 

Nyonya Deborah berteriak histeris. Karena panik, Nyonya Deborah 

terpaksa memakai kata puik, sebuah makian dalam bahasa Sawang. Tagem 

masih tenang-tenang saja. la malah melambai-lambai, menggoda iringan 

wanita penjaga toko. Sebaliknya, melihat pertarungan semakin dahsyat, 

Mei Mei girang tak kepalang. la menjerit-jerit seperti burung prigantil yang 

dicabuti bulunya. 

"Ayo, Abang Keliting, sepak!! Tinju!!" 

Semangatku terpompa. Aku merasa memiliki tenaga ekstra sebab aku 

yakin sedang membela kebenaran. Aku meronta sejadi-jadinya dari 

kuncian Arai, menggelinjang seperti belut sehingga lemari raksasa itu 

limbung dan tiba-tiba .... 

Shrrrookkkk... braggghhh... brruukkkk!!! Brruuk-kkk!!!Brruukkkk!!! 

Tiga karung kertas yang berisi kapuk berjatuhan dari rak lemari tembakau. 

Karung-karung itu pecah berantakan dan gumpalan-gumpalan kapuk yang 

berbentuk seperti awan terhambur memenuhi lantai. Lalu tampak olehku 

pemandangan yang menakjubkan karena fan besar di tengah ruangan 

mengisap kapuk di atas lantai dan ribuan awan-awan putih kecil 

berdesingan melingkar naik ke atas, indah dan harmonis membentuk 

spiral seperti angin tornado. 

Mei Mei terpana melihat pemandangan ajaib itu. Mulut mungilnya yang 

dari tadi berkicau kini terkunci lalu pelan-pelan menganga seperti ikan 

mas koki. la tertegun saat pusaran kapas itu maju mundur mendekatinya. 

Mata bulat buah hamlam-nya bersinar-sinar seakan ia melihat sesosok 

malaikat yang besar, tampan, dan bersayap melayang-layang ingin 

memeluknya. Mei Mei pucat pasi karena terpukau dalam ketakutan yang 

indah. 

Pinggan kaleng yang tengah digenggam ibu mertua Nyonya A Siong 

terjatuh tanpa disadarinya lalu berguling-guling ke tengah ruangan toko. 

Nyonya Deborah sendiri berhenti berteriak. Wutthh ... wutthh ... wutthhhh 

suara fan besar menggulung setiap gumpalan kapuk seperti jutaan kunang- 

kunang yang serentak beranjak. 

Arai melepaskan kunciannya dari tubuhku. Ia menengadah. 



-[ Hamalan 26 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



"Subhanallah ...." 

"Subhanallah Ikal, lihatlah itu ...." 

Kepalaku berputar-putar mengikuti kisaran angin tornado awan-awan 

kapuk yang terkumpul ke atas dan terapung-apung memenuhi plafon 

sehingga toko kelontong itu seperti berada di atas awan ; seperti hanyut di 

langit. Semua orang yang ada di dalam toko bungkam karena terperangah. 

Kami memandangi langit-langit toko yang dipenuhi kapuk seperti awan 

yang rendah. 

Pemandangan semakin sensasional ketika Nyonya Deborah mematikan fan 

dan saat itu pula awan-awan kecil itu berjatuhan, melayang-layang dengan 

lembut tanpa bobot. 

Mei Mei berteriak-teriak girang sambil melompat-lompat, "Hujan 

saljuuuuuuu...." 

Mei Mei menangkap awan-awan kecil yang berjatuhan. Ibunya 

menghampiri anaknya, memeluknya. Mereka menari berputar-putar di 

bawah hujan salju. Aku dan Arai bersandar kelelahan. Di bawah hujan salju 

yang memesona pertikaian kami telah berakhir dengan damai. 

"Arai, kita memerlukan tabungan itu." 

"Aku tak punya banyak waktu, Kal...." 

"Nanti kujelaskan. Ikuti saja rencanaku, percayalah...." 

Aku menatap mata Arai dalam-dalam. Dia memang aneh tapi aku tahu tak 

ada bibit culas dalam dirinya. Di luar kami lihat Tagem berjalan gontai 

memasuki toko. Di ambang pintu ia berteriak, "Puik Tagem!!" la terkejut 

melihat toko telah kacau-balau dan menjadi putih, sementara juragannya 

bersukaria bermain-main di bawah hujan kapuk dan mertua Nyonya 

Deborah bertepuk tangan dengan piring kaleng. 

Kami kembali bersepeda dengan tergesa-gesa, meliuk-liuk membawa 
karung gandum dan terigu. Di perempatan Arai belok kiri. Aku masih tak 
mengerti maksud Arai waktu ia memasuki pekarangan rumah Mak Cik 
Maryamah. Kami masuk ke dalam rumah yang senyap. Dari dalam kamar, 
sayup terdengar Nurmi sedang menggesek biola. Arai menyerahkan 
karung-karung tadi pada Mak Cik. Beliau terkaget-kaget. Lalu aku tertegun 
mendengar rencana Arai: dengan bahan-bahan itu dimintanya Mak Cik 
membuat kue dan kami yang akan menjualnya. 

"Mulai sekarang, Mak Cik akan punya penghasilan!" sera Arai bersemangat. 
Mata Mak Cik barkaca-kaca. Seribu terima kasih seolah tak'kan cukup 
baginya. 

Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi rencana Arai 
kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik daun pintu. Aku 
menunduk dan memeluk lututku yang tertekuk. Aku merasa sangat malu 
pada diriku sendiri. Bibirku bergetar menahan rasa haru pada putihnya 



-[ Hamalan 27 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



hati Arai. Air mataku mengalir pelan. Sungguh tak sedikit pun kuduga Arai 

merencanakan sesuatu yang sangat mulia untuk Mak Cik. Sebuah rencana 

yang akan kudukung habis-habisan. Sejak itu, aku mengenal bagian paling 

menarik dari Arai, yaitu ia mampu melihat keindahan di balik sesuatu, 

keindahan 

yang hanya biasa orang temui di dalam mimpi-mimpi. Maka Arai adalah 

seorang pemimpi yang sesungguhnya, seorang pemimpi sejati. Dan sejak 

itu, kami naik pangkat dari penebas akar banar dan pencabut rumpun 

purun menjadi penjual kue basah. Karena sasaran pasar kami adalah 

orang-orang bersarung, maka kami berjualan dari perahu ke perahu. Jika 

ada pertandingan sepak bola, kami berjualan di pinggir lapangan bola. 

Penghasilan sebagai penjual kue rupanya jauh lebih baik dari penjual akar 

banar. Yang paling menggembirakan, Mak Cik tak perlu lagi meminjam 

beras ke mana-mana. Bertahun-tahun berikutnya kami berganti dari satu 

profesi ke profesi lain untuk membantu nafkah orangtua. 

Ketika keluar dari kamarnya, Nurmi terkejut melihat karung-karung 

gandum dan tepung terigu. Dan ia terhenyak mendengar rencana Arai. 

Wajahnya sembap, namun Arai serta-merta menghiburnya. 

"Adinda, sudikah membawakan sebuah lagu untuk Abang?" 

Nurmi tersenyum. 

'"Juwita Malam'. Abang ingin lagu 'Juwita Malam'." 

Kami mengambil tempat duduk di dapur yang kumal itu, siap menyimak 

Nurmi. Dan sore yang sangat indah itu semakin memesona karena gesekan 

syahdu biola Nurmi. Merinding aku mendengar jeritan panjang biola yang 

meliuk-liuk pilu, jauh, dalam, dan tegar. Nurmi membawakannya dengan 

sepenuh jiwa seakan Arai adalah pahlawan keluarganya yang baru turun 

dari bulan. 



Juwita malum, siapakah gerangan puan 
Juwita malam, dari bulankah puan .... 



-[Hamalan28daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Mozaik 5 
Tuhan Tau, tapi menunggu 

Aku dan Arai beruntung sempat melihat aksinya. Ketika itu kami masih 
kelas empat sekolah dasar. la sungguh-sungguh pria tua jempolan. A Put 
namanya, terpesona aku dibuatnya. Waktu itu aku menganggapnya 
manusia paling hebat ketiga di dunia ini setelah ayahku dan seorang laki- 
laki berjanggut lebat, senang memakai jubah, bermata syahdu meradang 
yang tinggal di Jakarta dan menciptakan lagu merdu berjudul "Begadang". 
Kami merasa beruntung sempat menyaksikan kepiawaian A Put sebab 
ketika ia wafat ilmunya terkubur bersama dirinya. Tak ada yang 
mewarisinya. Anak cucunya malah malu membicarakan ilmu unik A Put 
yang mungkin hanya dikuasainya sendiri sejagat raya ini. 
Siang itu A Put duduk santai mengisap cangklong. Sarung bawahannya, 
kaus kutang bajunya, sandal jepit alas kakinya, tujuh puluh tahun usianya. 
Pasiennya nongkrong meringis-ringis persis anak-anak kucing tercebur ke 
kolam kangkung. A Put adalah dokter gigi kampung kami, dukun gigi lebih 
tepatnya. Mengaku mendapat ilmunya dari peri tempayan, laki-laki Hokian 
itu sungguh sakti mandraguna. Namanya kondang sampai ke Tanjong 
Pandan. Bagaimana tidak, ia mampu menyembuhkan sakit gigi tanpa 
menyentuh gigi busuk itu. Bahkan tanpa melihatnya. Alat diagnosisnya 
hanya sepotong balok, sebilah palu, dan sebatang paku. Ruang praktiknya 
adalah lingkar teduh daun pohon nangka dan ia hanya berpraktik 
berdasarkan suasana hati. Gigi-giginya sendiri tonggos hitam-hitam. 
"Ini? Ini katamu! Aya, ya... tolol sekali! Yang betul! Ini? Di sini? Yakin?" 
Begitu pertanyaan A Put pada pasiennya. Ia menggerus-gerus permukaan 
balok dengan ujung paku, mencari-cari satu titik posisi gigi yang sakit. 
Maka balok itu adalah representasi gusi orang. Hebat luar biasa. Sang 
pasien merasa seakan sebuah benda bergerak-gerak dalam mulutnya, 
meraba setiap giginya. Ini 

adalah komunikasi telepatik antara sepotong balok, sebatang paku, 
seorang dukun nyentrik, dan sebuah tekak busuk. Jika benda imajiner itu 
terasa mengenai gigi yang sakit, sang pasien berteriak, "Yah ... hooh, hooh!! 
Disitu!!" 

A Put serta-merta memukul kepala paku dengan keras, 
menghunjamkannya ke dalam balok dan detik itu pula byarrr! 
Abrakadabra! Sim salabim! Tak tahu karena campur tangan jin, ilmu hitam, 
berkah sajen pada raja setan, atau sugesti, rasa sakit pada gigi itu dijamin 
lenyap saat itu juga, menguap seperti dompet ketinggalan di stasiun, aneh 
binti ajaib!! Tak ada sebiji pun obat, bahkan tak perlu membuka mulut! 
Suatu ketika antrean pasien A Put telah melampaui pagar kandang 
babinya. Para tetua Melayu kasak-kusuk dan pagi-pagi sekali esoknya 



-[Hamalan29daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



mereka mengantar senampan pulut panggang. 
"Selamat, Dokter A Put. Pimpinlah kampung ini, semoga sejahtera, 
Kawan...." 

Jika A Put memakan pulut panggang itu, maka saat itu pula ia dilantik jadi 
kepala kampung. Demikianlah prosesi di kampung kami, sangat fungsional. 
Jika hujan berkepanjangan, pawang hujan akan mendapat kiriman pulut 
panggang. Jika buaya mulai nakal, maka dukun buaya dinobatkan jadi 
kepala kampung. Jika anak-anak Melayu banyak lahir, sang paraji, 
penguasa tali pusar itu, dipastikan jadi ketua adat. A Put mendapat 
kehormatan jadi presiden kampung kami karena tahun itu kasus borok 
gigi melonjak tajam. 

Kepemimpinan berdasarkan perintah alam itu berakhir sampai orang- 
orang Pasai membawa Islam ke suku-suku Melayu pedalaman. Para dukun 
dan pawang bangkrut pamornya digantikan oleh penggawa masjid. 
Belakangan kami dikenalkan pada model demokrasi aneh yang mungkin di 
dunia hanya ada di republik ini. 

Petinggi di Jakarta menyebutnya Demokrasi Terpimpin! Mengada-ada 
tentu saja. Sejak itu kampung-kampung orang Melayu diserbu manusia- 
manusia kiriman dari Palembang. Mereka tak kami kenal, rata-rata 
bergelar B.A. Mereka menjadi camat, bupati, sampai ketua KUA. Tapi itu 
pun tak lama. Segera setelah mahasiswa mengobrak-abrik kejahiliahan 
penyelenggaraan negara, kami dipimpin oleh bumiputra yang dalam 
pemilihan diwakili gambar jagung, pisang, dan kacang kedelai. Para 
mahasiswa yang hebat itu telah menebarkan kenikmatan demokrasi 
sampai jauh ke pulau-pulau terpencil. 

Saat ini Kacang Kedelai memimpin kampung kami. la dicintai dan berkuasa 
karena legitimasinya penuh, de jure hanya de jure, sebab kenyataannya 
penguasa tertinggi kampung kami, tak lain tak bukan, de facto, tak dapat 
diganggu gugat, tetaplah penggawa masjid. Para penggawa masjid sangat 
disegani. Mereka seperti trias politika: Taikong Hamim sang eksekutif atau 
pelaksana pemerintahan masjid sehari-hari, Haji Satar pembuat aturan 
sehingga seperti lembaga legislatif, dan Haji Hazani selaku yudikatif. 
Namun, dalam praktik mereka adalah robot-robot budi pekerti yang 
menganggap besi panas merupakan alat yang setimpal untuk meluruskan 
tabiat anak-anak Melayu yang telah terkorupsi akhlaknya. Mereka keras 
seperti tembaga. Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa 
berkeliaran. Mengaji dan mengaji Al-Qur'an sampai khatam berkali-kali. 
Dan jika sampai tamat SD belum hafal Juz Amma, siap-siap saja 
dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga 
ketika keluar berjalan zig-zag seperti ayam keracunan kepiting batu. 
Mereka lebih kejam dari orangtua kami sebab merekalah yang mengajari 
orangtua kami mengaji. Bahkan Pak Ketua Kacang Kedelai tak berkutik 



-[Hamalan30daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



pada trias politika karena yang menyunat bapaknya, dengan kulit bambu, 
adalah Taikong Hamim. Dalam budaya orang Melayu pedalaman, siapa 
yang mengajarimu mengaji dan menyunat perkakasmu adalah pemilik 
kebijakan hidupmu. 

Aku dan Arai sering dihukum Taikong Hamim. Karena napasku tak panjang 
kalau mengaji pada suatu subuh yang dingin, aku disuruh menimba air dan 
mengisi tong sampai penuh, lalu aku dipaksa menyelam ke dalam tong itu 
membawa jeriken lima liter. Leher jeriken itu kecil sekali dan aku tak boleh 
timbul sebelum jeriken itu penuh. Aku megap-megap dengan bibir 
membiru dan mata mau meloncat. Arai lebih parah. Karena terlambat salat 
subuh, ia disuruh berlari mengelilingi masjid sambil memikul gulungan 
kasur. Kami terpingkal-pingkal melihatnya berlari seperti orang kebakaran 
rumah. 

Dalam kancah kawah candradimuka masjid, di bawah pemerintahan trias 
politika itulah, kami mengenal Jimbron. Jimbron tak lancar berbicara. la 
gagap, tapi tak selalu gagap. Jika ia panik atau sedang bersemangat maka ia 
gagap. Jika suasana hatinya sedang nyaman, ia berbicara senormal orang 
biasa. Jimbron bertubuh tambun. 

Secara umum ia seperti bonsai kamboja Jepang: bahu landai, lebar, dan 
lungsur, gemuk berkumpul di daerah tengah. Wajahnya seperti bayi, bayi 
yang murung, seperti bayi yang ingin menangis — jika melihatnya langsung 
timbul perasaan ingin melindunginya. 

Jimbron adalah seseorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam 
keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar 
seorang pendeta. Sebetulnya, beliau adalah seorang pastor karena beliau 
seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovanny. Rupanya 
setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak asuh sang pendeta. 
Namun, pendeta berdarah Italia itu tak sedikit pun bermaksud 
mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika 
mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid. Nasib Jimbron tak kalah 
menggiriskan dengan Arai. Dan gagapnya itu berhubungan dengan sebuah 
cerita yang memilukan. Dulu bicaranya normal seperti anak-anak lainnya. 
Jimbron adalah anak tertua dari tiga bersaudara. la memiliki dua adik 
kembar perempuan. Ibunya wafat ketika Jimbron kelas empat SD. Jimbron 
sangat dekat dan sangat tergantung pada ayahnya. 
Ayahnya adalah orientasi hidupnya. Suatu hari, belum empat puluh hari 
ibunya wafat, Jimbron bepergian naik sepeda dibonceng ayahnya, masih 
berkendara ayahnya terkena serangan jantung. Konon Jimbron pontang- 
panting dengan sepeda itu membawa ayahnya ke Puskesmas. la berusaha 
sekuat tenaga, panik, dan jatuh bangun terseok-seok membonceng 
ayahnya yang sesak napas sambil kesusahan memeganginya. Sampai di 



-[ Hamalan 31 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Puskesmas Jimbron, anak kelas empat SD itu, kehabisan napas dan pucat 

pasi ketakutan. la kalut, tak sanggup menjelaskan situasinya pada orang- 

orang. Lagi pula sudah terlambat. 

Beberapa menit di Puskesmas ayahnya meninggal. Sejak itu Jimbron gagap. 

Pendeta Geovanny, sahabat keluarga itu, lalu mengasuh Jimbron. Kedua 

adik kembar perempuannya mengikuti bibinya ke Pangkal Pinang, Pulau 

Bangka. 

Keheranan kami yang kedua adalah Jimbron sangat menyukai kuda. Kata 
orang-orang, ini berhubungan dengan sebuah film di televisi balai desa 
yang ditonton Jimbron seminggu sebelum ayahnya wafat. Dalam film koboi 
itu tampak seseorang membawa orang sakit untuk diobati dengan 
mengendarai kuda secepat angin sehingga orang itu dapat diselamatkan. 
Barangkali Jimbron menganggap nyawa ayahnya dapat tertolong jika ia 
membawa ayahnya ke Puskesmas dengan mengendarai kuda. 
Di kampung kami tak ada seekor pun kuda tapi Jimbron mengenal kuda 
seperti ia pernah melihatnya langsung. Jimbron adalah pemuda yang 
mudah mengantuk tapi jika sedikit saja ia mendengar tentang kuda, maka 
telinga layunya sontak berdiri. Jimbron segera menjadi pencinta kuda yang 
fanatik. Ia tahu teknik mengendarai kuda, asal muasal kuda, dan mengerti 
makna ringkikan kuda. Ia hafal nama kuda Abraham Lincoln, 
nama kuda Napoleon, bahkan nama kuda Syaidina Umar bin Khatab. 
Dengan melihat gambar wajah kuda, ia langsung tahu jenis kelamirmya. 
Tak ada satu pun hal lain yang menarik di dunia ini bagi Jimbron selain 
kuda. Jika kami menonton film Zorro di TV balai desa, maka jangan 
tanyakan pada Jimbron jalan ceritanya. Ia tak tahu. Tapi tanyakan jumlah 
kuda yang terlihat, berapa kuda hitam dan putih, bahkan berapa kali 
terdengar suara kuda meringkik, ia ingat betul. Jimbron terobsesi pada 
kuda, penyakit gila nomor 14. 

"Kud.... Kudddaa aadd... addaalah... kendarrraan perrranggg, Kal!! 
"He... he ... hewan yang... mm... mmemenangkan ... pph ... ppe ... pperrrang 
Badarrrrrr...." 

Ia ingin melanjutkan ceritanya tapi kelelahan oleh gagapnya. Semakin ia 
excited, semakin parah gagapnya. 

Aku prihatin melihat mukanya. Sebuah wajah yang menimbulkan perasaan 
ingin selalu melindunginya. Polos, bersih seperti bayi. Kuduga Jimbron tak 
'kan pernah tampak tua walaupun nanti usianya tujuh puluh tahun. 
"Binatang yang gagah berani Bron, hebat sekali, aku setuju," kuringankan 
beban hidupnya dengan mengakui bahwa kuda memang hebat. Ia 
sumringah. Tak perlu lagi meyakinkan aku meskipun sesungguhnya aku 
sudah sangat bosan. Jika berjumpa dengannya, tak ada cerita selain kuda, 
dari pagi sampai sore. 



-[ Hamalan 32 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Kita tak bisa sembarangan dengan kuda, bisa-bisa kualat. Begitu kan 
maksudmu, Bron?" 

Ah, Jimbron mengangguk-angguk, tersenyum lebar sambil tersengal 
menahan kata yang terperangkap dalam kerongkongannya, terkunci dalam 
gagapnya. la menatapku sarat arti: aku sayang padamu, Sahabatku. 
Sungguh penuh pengertian! 

Dan suatu hari Taikong Hamim marah besar sebab di meja Jimbron 
berserakan gambar kuda dan tak ada lembar kosong di buku TPA-nya 
selain lukisan kuda. Jimbron disuruh maju ke tengah madrasah, 
dipertontonkan pada ratusan santri dan dipaksa meringkik. Matanya yang 
lugu, tubuhnya yang gemuk dan bahunya yang lungsur tampak lucu ketika 
tangannya menekuk di dadanya seperti bajing. Dan kami dilanda 
keheranan ketiga: Jimbron senang bukan main dengan hukuman itu. 
Meskipun Jimbron gembira dengan hukuman apapun yang berhubungan 
dengan kuda, bagi kami Taikong Hamim tetap antagonis. Beliau selalu 
menerjemahkan aturan Haji Satar secara kaku tanpa perasaan. Maka 
dengan segala cara, kami berusaha membalas Taikong. Otak pembalasan 
ini tentu saja Arai. Cara yang paling arnan, sehingga paling sering 
dipraktikkan Arai adalah mengucapkan amin dengan sangat tidak 
tuma'ninah. Cara ini sebenarnya sangat keterlaluan, tapi maklum waktu itu 
kami masih SD dan Arai memang memiliki bakat terpendam di bidang 
nakal. Setiap Taikong Hamim menjadi imam salat jamaah dan tiba pada 
bacaan akhir Al-Fatihah: "Whalad dholiiiiiin ...." 
Maka Arai langsung menyambut dengan lolongan seperti serigala 
mengundang kawin. 
"Aaammmiiinnn ... mmiiinn ... mmiiiiiiiinnnnn ...." 

Arai meliuk-liukkan suaranya dan terang-terangan merobek-robek 
wibawa Taikong. Suaranya yang nyaring dan parau berkumandang dengan 
lucu membuyarkan kekhusyukan umat. Kami tak bisa menahan cekikikan 
sampai perut kaku. Kejahatan ini aman menurut Arai sebab Taikong tak 
bisa menentukan siapa pelakunya di antara ratusan anak-anak di saf 
belakang. Dan kami selalu kompak melindungi Arai. Menurut kami, cara ini 
adalah pembalasan setimpal untuk Taikong. 

Namun lihat saja, kejahatan ini, belasan tahun kemudian akan diganjar 
Tuhan dengan tunai melalui cara yang secuil pun tak terpikirkan oleh Arai. 
Taikong Hamim memang tak tahu tapi Tuhan mencatat dan Tuhan akan 
membalas. Seperti kata Anton Chekov: Tuhan tahu, tapi menunggu. 



-[ Hamalan 33 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 6 
Aku Hanya Ingin Membuatnya Tersenyum 



Karena di kampung orangtuaku tak ada SMA, setelah tamat SMP aku, Arai, 
dan Jimbron merantau ke Magai untuk sekolah di SMA Bukan Main. Pada 
saat itulah PN Timah Belitong, perusahaan di mana sebagian besar orang 
Melayu menggantungkan periuk belanganya, termasuk ayahku, terancam 
kolaps. Gelombang besar karyawan di-PHK. Ledakan PHK itu 
memunculkan gelombang besar anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah 
dan tak punya pilihan selain bekerja untuk membantu orangtua. 
Anak-anak yang kuat tenaganya menjadi pendulang timah. Seharian 
berendam di dalam lumpur, mengaduk-aduk aluvial, meraba-raba urat 
timah di bawah tanah, mempertaruhkan kelangsungan hidup pada 
kemampuan menduga-duga. Mereka yang kuat nyalinya bekerja di bagian 
tengah laut. Pekerjaan berbahaya yang berbulan-bulan baru bisa bertemu 
keluarga. Mereka yang kuat tenaga dan kuat nyalinya siang malam 
mencedok pasir gelas untuk mengisi tongkang, makan seperti jembel dan 
tidur di bawah gardan truk, melingkar seperti biawak. Anak-anak Melayu 
ini paling miris nasibnya. Karena sesungguhnya setiap butir pasir itu 
adalah milik ulayatnya, setiap bongkah kuarsa, topas, dan galena itu adalah 
harkat dirinya sebagai orang Melayu asli, tapi semuanya mereka muat 
sendiri ke atas tongkang untuk menggendutkan perut para cukong di 
Jakarta atau pejabat yang kongkalikong. Menjadi pendulang, nelayan 
bagan, dan kuli pasir, berarti mengucapkan selamat tinggal pada Tut Wuri 
Handayani. 

Mereka yang masih bersemangat sekolah umumnya bekerja di warung mi 
rebus. Mencuci piring dan setiap malam pulang kerja harus menggerus 
tangan tujuh kali dengan tanah karena terkena minyak babi. Atau menjadi 
buruh pabrik kepiting. Berdiri sepanjang malam menyiangi kepiting untuk 
dipaketkan ke Jakarta dengan risiko dijepiti hewan nakal itu. Atau, seperti 
aku, Arai, dan Jimbron, menjadi kuli ngambat. Sebelum menjadi kuli 
ngambat kami pernah memiliki pekerjaan lain yang juga memungkinkan 
untuk tetap sekolah, yaitu sebagai penyelam di padang golf. Tentu susah 
dipahami kalau kampung kami yang miskin sempat punya beberapa 
padang golf bahkan sampai 24 hole. Dan tentu aneh di padang golf ada 
pekerjaan menyelam. Orang-orang kaya baru dari PN Timah yang tak 
berbakat dan datang hanya untuk menegaskan statusnya tak pernah 
mampu melewatkan bola golf melampaui sebuah danau bekas galian kapal 
keruk di tengah padang golf itu. Penjaga padang golf akan membayar 
untuk setiap bola golf yang dapat diambil pada kedalaman hampir tujuh 
meter di dasar danau. Bola golf di dasar danau dengan mudah dapat 



-[Hamalan34daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



ditemukan karena indah berkilauan, persoalannya, danau itu adalah 
tempat buaya-buaya sebesar tong berumah tangga. Lalu kami beralih 
menjadi part time office boy di kompleks kantor pemerintah. Mantap 
sekali judul jabatan kami itu dan hebat sekali job description-nya: masuk 
kerja subuh-subuh dan menyiapkan ratusan gelas teh dan kopi untuk para 
abdi negara. Persoalannya, lebih sadis dari ancaman reptil cretaceous itu, 
yaitu berbulan-bulan tak digaji. 

Sekarang kami bahagia sebagai kuli ngambat. Karena pekerjaan ini kami 
menyewa sebuah los sempit di dermaga dan pulang ke rumah orangtua 
setiap dua minggu. 

Ngambat berasal dari kata menghambat, yaitu menunggu perahu nelayan 
yang tambat. Para penangkap ikan yang merasa martabat profesinya harus 
dijaga baik-baik sampai batas dermaga, tak pernah mau repot-repot 
memikul tangkapannya ke pasar ikan. Lalu yang mereka tindas habis- 
habisan untuk melakukan pekerjaan sangat kasar berbau busuk itu disebut 
kuli ngambat. Selain anak-anak yang tekad ingin sekolahnya sekeras 
tembaga, pemangku jabatan kuli ngambat umumnya adalah mereka yang 
patah harapan. Tak diterima kerja di mana-mana, karena saking tololnya 
sampai tak tahu nama presiden republik ini, atau karena saking jelek 
konditenya bahkan perkumpulan calo karcis — yang juga merupakan 
gerom-bolan bromocorah — tak mau mengajak mereka. Setiap pukul dua 
pagi, berbekal sebatang bambu, kami sempoyongan memikul berbagai 
jenis makhluk laut yang sudah harus tersaji di meja pualam stanplat pada 
pukul lima, sehingga pukul enam sudah bisa diserbu ibu-ibu. Artinya, 
setelah itu kami leluasa untuk sekolah. 

Setiap pagi kami selalu seperti semut kebakaran. Menjelang pukul tujuh, 
dengan membersihkan diri seadanya — karena itu kami selalu berbau 
seperti ikan pari kami tergopoh-gopoh ke sekolah. Jimbron menyambar 
sepedanya, yang telah dipasanginya surai sehingga baginya sepeda jengki 
reyot itu adalah kuda terbang pegasus. Aku dan Arai berlari sprint menuju 
sekolah. Sampai di sekolah, semua kelelahan kami serta-merta lenyap, 
sirna tak ada bekasnya, menguap diisap oleh daya tarik laki-laki tampan 
ini, kepala sekolah kami ini, guru kesusastraan kami: Bapak Drs. Julian 
Ichsan Balia. Sebagai anak-anak yang sejak sekolah dasar diajarkan untuk 
menghargai ilmu pengetahuan dan seni, aku, Arai, dan Jimbron sungguh 
terpesona pada Pak Balia. Berpostur sedang, berkulit bersih, 170 cm 
kurang lebih, Pak Balia selalu tampil prima karena ia mencintai profesinya, 
menyenangi ilmu, dan lebih dari itu, amat menghargai murid-muridnya. 
Setiap representasi dirinya ia perhitungkan dengan teliti sebab ia juga 
paham di depan kelas ia adalah center of universe dan karena yang 
diajarkannya adalah sastra, muara segala keindahan. Wajahnya elegan 
penuh makna seperri sampul buku ensiklopedia. Tulang pipi yang lonjong 



-[ Hamalan 35 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



membuatnya tampak sehat dan muda ketika timbangannya naik dan 
membuatnya berkarakter menawan waktu ia kurus. Warna cokelat adalah 
sandang kesenangannya sebab seirama dengan warna bola matanya. Ilmu 
yang terasah oleh usia yang senantiasa bertambah, menjadikan dua bola 
kecil cokelat yang teduh itu bak perigi yang memeram ketinggian ilmu 
dalam kebijaksanaan umur. Kreatif! Merupakan daya tarik utama kelasnya. 
Ketika membicarakan syair-syair tentang laut, beliau memboyong kami ke 
kampung nelayan. Mengajari kami menggubah deburan ombak menjadi 
prosa, membimbing kami merangkai bait puisi dari setiap elemen 
kehidupan para penangkap ikan. Indah menggetarkan. 
Tak pernah mau kelihatan letih dan jemu menghadapi murid. Jika 
kelelahan beliau mohon diri sebentar untuk membasuh mukanya, 
mengelapnya dengan handuk putih kecil bersulamkan nama istri dan 
putri-putrinya, yang selalu dibawanya ke mana-mana, lalu dibasahinya 
rambutnya dan disisirnya kembali rapi-rapi bergaya James Dean. Sejenak 
kemudian beliau menjelma lagi di depan kelas sebagai pangeran tampan 
ilmu pengetahuan. 

"What we do in life ..." kata Pak Balia teatrikal, "... echoes in eternity...!! 
Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. 
Terserak di sana sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. 
Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk sosok seperti montase 
Antoni Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa 
nanti. Lalu apa pun yang kaukerjakan dalam hidup ini, akan bergema 
dalam keabadian .... 

"Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu!" 
Matahari sore kuning tua berkilat di mata cokelat Pak Balia. Sinarnya yang 
terang tapi lembut menghalau sisa-sisa siang. Di lapangan sekolah kami 
duduk rapat-rapat merubungnya. Terpesona akan kata-katanya. Kami lena 
dibelai ujung-ujung putih perdu kapas yang bergelombang ditiup sepoi 
angin bak buih lautan, lena disihir kalimah-kalimah sastrawi guru kami ini. 
Dan tak dinyana, apa yang dikatakan dan diperlihatkan Pak Balia berikut 
ini bak batu safir yang terhunjam ke hatiku dan Arai, membuat hati kami 
membiru karena kilaunya. Menahbiskan mimpi-mimpi yang muskil bagi 
kami. 

"Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan 
berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar 
suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, 
Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, 
sastra, dan seni hingga mengubah peradaban...." 
Aku dan Arai tak berkedip waktu Pak Balia memperlihatkan sebuah 
gambar. Dalam gambar itu tampak seorang pelukis sedang menghadapi 
sebidang kanvas. 



-[ Hamalan 36 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Ada sedikit coretan impresi. Dan nun di sana, di belakang kanvas itu, 
berdiri menjulang Menara Eiffel seolah menunduk memerintahkan Sungai 
Seine agar membelah diri menjadi dua tepat di kaki-kakinya. Sungai itu 
pun patuh. Riak-riak kecilnya membiaskan cahaya seumpama jutaan bola- 
bola kaca yang dituangkan dari langit. 

Pada saat itulah aku, Arai, dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung 
kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah 
kami ingin sekolah ke Prancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci 
almamater Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Harapan 
ini selanjutnya menghantui kami setiap hari. Begitu tinggi cita-cita kami. 
Mengingat keadaan kami yang amat terbatas, sebenarnya lebih tepat cita- 
cita itu disebut impian saja. Tapi di depan tokoh karismatik seperti Pak 
Balia, semuanya seakan mungkin. 

Pak Balia mengakhiri session sore dengan menyentak semangat kami. 
"Bangkitlah, wahai Para Pelopor!!. Pekikkan padaku kata-kata yang 
menerangi gelap gulita rongga dadamu! Kata-kata yang memberimu 
inspirasi!!" Para Pelopor!! Panggilan Pak Balia untuk kami sebagai siswa 
angkatan pertama SMA Negeri Bukan Main. 

Panggilan itu senantiasa membuncahkan tenaga dalam pembuluh darah 
kami. Tangan-tangan muda Melayu serta-merta menuding langit, puluhan 
jumlahnya, berebutan ingin tampil. 
"Makruf!!" 

Beruntung sekali, ia terpilih. Ketua Pramuka SMA Bukan Main ini meloncat 
ke depan. Kata-katanya patah-patah menggelegar seperti prajurit TNI 
ditanya jatah oleh komandan kompi. 

"Kaum Muda! Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang mampu 
memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan siapa pun! John R 
Kennedy, Presiden Amerika paling masyhur!" 

"Hebat sekali, Ruf! Hebat sekali! Oke, Mahader!!" Mahader sudah seperti 
cacing kepanasan dari tadi. Seperti aku, Arai, dan Jimbron, ia termasuk 
dalam gelombang besar endemik kemiskinan yang melanda anak-anak 
para kuli timah ketika perusahaan itu mulai diintai kolaps pertengahan 80- 
an. Mahader tak sabar ingin mengabarkan pada dunia kata-kata yang 
membuatnya tabah bangun setiap pukul tiga subuh untuk menggoreng 
getas dan menjunjungnya keliling kampung. Wajahnya sendu namun tegar 
selayaknya orang yang menanggung beban kesusahan menghidupi adik- 
adiknya. Kata-katanya garau dan syahdu, penuh tekanan seperti 
deklamasi. 

"Kesulitan .... Seluruh kesulitan dalam hidup ini ... adalah bagian dari suatu 
tatanan yang sempurna dan sifat yang paling pasti dari sistem tata surya 
ini.... 
"Pierre Simon de Laplace, bisa kita sebut sebagai seorang astronom nomor 



-[ Hamalan 37 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



satu ...." 

Saktinya sastra, ungkapan seorang astronom dua ratus lima puluh tahun 
yang lalu di negeri antah berantah dapat menjadi penyebar semangat 
hidup seorang anak Melayu tukang getas yang bahkan tak dapat menyebut 
namanya dengan benar. Kami bersuit-suit mendengar kata-kata yang 
berkilauan itu dan selanjutnya tak terbendung kata-kata negarawan, 
ilmuwan, dan pahlawan membanjiri kelas Pak Balia yang memesona. 
"ZakiahNurmala!!" 

Ditunjuk Pak Balia membuat hidungnya kembang kempis. la melonjak 
berdiri, suaranya melengking, "I Shall return! Jenderal Douglas Mac- 
Arthur, pahlawan Perang Dunia Kedua!!" 

Itulah kalimat keramat yang diucapkan sang jenderal besar itu untuk 
menyemangati tentara Amerika di Filipina. Kata-kata yang membakar 
semangat setiap orang hingga kini. Tiba-tiba, tanpa diminta Pak Balia, Arai 
melompat bangkit, melolong keras sekali, "Tak semua yang dapat dihitung, 
diperhitungkan, dan tak semua yang diperhitungkan, dapat dihitung!! 
Albert Einstein! Fisikawan nomor wahid!" 

Tinggi, runyam, membingungkan. Matanya melirik-lirik Nurmala. Pak Balia 
terpana dan berkerut keningnya, tapi memang sudah sifat alamiah beliau 
menghargai siswanya. 
"Cerdas sekali, Anak Muda, cerdas sekali...." 

Aku tahu taktik tengik Arai. la menggunakan kata-kata langit hanya untuk 
membuat Nurmala terkesan. 

Kembang SMA Bukan Main itu telah ditaksirnya habis-habisan sejak 
melihatnya pertama kali waktu pendaftaran. Meskipun seumur-umur tak 
pernah punya pacar tapi Arai punya teori asmara yang sangat canggih. 
"Perempuan adalah makhluk yang plin-plan, Kal, maka pertama-tama, 
buatlah mereka bingung!!" 

Sehebat muslihat Casanova, kenyataannya, setiap melirik Arai, Nurmala 
tampak seperti orang terserang penyakit angin duduk. 
"Ikal!!" 

Oh, Pak Balia menunjukku. Dari tadi aku tak mengacung karena aku tak 
punya kata-kata mutiara. Aku tak segera bangkit. Aku panik. 
"Ya, kau, Ikal...." 

Semua mata memandangku melecehkan. Tak pernah Pak Balia harus 
meminta dua kali. Memalukan! Aku gemetar karena tak siap. Tapi aku 
tetap harus berdiri. Tak mungkin mengkhianati euforia kelas ini. Dan pada 
detik menentukan, aku senang sekali, eureka!! Sebab aku teringat akan 
ucapan seniman besar favoritku. Akan kukutip salah satu syair lagunya. 
Aku berdiri tegak-tegak, berteriak, "Masa muda, masa yang berapi-api!! 
Haji Rhoma Irama!" 



-[Hamalan38daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Setiap memandangi anak-anak Sungai Manggar yang berkejaran menuju 
muara aku terus teringat dengan gambar Sungai Seine dari Pak Balia dulu. 
Anak-anak Sungai Manggar itu, muara, dan barisan hutan bakau adalah 
pemandangan yang terbentang jika kami membuka jendela los kontrakan 
kami di dermaga. Namun, tak seindah cerita romansa Sungai Seine, muara 
itu adalah muara air mata. Beberapa tahun lalu sebuah keluarga Melayu 
berkebun di pulau kecil tak jauh dari muara. Dalam perjalanan pulang, 
perahu mereka terbalik. Dua hari kemudian orang melihat sosok-sosok 
mengambang pelan, lekat satu sama lain, mengikuti anak Sungai Manggar. 
Sang ayah, dengan kedua tangannya, memeluk, merengkuh, menggenggam 
seluruh anggota keluarganya. Istrinya dan ketiga anaknya semuanya 
berada dalam dekapannya. la ingin menyelamatkan semuanya. Sebuah 
upaya yang sia-sia. Tapi anak tertuanya, Laksmi, selamat. Gadis kecil itu 
tak sadarkan diri, tersangkut di akar-akar bakau. Sejak itu semenanjung 
tempat keluarga itu ditemukan dinamakan orang Semenanjung Ayah. 
Laksmi dipungut seorang Tionghoa Tongsan pemilik pabrik cincau dan ia 
bekerja di situ. Tapi seperti Jimbron dengan Pendeta Geo, bapak asuh 
Laksmi justru menumbuhkan Laksmi menjadi muslimah yang taat. 
Sayangnya sejak kematian keluarganya, kehidupan seolah terenggut dari 
Laksmi. Ia dirundung murung setiap hari. 

Jelas, meskipun sudah bertahun-tahun terjadi, kepedihan tragedi di 
Semenanjung Ayah masih lekat dalam dirinya. Dan selama bertahun-tahun 
itu pula, tak pernah lagi — tak pernah walau hanya sekali — orang melihat 
Laksmi tersenyum. 

Senyumnya itu sangat dirindukan semua orang yang mengenalnya. Karena 
senyumnya itu manis sebab wajahnya lonjong dan ada lesung pipit yang 
dalam di pipi kirinya. Tapi kejamnya nasib hanya menyisakan sedikit 
untuk Laksmi: sebuah pabrik cincau reyot, masa depan tak pasti, dan 
wajahnya yang selalu sembap. Laksmi selalu menampilkan kesan seakan 
tak ada lagi orang yang mencintainya di dunia ini, padahal, diam-diam, 
Jimbron setengah mati cinta padanya. Jimbron bersimpati kepada Laksmi 
karena merasa nasib mereka sama-sama memilukan. Mereka berdua, 
dalam usia demikian muda, mendadak sontak kehilangan orang-orang 
yang menjadi tumpuan kasih sayang. Kepedihan yang menghunjam dalam 
diri mereka menyebabkan Laksmi kehilangan senyumnya, dan Jimbron 
kehilangan suaranya. Mereka berdua mengandung kehampaan yang tak 
terkira-kira dalam hatinya masing-masing. Setiap Minggu pagi Jimbron 
menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, ia menjadi relawan 
pembantu Laksmi. Tanpa diminta ia mencuci kaleng-kaleng mentega 
Palmboom wadah cincau itu jika isinya telah kosong dan ikut menjemur 
daun-daun cincau. Seperti biasa, Laksmi diam saja, dingin tanpa ekspresi. 



-[Hamalan39daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Di antara kaleng-kaleng Palmboom mereka berdua tampak lucu. 
Jimbron yang gemuk gempal, sumringah, dan repot sekali, hanya setinggi 
bahu Laksmi yang kurus jangkung, berwajah lembut, dan tak peduli. Sering 
Jimbron datang ke pabrik membawakan Laksmi buah kweni dan pita-pita 
rambut. Jimbron ingin sekali, bagaimanapun caranya, meringankan beban 
Laksmi meskipun hanya sekadar mencuci baskom. 

Jika pembeli sepi, Jimbron beraksi. Bukan untuk merayu atau menyatakan 
cinta, bukan, sama sekali bukan, tapi untuk menghibur Laksmi. Dari 
kejauhan aku dan Arai sering terpingkal-pingkal melihat Jimbron 
bertingkah seperti kelinci berdiri. Tak diragukan, dia sedang meringkik, 
sedang menceritakan kehebatan seekor kuda. Laksmi semakin datar 
karena kuda sama sekali asing baginya, asing bagi semua orang Melayu. 

Kadang-kadang, dengan penuh semangat, Jimbron memamerkan aksesori 
baru sepeda jengkinya pada Laksmi yaitu sadelnya yang ia buat seperti 
pelana kuda. Kulit kambing didapatnya dari beduk apkir. Lengkap pula 
dengan kantong kecil untuk menyelipkan senapan meski kenyataannya 
diisinya botol air. Atau sepatunya yang ia pasangi ladam jadi seperti sepatu 
kuda, atau aksesori berupa tanduk sapi yang diikatkan pada setang 
sepedanya. Laksmi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. 
Sering Jimbron menghampiri Pak Balia untuk meminta cerita-cerita 
komedi. Bersusah payah, terbata-bata, Jimbron membaca cerpen "Lelucon 
Musim Panas" karya Alberto Moravia atau "Karma" karya Khushwant 
Singh untuk Laksmi, Laksmi tetap saja murung. Jimbron, aku, Arai, atau 
siapa pun, bagaimanapun kami telah mencoba, tak pernah sekali pun 
berhasil memancing senyum Laksmi. Laksmi telah lupa cara tersenyum. 
Senyum Laksmi telah tertelan kegelapan nasibnya. Jika mendengar kami 
mengisahkan fabel dan parodi, Laksmi memalingkan wajahnya, miris 
memandang langit, gamang melalui hari demi hari, perih memandang 
sulur-sulur anak Sungai Manggar di Semenanjung Ayahnya. Bertahun- 
tahun sudah Jimbron berusaha menarik Laksmi dari jebakan perangkap 
kesedihan. Tapi Laksmi seperti orang yang sudah terjebak jiwanya. Kami 
mulai cemas, sekian lama dalam kungkungan duka yang gulita, jangan- 
jangan Laskmi mulai tergantung pada perasaan yang mengharu biru itu, 
bahkan mulai menyukainya. Seperti veteran Perang Vietnam yang 
kecanduan pada rasa takut. Menurut kami, sudah saatnya Laksmi 
ditangani orang yang ahli. Setiap kami singgung kemungkinan itu pada 
Jimbron, dengan tujuan agar ia tidak kecewa, agar tak terlalu memendam 
harap, ia terpuruk, terpuruk dalam sekali. 
"Aku hanya ingin membuatnya tersenyum...," katanya berat. 



-[Hamalan40daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Mozaik 7 
Afghanistan 

Di televisi balai desa kami menyimak ulasan Ibu Toeti Adhitama tentang 
sepak terjang seorang patriot muda Mujahiddin yang baru saja 
menumbangkan komandan resimen utara Tentara Merah Rusia.Pemuda 
Mujahid itu Oruzgan Mourad Karzani,berasal dariklan Karzani dan putra 
pahlawan Zahid Jirga Karzani.Zahid adalah imam karismatikyang 
terpandang di bagian lain Afghanistan,Baloch.Keluarga ini turun-temurun 
memimpin gerilyawan Baloch sehaj Afganistan melawan pendudukan 
Inggris dan sampai saat terbuhuhnya komandan Rusia itu,sudah hampir 
sepuluh tahun mereka menggempur invasi Rusia. 

Kejadiaanya berlangsung di Lembah Towraghondi,sebuah zona perang,dua 
ratus meter diluar garis batas Afghanistan dan Turkmenistan.Oruzugan 
yang seusia dengan aku,Arai,dan Jmbron- baru 17 tahun ternyata 
pemimpin pasukan elite Mujahiddin.Oruzgan telah menapaki jejak 
kepahlawanan keluarganya sejak belia. 

Terbunuhnya komandan resimen utara Tentara Merah menjadi tonggak 
penting direbutnya kembali zona utara dari penaklukan Tentara 
Merah,sekaligus pemicu hengkangnya Rusia dari Afghanistan tahun 
berikutnya.Oruzgan disambut bak pahlawan.Dalam waktu singkat,ia 
menjadi imam besar baloch.Ia mewarisi karisma ayahnya yang mampu 
merangkul sub-sub etnik Pashtuns, Tajik, Hazara, Aimak dan Baloch yang 
sering konflik satu sama lain.Sayangnya,karena friksi dengan 
Taliban,Oruzgan dan pengikutnya harus hengkang dari 
Afghanistan.Mereka mendapat suaka di sebuah Negara asing. 
Ketika menonton berita itu tak tebersit olehku dan Arai bahwa 
pertempuran di Towraghondi itu, yang terjadi pada waktu yang sama 
ketika kami dikejar Pak Mutar sampai ke gudang peti es:15 Agustus 
1988,akan menjadi potongan mozaik hidupkami.Kami juga tak sadar 
bahwa hari itu langit telah mengisap teriakan ikan duyung sang Capo 
seperti langit mengisap teriakan Arai yang melatunkan amin secara kurang 
ajar untuk membalas Taikong Hamim.Diam-diam langit menyimpannya, 
pelan-pelan hanyut mengintai aku dan Arai,dan suatu hari nanti akan 
menumpahkannya ke sekujur tubuh kami sebagai kutukan. 



-[ Hamalan 41 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 8 
Baju Safari Ayahku 



Ibukujelas lebih pintar dari ayahku.Ibuku paling tidak biasa menuliskan 
namanya dengan huruf Latin.Ayahku,hanya bisa menuliskan namanya 
dengan huruf Arab,huruf Arab gundul.Dan tanda tangannya pun seperti 
huruf s/?ot.Tahu/kan?Sebelum tho dan zho itu. Dan ayahhku adalah pria 
yang sangat pendiam. Jika berada di rumah dengan ibuku, rumah kami 
menjadi pentas menolong ibuku,berpenonton satu orang. Namun, belasan 
tahu sudah jadi anaknya. Aku belajar bahwa pria pendiam sesungguhnya 
memiliki rasa kasih sayang yang jauh berlebih disbanding pria sok ngatur 
yang merepet saja mulutnya. 

Buktinya, jika tiba hari pembagian rapor,ayahku mengambil cuti dua hari 
dari menyekop xenotim di instalasi pencucian timah,wasrai. Hari 
pembagian raporku adalah hari besar bagi beliau.Tanpa banyak cincong 
hari pertama beliau mengeluarkan sepatunya yang bermerek Angkasa. 
Dijemurnya sepatu kulit buaya yang rupanya seperti tatakan kue sempret 
itu, dipolesnya lembut dengan minyak rem dicampur tumbukan arang.lalu 
ikat pinggangnya,dari plastic tapi meniru motif ular, juga mendapat 
sentuhan semir istimewa itu. Dijemurnya pula kaus kakinya,sepasang kaus 
kaki sepak bola yang tebal sampai ke lutut,berwarna hijau tua. 

Setelah itu, special sekali, beliau akan menuntun keluar sepeda Rally 
Robinson made in England -nya yang masih mengilap. Sejak dibeli 
kakeknya tahun 1920, tak habis hitungan jari tangan kaki sepeda itu 
pernah dikeluarkan.Diperiksanya dengan teliti ban dan rantainya, 
dicobanya dynamo dan kliningnnya,dan tak lupa,sepeda itu pun mendapat 
kehormatan dipoles ramuan semir merek beliau sendiri tadi. Dan yang 
terakhir,hanya,sekali lagi hanya,untuk acara yang sangat penting, beliau 
mengeluarkan busana terbaiknya:baju safari empat sakulBaju ini punya 
nilai histories bagi keluarga kami. Aku ingat,setelah bertahun-tahun 
menjadi tenaga langkong, semacam calon pegawai PN Timah,akhirnya 
ayahku diangkat menjadi kuli tetap. 

Bonus pengangkatan itu adalah kain putih kasar bergaris-garis hitam.Oleh 
ibuku kain itu dijadikan lima potong celana dan baju safari sehingga pada 
hari raya Idul Fitri ayahku,aku,adik laki-lakiku,dan kedua abangku 
memakai baju seragam:safari empat sakulKami silahturahmi keliling 



-[Hamalan42daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kampung seperti rombongan petugas cacar. Saat pembagian rapor,ibuku 
pun tak kalah repot.Sehari semalam beliau merendam daun pandan dan 
bunga kenanga untuk dipercikkan di baju safari empat saku ayahku itu 
ketika menyetrikanya. 

Persiapan ayahku mengambil rapor akan ditutup dengan berangkat ke 

kawasan los pasar ikan untuk mencukur rambut dan kumis ubannya.Di 

sana,sambil memperlihatkan amplop undangan dari Pak Mustar,wakil 

kepala sekolah kami itu,beliau sedikit bicara,seperti berbisik,pada kawan- 

kawan dekatnya,para pejabat trias politika Masjid Al-Hikmah. 

"Besok,akan mengambil rapor Arai dan Ikal...." 

Senyum ayahku indah sekali.Karena baginya aku dan Arai adalah 

pahlawan keluarga kami. 

"Oh...si Kancil Keriting itu,Pak Cik?" 

Taikong Hamin selalu menatap ayahku lama-lama untuk mengharapkan 
lebih banyak kata meluncur dari mulut beliau.itulah orang pendiam,kata- 
katanya ditunggu orang.Sebenarnya,dengan memperlihatkan isi amplop 
itu ayahku bisa membual sejadi-jadinya.Karena dalam undangan tertulis 
aku dan Arai berada dalam barisan bangku garda depan.Siswa yang tak 
buruk prestasinya di SMAN Negeri Bukan Main. Tapi bagai ayahku, tujuh 
kata itu:besok,akan mengambil rapor Arai dan Ikal,yang terdiri atas tiga 
puluh empat karakter itu,sudah cukup. Pada hari pembagian rapor,ayah 
ibuku telah menyiapkan segalanya. Suami istri itu bangun pukul tiga 
pagi.Ibuku menyalakan arang dalam setrikaan, mengipas-ngipasinya,dan 
dengan gesit memercikkan air pandan dan bunga kenanga, yang telah 
direndamnya sehari semalam,di sekujur baju safari empat saku keramat 
itu. Ayahku kembali melakukan pengecekan pada sepedanya untuk sebuah 
perjalanan jauh yang sangat penting. 

Usai salat subuh ayahku siap berangkat.Dengan setelan lengkapnya:ikat 
pinggang bermotif ular tanah,sepatu kulit buaya yang mengilap,dan kaus 
kaki sepak bola,serta baju safari jahitan istrinya tahun 1972,yang sekarang 
berbau harum seperti kue bugis, kesan seorang buruh kasar di intalasi 
pencucian timah menguap dari ayahandaku. Sekarang beliau adalah 
mantri cacar, syahbandar,atau paling tidak,tampak laksana juru tulis 
kantor desa. Ibuku menyampirkan karung timah berisi botol air minum 
dan handuk untuk menyeka keringat, lalu beliau bersepeda ke Magai,ke 
SMA Negeri. Bukan main, 30 kilometer jauhnya,untuk mengambil rapor 
anak-anaknya. 

Dibawah rindang dedaunan bungur,di depan aula tempat pembagian 



-[Hamalan43daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



rapor,sejak pagi aku dan Arai menunggu ayahku.Aku membayangkan 
beliau,yang akan pensiun bulan depan,bersepada pelan-pelan melalui 
hamparan perdu apit-apit,kebun-kebun liar,dan jejeran panjang pohon 
angsana reklamasi bumi Belitong yang dihancurkanleburkan PN 
Timah..Lalu beliau beristirahat di pinggir jalan. Beliau pasti menuntun 
sepedanya waktu mendaki Bukit Selumar, dan tetap menuntunnya 
ketika menuruni undakan itu sebab terlalu curam berbahaya,Beliau 
kembali melakukan hal yang sama saat melewati Bukit Selinsing,dan 
kembali terseok-seok mengayuh sepeda melawan angin melalui padang 
sabana belasan kolometer menjelang Magai. 

Tapi tak mengapa,sebab kesurupan beliau akan kami obati disini.Di dalam 

aula itu, Pak Mustar mengurutkan dengan teliti seluruh rangking dari tiga 

kelas angkatan pertama SMA kami. Dari rangking pertama sampai terakhir 

160. Semua orangtua murid dikumpulkan di aula dengan nomor kursi 

besar-besar, sesuai rangking anaknya.Nomor itu juga dicatumkan dalam 

undangan. Bukan Pak Mustar namanya kalau tidak keras seperti 

itu. Maka pembagian rapor adalah acara yang dapat membanggakan bagi 

sebagian orang tua sekaligus memalukan bagi sebagian lainnya. 

Pak Mustar menjejer sepuluh kursi khusus di depan. Di sanalah berhak 

duduk para orang tua yang anaknya meraih prestasi sepuluh besar. 

"Sepuluh terbaik itu adalah anak-anak Melayu avant garde, gar da 

depan/'katanya bangga ketika mengenalkan konsepnya pada rapat 

orangtua murid. Dan kebetulan, aku dan Arai berada di garda depan.Aku 

urutan ketiga, Arai kelima. Adapun Jimbron,mempersembahkan nomor 

kursi 78 untuk Pendeta Geo. Biasanya acara pembagian rapor akan 

berakhir dengan makian-makian kasar orangtua pada anak- 

anaknya di bawah jajaran pohon bungur di depan aula tadi. 

"Berani-beraninya kaududukkan bapakmu di kursi nomor 147! 

Apa kerjamu di sekolah selama ini?!" 

"Bikin malulSemester depan kau cari bapak lain untuk mengambil 

rapormu!!" 

Metode Pak Mustar memang keras,tapi efektif.Anak-anak yang dimaki 
bapaknya itu biasanya belajar jungkir balik dalam rangka memperkecil 
nomor kursinya.Mereka sadar bahwa muka bapaknya dipertaruhkan 
langsung di depan majelis. Aku dan Arai serentak berdiri ketika melihat 
sepeda ayahku.Sepeda itu mudah dikenali dari kap lampu alumunium 
putih yang menyilaukan ditimpa sinar matahari.Beliau melihat kami 
melambai-lambai dan mengayuh sepedanya makin cepat.Lima meter 
menjelang kami,dadaku sejuk berbunga-bunga karena aroma daun 
pandan. 



-[ Hamalan 44 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Beliau turun dari sepeda,seperti biasa,hanya satu ucapan pelan 
"Assalamu'alaikum", tak ada kata lain. Beliau menepuk-nepuk pundak kami 
sambil memberikan senyumnya yang indah. Beliau mengelap 
keringat,merapikan rambutnya dengan tangan.dan berjalan tenang 
memasuki aula dengan gaya jalannya yang pengkor,mencari kursi nomor 
tiga. Tepuk tangan ramai bersahutan ketika nama ayahku dipanggil.Setelah 
menerima raporku, Pak Mustar mempersilakan ayahku menempati kursi 
nomor lima yang kosong,dan tepuk tangan kembali membahana waktu 
namanya kembali dipanggil untuk mengambil rapor Arai, Tidak terlalu 
buruk,seorang tukang sekop di wasrai dipanggil dua kali oleh Kepala SMA 
Negeri Bukan Main. Kulihat senyum menawan ayahku dan aku tahu,saat 
itu adalah momen terbaik dalam hidupnya. 

Selesai menerima rapor,ayahku keluar dari aula dengan tenang dan dapat 
kutangkap keharuan sekaligus kebanggaan yang sangat beasr dalam 
dirinya. Beliau menemui kami,tapi tetap diam.Dan inilah momen yang 
paling kutunggu. Momen itu hanya sekilas,yaitu ketika beliau bergantian 
menatap kami dan dengan jelas menyiratkan bahwa kami adalah pahlawan 
baginya.Dan kami ingin,ingin sekali dengan penuh hati, menjadi pahlawan 
bagi beliau.Lalu ayahku tersenyum bangga,hanya tersenyum,tak ada 
sepatah kata pun.Senyumnya itu seperti ucapan terimah kasih yang 
diucapkan melalui senyum.Beliau menepuk-nepuk pundak kami, 
mengucapkan ''Assalamu'alaikum" dengan pelan sekali,lalu beranjak 
pulang. Mengayuh sepedanya lagi,30 kilometer. Kupadangi punggung 
ayahku sampai jauh.Sepedanya berkelak-kelok di atas jalan pasir. Betapa 
aku mencintai laki-laki pendiam itu.Setiap dua minggu aku bertemu 
dengannya, tapi setiap hari aku merindukannya. 



-[ Hamalan 45 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 9 
Bioskop 



Berbagai bangsa telah merapat ke Dermaga Magai: Arab, Afrika, Cina, 
India, Pakistan, bahkan orang-orang perahu dari Kamboja. Yang paling 
sering adalah orang-orang bersarung.Jika musim buah,mereka membawa 
kweni, pisang, dan manggis, menjualnya pada penampung di stanplat lalu 
pulang ke pulau-pulau kecil yang tersebar di Belitong timur membawa 
minyak tanah dan beras. Mereka tinggal di perahu dan memakai sarung 
sampai menudungi kepala, seiring dengan sengaja mereka menutupi 
wajah.Hanya itulah adatnya yang kukenal. Jika merapat di Dermaga Olivir 
Magai maka peradaban pertama yang ditemukan orang adalah sebuah 
gedung bioskop.Hiburan paling top di Magai. Memutar film dua kali 
seminggu, film India dan Film Jakarta, kata orang Melayu,Speaker TOA dari 
dalam bioskop itu melolongkan suara sampai terdengar ke los kontrakan 
kami. Dari situlah aku tahu kata mutiara:masa muda masayang berapi-api 
dari Rhoma Irama ketika film Gitar Tuanya diputar tak henti-henti selama 
tiga bulan.Orang bersarung berduyun-duyun menontonnya. Satu lagi 
adatnya yang kukenal,mereka gemar sekali menonton film Jakarta. Mereka 
memohon pada pemilik bioskop untuk terus memutar film Beranak 
dalam Kubur sampai fim itu keriting,hangus tak dapat diputar lagi. 
Sebenarnya,gedung bioskop itu berada persis di depan los kontrakan kami. 
Tapi sedikit pun kami tak berani meliriknya.Sebab menonton bioskop 
merupakan salah satu larangan paling keras Pak Mustar. 
"Sangat berbahaya...Sangat berbahaya dan menjatuhkan martabatmu, 
anak-anak Melayu bangsa pujangga. jika menonton film yang dengan 
melihat nama pemainnya saja kita sudah dapat menduga ceritanya. 
"Film tak pakai otaklAkting tak tahu malulTak ada mutunya sama sekali. 
Lihatlah posternya itulAurat diumbar kemana-mana.Film seperti itu akan 
merusak jiwamu. "Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat 
tertangkap tangan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!" 
Maka tak ada siswa SMA Negeri Bukan Main yang berani dekat-dekat 
bioskop itu. Membicarakannya pun sungkan. Tapi sore ini berbeda. Aku, 
Jimbron, dan Arai baru pulang sekolah dan sedang duduk santai di beranda 
los kontrakan kami waktu melihat para petugas bioskop mengurai 
gulungan terpal besar berukuran 4x3 meter, sebuah poster film 
baru.Ujung kiri kanan terpal telah ditautkan pada sudut-sudut papan.Agar 
baliho raksasa itu tak berantakan,para petugas harus pelan-pelan 
membuka gulungannya. Mulanya kami hanya melihat gambar dua potong 
betis yang putih.Namun,pemandangan semakin menarik sebab seiring 



-[ Hamalan 46 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



dengan semakin panjang terpal diurai dasn semakin ke atas betis itu 
tampak, semakin tak ada tanda-tanda pakaian menutupinya. 
Kami bertiga melotot waktu terpal dibuka melewati lutut wanita itu.Di atas 
tempurung lututnyajantung muda kami, yang telah lepas pantang sunat 
ini, berdetak satu-satu mengikuti lekukan kaki mulus yang naik lagi, naik 
lagi,terus naik lagi sampai ke area paha dan tetap tak tampak selembar 
pun benang membalutnya.Kami terpaku dengan mulut ternganga waktu 
terpal terbuka sampai ke atas paha. My God,aku mau pingsanlDi sana , ya, 
di sana,hanya ada carik kecil berwarna merah. Bukaan terpal naik lagi, dan 
di dadanya juga hanya dililit carik merah berupa tali-temali.Aku terbelalak. 
Jimbron menggenggam lengan Arai kuat-kuat,lalu menggigitnya.Arai sudah 
tak bisa lagi merasakan sakit.Mati rasa.Mulutnya seperti anjing melihat 
tulang.Aku cepat-cepat menutup mataku dengan kadua tanganku.Tapi 
aneh,jari-jariku bergeser sendiri tak terkendali.Aku dipaksa oleh diriku 
sendiri untuk mengintip dari sela-sela jariku. Kututup kembali jariku, tapi 
jari-jari itu melawan tuannya, Aku mengintip lagi. Aku malu dan merasa 
sangat bersalah pada Buya Kiai Haji Achmad Dahlan, pendiri 
Muhammadiyah. 

Poster tergelar penuh dan hanya lima puluh meter,tepat di depan pintu los 
kamar kontrakan kami,wanita berbikini itu melirik penuh godaan sambil 
menggendong seekor anjing pudel. Di sampingnya tertera judul film yang 
penderita sakit gila nomor 6 sekalipun — idiot — dapat langsung menebak 
nasib para pemeran di film itu. Dan ada juga nama produsernya (seperti 
merek puyer] ,dan nama sutradaranya (seperti nama pemain seruling 
sebuah dangdut}. Dia pasti menyamarkan tabiat rendahnya di balik nama 
seperti nama surau. 

Jika kami membuka pintu dan jendela los kontrakan.wanita itu langsung 
menyerbu kami dengan gelembung-gelembung memabukkamtak 
terjangkau tapi menjanjikan,singgah sebentar tapi mengajak,digdaya tapi 
murah.Sementara sang pudel tampak tenteram sekali di haribaan dua 
gelembung lain di dadanya. Berminggu-minggu kami tersihir pandangan 
mata wanita di poster itu.Sungguh godaan yang tak tertahankan.Setiap 
gerakan kecil kami di los kontrakan seakan diikuti oleh kedua bola 
matanya. Setiap pulang sekolah kami memandanginya.Tak berkedip. 
Menduga-duga; apa ya yang dikerjakannya kalau tidak sedang bermain 
film tolol? Anjing siapakah yang digendongnya? Apakah dia bisa 
mengaji? 

Lalu suatu pagi buta, kelelahan setelah pontang-panting memikul ikan. 
Kami duduk bertiga,nanar mengamati inci demi inci lekukan maut wanita 



-[ Hamalan 47 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



itu yang tampak semakin membius disirami cahaya lampu neon.Kami diam 
melamun dengan pikiran masing-masing. Pikiran yang semburat 
menerobos pelosok-pelosok gelap tak bermoral. Lalu perlahan-lahan 
senyum genit wanita di poster itu makin merekah. ia hidup! Berbicara 
lembut kepada kami,lembut sekali bak busa-busa sabun. 

"Haii di sana...aiiiih,siapa namamu?Ah,sudahlah,tak penting,tapi tak 
tahukah?hidup hanya sekali... Oh,lihatlah dirimu: muda, perkasa, tampan, 
tersia-sia..." Kami melongo. 

"Kauhabiskan waktu mudamu hanya untuk membanting tulang? Aiiiih... 
mengapa keras sekali pada dirimu sendiri...?? 

"Aku bisa dipecat!! Apa tak kau tengok pengumuman, anak sekolah 
dilarangmasuk!!" 

Dan memang, dari mulai pagar bioskop sampai pintu masuk,bertebaran 

peringatan keras anak sekolah dilarang masuk. 

"Pak Mustar punya mata-mata di mana-mana jangan coba-coba.Kalian 

tak'akan bisa masuk!!" 

Pak Cik muntab . Rupanya ia sendiri muak dengan film-film murahan itu. 

"Anak sekolah macam apa kalian ini!!?? Mau nonton film nauzubillah 
macam begini???" 

Ketika kami melompat kabur,ia masih sempat melolong/'Pulang 

sana,mengaji!! Dan kau.Keriting, aku kenal Bapakmu di wasrai .Kulaporkan 

tabiatmu!!" 

Bioskop itu hanya memiliki satu akses,yaitu pintu masuknya.Pak Cik dan A 

Kiun adalah palang pintunya dan keduanya gagal kami dekati.Kami 

memutar otak dengan keras. Arai punya rencana gila. 

"Tengah malam kita bongkar atapnya,masuk,dan sembunyi dalam bioskop 

sampai diputar film besok malam." 

Kawan, tadi sudah kubilang kelenjar testoteron adalah akar segala 

kejahatan. Dan simaklah betapa mengerikannya modus kriminal yang 

dimotivasi kelenjar itu.Karena dengan modus itu berarti kami harus 

sembunyi paling tidak 20 jam di dalam bioskop 

yang gelap. Dan membongkar atap urusan bisa runyam sebab bioskop itu 

milik Capo Lam Nyet Pho. Berarti rencana ini juga gagal. 

Kami frustasi. Dorongan untuk menyaksikan nasib dua carik merah itu 

menggebu tapi kami tak tahu cara masuk bioskop. Kami benci menjadi 

anak sekolah yang tak kunjung dewasa.Kami benci pada waktu yang 



-[Hamalan48daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



seakan beku tak beranjak.Masa remaja terasa selamanya tak habis- 
habis.Dan setiap malam,dari los kontrakan, kami benci melihat 
orang-orang berkerudung mengantre tiket tanpa kami sadari bahwa solusi 
brilian sesungguhnya kasat di depan mata kami. hanya Jimbron yang selalu 
kami ragukan kapasitas akalnya yang justru melihat solusi itu.Suatu 
malam. ketika orang-orang berkerudung sedang antre,dia menghambur ke 
dalam los kontrakan,mengagetkan aku dan Arai yang sedang tidur. 

"Agghh...rrrrh..rrhh...grrrtt. .eerhhgg!!Errgghh!!" 

Jimbron mendengus-dengus keras serupa kucing berahi.Mukanya pucat 
tegang seperti kucing berahi.Mukanya pucat tegang seperti telah menelan 
biji durian.Gagapnya kumat parah jika ia bersemangat.Ia menunjuk-nunjuk 
orang-orang bersarung,tangannya memberi isyarat seperti orang 
menudungi kepala dengan sarung.Dan kami segera paham 
maksdunya.Kami melonjak-lonjak. 
"Genius! !Genius sekali,Broni!!" 

Kami akan masuk bioskop dengan menyamar sebagai orang 
berkerudung.!! 

Esoknya kami sibuk mencari sarung tangan yang paling bau yang 
berbulan-bulan tak dicuci agar A Kiun dan Pak Cik tak betah dekat-dekat 
kami.Hari besar itu pun tiba.Lagu instrumen "Sepatu Kaca Cinderella" 
bergema dari speaker TOA,tanda film segera dimulai.Kami menyelinap 
dalam barisan panjang orang berkerudung yang mengantre 
tiket. Mereka riuh rendah dengan bahasanya sendiri dan kami gemetar,tak 
sabar memenuhi undangan wanita yang menggendong anjing pudel 
itu,ingin segera menemuinya di dalam bioskop. 

Betapa sempurna penyamaran kami.Sarung busuk itu kami tudungkan di 
atas kepala dan kami lipat tepiannya menutupi wajah sehingga yang 
tampak hanya mata dan sedikit lubang hidung.Intel Melayu yang paling jeli 
sekalipun tak'kan dapat mengenali kami.Dz mana ada kemauan,di situ ada 
jalan .Pepatah lama yang dianut semua bangsa di muka bumi,benar adanya 
Sungguh benar adanya. Sempat kulirik lagi poster wanita yang 
menggendong anjing pudel itu dan ia tersenyum.Kali ini bukan senyum 
mengajak tapi senyum kemenangan hasrat maksiat atas 
gembelengan akhlak yang kemi tempuh sejak kecil.ini adalah malam yang 
amat menyedihkan sesungguhnya. 

Aku gugup ketika mendekati loket karcis yagn berjeruji.Suaraku 



-[Hamalan49daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



menggumam tak jelas waktu menyodorkan uang receh sambil 
menunjukkan tiga jari.Mendapat semburan semerbak bau sarungku.A Kiun 
mendadak memundurkan kursinya.Mukanya merah dan cepat-cepat 
menyerahkan karris. Melihatku pun ia tak berminat.Suksesltahap 
pertama,dan sekarang yang paling menentukan.melewati tukang sobek 
karcis Pak Cik Basman.Dan ternyata mudah sekali.Kami masih tiga meter 
darinya dan ia langsung menutup hidung,memalingkan wajahnya. 
"Masuk,masuk!!" 

Kami menunduk ketika melewatinya.Pak Cik malah tak mau menyobek 
karcis kami.Dan serasa tak percaya,sekejap kemudian kami telah berada di 
dalam bioskop.kami girang seperti orang berhasil melewati tembok 
berlin.Kami mengambil tempat duduk di tengah. bau pesing tercium dari 
sudut-sudut bioskop.Kami tetap memakai sarung kami seperti orang 
memakai cadar dan dari balik cadar,kami terpesona melihat adat istiadat 
dalam bioskop orang dewasa. 

Pertama-tama,muncul gerombolan calo angkutan umum.Mereka terbahak 

sekehendak hatinya dan membakar obat nyamuk dekat mereka 

duduk.Kaki dinaikkan ke atas kursi dan semuanya merokok seperti kereta 

api.Lalu muncul beberapa pasang laki-laki dan perempuan yang dari 

bajunya kita segera paham bahwa mereka adalah penggemar berat 

musik dangdut,Lalu terakhir gerombolan besar tak putus-putus orang 

berkerudung,ingar-bingar, sebelum duduk, mereka menyemprot celah- 

celah kursi dengan semprotan serangga uneuk menghindari gigitan 

tuma,Kini bau pesing bercampur dengan bau minyak tanah.Ada pula yang 

menggerus kapur barus dan menebarkan garam mengelilingi 

tempat duduk mereka untuk menghindari serbuan kecoak.Inilah film 

Indonesia,inilah 

bioskopnya,dan inilah para penontonnya. 

Lagu instrumen "Sepatu Kaca Cinderella"sontak berhenti,Lampu 

dimatikan,para 

penonton terdiam.Kami leluasa membuka kerudung.Mulanya beberapa 

ekor tikus got 

melintas cepat di bawah layar dan sekeluarga kecoak merayap du sudut- 

sudutnya.Kupikir 

merupakan bagian dari film,rupanya bukan,habitat hewan-hewan itu 

memang berada di 

dalam gedung bioskop ini,Film dimulai dengan adegan seorang bapak yang 

gendut dan 

botak,nyonya rumah,dan kedua anak remajanya sedang makan.Seekor 

anjing pudel yang 



-[Hamalan50daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



telah kami kenal dengan baik berlari-lari mengelilingi meja makan.Tapi 

kami tak 

menemukan wanita di poster film yang mengundang kami masuk ke dalam 

bioskop 

bobrok ini.Kami terkejut karena penonton yang menyesaki bioskop riuh 

bertepuk 

tangan,bersuit-suit,dan dari balik tirai muncullah wanita poster itu sambil 

membawa 

dandang nasi.Orang-orang berkerudung yang telah berulang kali 

menonton film ini 

bertepuk tangan sebelum tirai itu terbuka.Kami langsung tahu bahwa 

wanita pujaan kami 

itu berperan sebagai babu.Dan dua detik menonton film ini.ketika belum 

sepatah dialog 

pun diucapkan,kami juga langsung tahu bahwa seluruh cerita nanti 

hanyalah soal sang 

majikan yang gendut botak itu menggoda babunya. 

Benar sajajika nyonya rumah pergi ke salon,anak-anak berangkat 

sekolah,sang majikan 

beraksi.Ia mengejar-ngejar pembantunya yang jinak-jinak merpati di 

dapur.Wanita poster 

ini sama sekali tak pandai berakting tapi tampak jelas sutradaranya tak 

mengalami 

kesulitan jika menyuruhnya membuka kancing bajunya.ia terampil sekali 

dalam hal 

mengumbar auratnya,merendahkan dirinya sendiri.Dan jika sang babu 

dike jar 

majikannya untuk digagahi,bioskop semarak.Para penonton perempuan 

menjerit-jerit. 

"Aauuu....lari..lari...awas dia dibelakangmu!!" 

Setiap sang babu tertangkap,mereka mengumpat/'laki-laki berengsekltak 

tahu malu!" 

Tapi para penonton pria malah mendukung sang majika,"hei itu 

dialsembunyi di balik 

pintu!aduh,bodohnya!itu dia..." 

Nahjika nyonya rumah dan anak-anaknya pulang.adegan kembali ke meja 

makan.Belum 

20 menit film berlangsung,sudah kulihat lima kali orang makan.Film 

Indonesia ternyata 

banyak sekali soal orang makan.Lalu sorenya nyonya rumah pergi lagi 

untuk arisan dan 



-[ Hamalan 51 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



anak-anaknya les piano,si gendut botak kembali bereaksi.Ia mengejar- 

ngejar babunya di 

garasi,di taman,atau di dekat kolam renang.Malamnya,seluruh anggota 

keluarga pulang 

dan semuanya makan lagilBegitulah jalan ceritanya berulang-ulang. 

Tanpa kusadari film inilah sesungguhnya cetak biru film Indonesia.Para 

prosedur film tak 

tertarik untuk memproduksi fim berbobot yang misalnya merekonstruksi 

sejarah.Karena 

hanya akan mengurangi margin dan sutradara dalam film yang kami 

tontonini jelas tak 

mampu mengarahkan setiap orang agar tidak membawakan dialog seperti 

membaca 

deklamasi.Namun,dan sutradara telah berkonspirasi mengumpulkan 

rupiah demi rupiah 

dari penonton yang bodoh atau yang mereka bodohi.Sungguh beruntung 

dapat kuambil 

pelajaran moral nomor delapan dari fenomena ini:jika Anda seorang 

produser film ingin 

untung besar,maka,pakailah seorang sutradara yang otaknya bebal. 

Penonton bertepuk tangan lagi,gegap gempita,ketika wanita poster itu 

muncul kembali 

membawa sekeranjang cucian.Oh,inilah puncak ceritanya karena kali ini ia 

hadir dengan 

pakaian seperti tampak di poster.Carik kecil merah yang kami 

rindukan.Kulirik 

Arai,keringat di dahinya mengucur deras,hidung jambu airnya kembang- 

kempis,rahangnya keras dan maju beberapa inci ke depan,matanya 

melotot,Adapun 

Jimbron tubuhnya kaku,mulutnya menganga,napasnya mendengus 

pendek-pendek.Dan 

aku menutup mataku dengan tangan waktu wanita itu melenggak-lenggok 

menuju 

jemuran hanya ditutupi dua carik kecil.Tapi jari-jariku kembali melawan 

tuannya.Di sela- 

sela jemariku bola mataku rasanya ingin meloncat.Betapa menyedihkan 

keadaan kami 

sebenarnya, Waktu itu umur kami hampir delapan belas tahun dan 

tergagap-gagap melihat 

pemandangan seperti ini,padahal di belahan dunia lain anak-anak SMP 

sudah biasa 

menonton film"biru". 



-[ Hamalan 52 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Wanita pembantu itu bernyanyi-nyanyi kecil tapi kami tak peduli pada 

lagunya.Mataku,mata kami,hanya lekat pada carik-carik merah di 

tubuhnya.Kurasakan 

pahaku,pinggang,serta perutku penat sebab seluruh sulur-sulur 

urat,darah,dan tot yang 

ada di sana tertarik ke satu titik dan pada titik itu kurasakan ngilu yang 

dalam,panas 

bergelora.Seluruh isi perutku seakan naik pengumpul di ulu 

hatiku.Tampak jelas Arai dan 

Jimbron mengalami hal yang sama.Tujuh belas tahun usia kami,pertama 

kami berdiri 

paling dekat dengan pengalaman seksual.Maka di tempat duduk habitat 

tuma ini,di 

bawah tipu daya sutradara bejat ini,kami adalah labu air yang matang di 

tangkainy a. Kami 

adalah kanon yang siap meledak dahsyat kapan saja. 

Dan si botak pun itu muncul,mengejar di Carik Merah.para penonton 

wanita berteriak- 

teriak histeris menyuruhnya lari/'Pergi sana,Dayang,masuk lagi ke dalam 

rumah!!" 

Sebaliknya,penonton pria bersuit-suit nyaring,menyokong si Botak habis- 

habisan/'Ayo,Gendut! ITambahkan hatimu! IKejar! IBuktikan kemampuanmu 

kali 

ini!!Garap dial! 

Penonton riuh dalam adegan penuh ketegangan waktu si Carik Merah 

meliuk-liuk di 

antara jemuran cucian. 

Pudel menyalaki si Gendut,galak dan panik/ ; Affh..affh..affh.."dan kami 

terpaku di 

tengah bioskop menunggu apa yang akan terjadi pada carik-carik merah 

itu.Tak berselang 

lama para penonton pria,gegap gempita sampai mengguncang-guncang 

tempat 

duduknya,menimbulkan kehebohan di gedung bioskop karena si gendut 

akhirnya berhasil 

menangkap si Carik Merah.Dengan mudah,ia merenggut carik-carik 

pertahanan terakhir 

babunya itu,menggagahinya,dan saat itu pula,dengan amat jeli 

menghindari gunting tajam 

Badan Sensor,sang sutradara lemah iman itu mengalihkan kamera dari 

adegan porno 

majikan dan babu kepada si pudel dan menyuruhnya melolong.Hewan 



-[ Hamalan 53 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kecil lucu yang 

malang itu menurut saja perintah sutradara. 

"Auuuffhhh...auuuuuufffhhh...aauuuuuuuuuuuuffffhhh...." 

Para penonton pria bertepuk tangan meriah menyambut lolongan 

pudel.Setiap majika 

gendut mengulangi lagi kelakuan rendah itu,sang pudel kembali melolong 

seakan melihat 

hantu gentayangan,penonton pria dengan kompak menimpalinya dengan 

sorakan.Sementara penonton wanita menyumpah-nyumpah/'Anjing 

Kurap!!Biar nanti 

kau dan majika botakmu itu dibakar di neraka!!" 

Aku,Arai,dan Jimbron tak menghiraukan penonton pria dan wanita yang 

gaduh dalam 

pertentangan.Beberapa di antara mereka sampai berdiri perang 

mulut.Kami hanya sangat 

ingin melihat kemungkinan sutradara melakukan kesalahan sedikit 

saja,yaitu 

memperlihatkan adegan si Carik Merah sedang diperkosa 

majikannya.Dengan segala 

asumsi selera rendah semua manusia yang terlibat dalam produksi film 

ini,kami merasa 

kemungkinan itu ada.Maka kami tak berkedip.Saraf kami semakin tegang 

mengikuti 

adegan tak senonoh di lokasi jemuran cucian dan agaknya kamera sudah 

akan menyorot 

si Carik Merah yang sekarang sudah tak bercarik.SerulInilah momen 

puncak yang kami 

tunggu-tunggu,tapi sial tiga bayangan gelap manusia tiba-tiba menghalangi 

pandangan 

kami. 

"Pak Cik,duduklah!!Kami mau nonton!!"Arai menghardik marah. 

Dan detik itu juga layar padam dan 

brrtth...brrth.. brrth...depp!Depp!Depp!Deppp!Seluruh batang lampu neon 

di dalam 

bioskop menyala,Penonton serentak bersorak kecewa tapi langsung 

diam.Ketiga sosok 

yang dekat sekali di depan kami itu memakai jaket kulit hitam murahan 

yang biasa 

dikenakan polisi intel.Semuanya berlangsung sangat cepat.Salah satu 

sosok itu menoleh 

kepada kami,tepat di depan wajahku.Matanya menghunjam tajam ke 



-[ Hamalan 54 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



mataku.Darahku 

surut,tubuhku gemetar,dan hatiku menjadi dingin.Aku tak percaya apa 

yang kulihat di 

depan hidungku.Ia Pak Mustar. 

Aku tergagap karena terkejut yang amat sangat.Pandaganku berkunang- 

kunang.Kepalaku 

pening.Perutku mual karena ketakutan.Arai pias,pucat pasi seperti 

mayat.Kening,mata,hidung,pipi,dan dagunya seakan meleleh,giginya 

gemelutuk.Dan 

Jimbron mengigil hebat.Matanya terkunci menatap Pak Mustar seperti 

orang kena 

tenung.Ia tergagap-gagap tak kendali,"Pppp...pppp.. 

pppphhhh...pppphhhaaa..." 

Lalu masih sempat ia menutupi kepalanya dengan sarung.Ia seperti anak 

ayam yang ingin 

bersembunyi di depan hidung elang.Pak Mustar menyentak sarungnya 

sambil 

berteriak.Suaranya bergenia seantero bioskop/'Berrrandaalll!!!" 

Kami menciut.Seisi gedung bioskop terhenyak membisu.jangankan 

kami,bahkan seluruh 

penonton tak berkutik dibuat Pak Mustar.Ia memang tokoh yang disegani 

siapa saja. 

"Ini rupanya kerja kalian??! !Tak malu kalian sebut diri sendiri 

pelajar??!!Pelajar macam 

apa kalian!!" 

Kami seperti pesakitan di ruang sidang,seperti meling tertangkap basah 

membongkar 

kandang ayam.Semua mata terhujam pada kami.Kami menunduk karena 

takut dan rasa 

malu yang tak tertanggungkan. 

Teriakan Pak Mustar semakin kencang/'Merendahkan diri sendiri !!Itulah 

kerja 

kalian! !Merendahkan diri sendiri!!" 

Kami berusaha menutupi wajah sepertui para koruptor menghindari 

jepretan 

wartawan.Pak Mustar merampas sarung kami. 

"lihatlah mukanya baik-baik,Saudara-saudara!Beginilah anak-anak Melayu 

zaman 

sekarang!" 

Martabat kami diobral Pak Mustar habis-habisan.Para pengunjung bioskop 

mengangguk- 

angguk.Kami berusaha merunduk. 



-[ Hamalan 55 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Keluarrrrr!!" 

Pak Mustar dan penjaga sekolah menggelandang kami seperti ternak.Kami 

ketakutan tak 

berdaya.Di layar muncul slide dengan tulisan spidol"Hadirin- 

hadirin,maaf,pilem perai 

sebentar,anak sekolah tertangkap,ttd A Kiun"dan kali ini,para 

penonton,laki-laki dan 

perempuan,larut dalam sepakat.Tak ada pertentangan pendapat.Semuanya 

berdiri 

bertepuk tangan.Barang kali maksudnya:memang tak pantas,anak-anak 

muda Indonesia 

menonton film negeri sendiri jika filmnya seperti drama carik merah ini. 

Sebelum meninggalkan kami,di pintu bioskop Pak Mustar masih sempat 

melontarkan 

ancaman dengan dingin.Ancaman yang membuat kami tidak bisa tidur dua 

malam 

berikutnya/'Ingin tahu seperti apa neraka dunia?Lihat saja disekolah hari 

senin 

pagi,Berandal!!" 



-[ Hamalan 56 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 10 
Action!! 



Pak Cik Basman dasn A Kiun berdiri rapat di pintu keluar bioskop.Waktu 

kami 

digiring,mereka memandang kami dengan perasaan bersalah.Mengapa tak 

kalian 

hiraukan pehngatan kami?Bodoh sekali. Orang-orang baik itu telah 

terjebak dalam 

lingkaran maksiat industri film nasional dan mendapati kami,para 

siswa,termanipulasi di 

dalamnya,membuat mereka jijik dengan profesinya. 

Masalah ini gawatDari asisten juru rias pengantin,biang gossip kampung 

kami,kami 

mendengar bahwa Pak Mustar belakangan mengetahui kelakuan kami di 

peti es tempo 

hari.Tapi ia tak mau ribut-ribut karena dalam kejadian itu jelas ia telah 

kami tipu mentah- 

mentah.Harga dirinya terlalu tinggi untuk mengakui bahwa ia telah 

terpedaya kegeniusan 

Arai.Ia yang memburu kami justru menyelematkan kami.Namun,diam- 

diam ia 

menyimpan kekalahannya di stanplat itu,meninmbunnya menjadi gunung 

dendam yang 

berlipat-lipat kepada kami. 

Malam Minggu ini,tukang jagung yang telah bertahun-tahun bercokol di 

depan bioskop 

melihat sarung dengan motif yang beda.Motif Melayu bukan motif orang 

pulau.Baunya 

pun lain.Bau apek gudang peregasan,bukan seperti bau sarung orang pulau 

yang bau 

laut.Ia tahu bahwa tiga pendatang haram telah menyelundup ke dala, 

bioskop bobrok 

itu.Pak Mustar yang iseng-iseng mematroli siswanya malam itu sedang 

bernasib baik.Ia 

dilapori tukang jagung.Ia tersenyum pada tukang jagung,Dewi Fortuna 

tersenyum pada 

Pak Mustar,dan kami dikhianati tukang jagung. 

Maka kami tertangkap tangan,tertangkap basah,basah kuyup.Positifnya 

adalah bahkan 



-[ Hamalan 57 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



tukang jagung peduli pada integritas kami sebagai siswa.Maka kata yang 

lebih tepat 

bukanlah tukang jagung yang mengkhianati kami tapi kami yang 

mengkhianati diri 

sendiri.Berita itu dengan cepat menyebar seantero Magai.Dalam waktu 

singkat,los 

kontrakan kami dipenuhi para tamu,handai tolan sesame monyet sirkus 

SMA Negeri 

Bukan Main.Mereka tidak dating untuk menunjukkan simpati,tak pula 

tertarik dengan 

momen-momen ketika kami tertangkap.Mereka,seperti juga kami,hanya 

ingin tahu soal 

nasib dua carik merah itu.Kami yang telah berhasil menonton film itu 

mereka anggap 

sebagai penziarah yang baru pulang dari Babylonia dan membawa kabar 

yang akan 

memuaskan fantasi hewani mereka.Para monyet sirkus ini bertumpuk- 

tumpuk menyesaki 

los kontrakan. 

"Mengapa ia menggendong anjing dengan pakaian seperti itu,Kal?"tanya 

Chong Cin 

Kiong polos. 

"Tidakkah ia malu?"belum sempat aku menjawab,Mahader 
memberondong. 

"Kalian tahu apa yang terjadi di bawah jemuran cucian?Ah,direbus Pak 
Mustar dalam 

panic yang mendidih pun aku tak keberatan...",Arai memanasi mereka. 
Mahader tukang getas memekik/'Demi tukang jagung sialan 
itu,ceritakan,Kawan!! Cepat!!" 

Monyet-monyet sirkus menahan napasnya waktu Arai,dengan gaya 
khasnya yang suka 

membesar-besarkan,menceritakan ketidaksenonohan di bawah jemuran. 
"Masya Allah,astagfirullah...",Mahader komat-kamit.Ia tersandar layu. 

Ketika mereka pulang.Kami hanyut dalam malam yang mengerikan akan 

bayang-bayang 

hukuman.Paling tidak,Pak Mustar memiliki waktu dua hari untuk 

memikirkan 

pembalasan dendamnya yang memuncak lalu ia akan menumpahkannya 



-[Hamalan58daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



pada kami hari 

Senin,saat seluruh warga SMA Negeri Bukan Main apel bagi.Dan menjelang 

hari 

timbangan keadilan itu,hari pembalasan itu,kami masih memiliki dua 

malam untuk 

menyesali perbuatan tolol kami.Dua malam yang sangat panjang. 

Senin pagi,aku,Arai,dan Jimbron dibariskan terpisah.Dan senin pagi ini tak 

ada siswa 

yang terlambat apel karena semuanya ingin menyaksikan tiga pesakitan di 

eksekusi.Pak 

Mustar naik podium.Dari microphone yang terus-menerus feed 

back,suaranya bertalu- 

talu. 

"Setelah kuteliti baik-baik,SMA ini rupanya memiliki sebuah geng tengik 

beranggotakan 

tiga orang cecunguk,yang tak pernah berhenti membuat kerusakan- 

kerusakan! Iketiga 

orang itu adalah kampiun masalah,para juara pembuat onar!!" 

Kami hanya menunduk pasrah menunggu putusan hukuman.Aku takjub 

pada fluktuasi 

popularitasku di sekolah ini.Aku pernah menjadi anak Melayu kampung 

yang tak 

dipedulikan siapapun,lalu menjadi antelop Tibet yang dielu-elukan gadis- 

gadis 

semenanjung,dan kini semua orang seakan berkonspirasi 

memunggungiku.Di lapangan 

ini nasibku di ujung tanduk. 

"Menonton bioskop mengandung risiko seperti menelan buah 

khuldi,hukumannya 

diusir!!" 

Arai tegang wajahnya.jelas sekali gurat penyesalan yang dalam.Dan aku 

tahu,seperti 

pikiranku,dari tadi ia hanya memikirkan ayahku. 

"Hanya karena dua di antaranya penghuni garda depan dan sudah kelas 

tiga,maka kalian 

tidak kudepak dari SMA ini,paham?!!" 

Ugghhh!!Kami lolos dari lubang jarum.tapi kami paham Pak Mustar tak 

mungkin 

meloloskan kami begitu saja,Di kepalanya pasti ada sebuah rencana 

dahsyat. 



-[Hamalan59daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



"Ikal dan Jimbron,bersihkan WC lama itu!!Agar bisa dipakai lagi,sikat 

lainnya sampai 

mengilap!!Dan kau Arai,bersihkan kotoran kelelewar di langit-langit 

seluruh sekolah!!" 

Ah,tak mungkinlNonton di bioskop adalah pelanggaran berat.Hukuman- 

hukuman ini 

terlalu ringan.Sangat tidak Pak Mustar.Siswa-siswa lain yang pernah 

diperlakukan lebih 

kejam karena perbuatan sepele langsung 

memprotes.Sebaliknya,aku,Arai,dan Jimbron 

waswas.Kami yakin Pak Mustar pasti punya rencana lain yang lebih 

spektakular dan 

terbukti kemudian. 

"Dan untuk pemanasan,pagi ini kalian akan sedikit berakting!! Kalian akan 

menjadi 

bintang film Indonesia murahan itu!!Hebat,bukan??" 

Serentak ratusan siswa bertepuk tangan.belum-belum mereka sudah 

tertawa keras karena 

kan menyaksikan hiburan konyol.Kami gemetar berkeringat dingin.Inilah 

hukuman khas 

Pak Mustar yang sangat kami takuti:dipermalukan di tengah 

majelis. Hukuman 

pemanasan sebenarnya adalah inti dari rencana hukuman yang telah 

beliau pikirkan 

masak-masak sejak malam Minggu. 

Di tengah lapangan sekolah Pak Mustar telah menyiapkan lokasi 

shooting.Tali jemuran 

beliau sambungkan antara dua pohon bungur dan di sana tersampir cucian 

penjaga 

sekolah.Beliau juga telah menyiapkan properti berupa sebuah bangku 

untuk anjing pudel 

duduk dan telah melakukan casting dengan sangat brilian,yaitu aku 

sebagai babujimbron 

yang gemuk tentu saja menjadi majikan,dan Arai berperan sebagai anjing 

pudel. 

Seluruh cividas academica SMA Negeri Bukan Maimhampir seribu 

siswa,puluhan 

guru,karyawan tata usaha,satpam,para penjaga sekolah,petugas 

kebersihan,dan petugas 

kantin tumpah ruah menyaksikan kami berakting. 

Dengan menggunakan megaphone,Pak Mustar bertindak selaku sutradara. 



-[Hamalan60daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Kalian tentu tak lupa adegan di jemuran cucian itu,bukan ??" 

Mengerikan.Sungguh aku tak sanggup melakukannya.Benar-benar 

memalukan.Aku 

demam panggung.Tapi bagaimanapun kami merasa ini lebih baik daripada 

dikeluarkan 

dari sekolah.Arti pendidikan kami,arti sekolah ini bagi ayahku,dan senyum 

kebanggaan 

beliau yang bersemayam di sudut-sudut kepalaku,membuatku kuat 

menuju lokasi 

shootinh.Dan ketika kami melangkah siap berakting tepuk tangan 

bergemuruh.Pak 

Mustar menjelaskan kepada para penonton,seperti terjadi di bioskop 

pesing itu,bahwa 

penonton laki-laki harus mendukung sang majikan — jimbron — dan 

penonton perempuan 

harus membela sang pembatu seksi — aku,beliau juga menjelaskan jalan 

cerita film 

itu,yang amat beliau benci,termasuk tentang anjing pudel yang melolong 

saat sang 

majikan berhasil menggagahi pembantunya.Para penonton sangat 

antusias,Mereka 

berdesak-desakan maju ke depan,rapat mengelilingi lokasi shooting. 

Pak Mustar menempatkan Arai di bangku.Ia disuruh berdiri di atas 

lututnya dengan 

tangan menekuk seperti anjing pudel.Pak Mustar mengetes salaknya 

beberapa kali. 

"Aff...aff...,"salak Arai malu-malu kucing. 

"Kurang keras,kurang mantap/'keluh Pak Mustar tak sabar. 

"Affff...!Affff...!Afffff!!!'' 

"Nah,begitu,bagus sekali." 

Penonton tertawa keras-keras tak biasa menguasai dirinya.Belum apa-apa 

mereka sudah 

sakit perutDi balik pohon bungur aku siap dengan sekeranjang cucian.Di 

sanajimbron 

bersembunyi mengintaiku di balik jemuran daster istri penjaga 

sekolah,siap 

menyerbu,Arai berdiri seperti bajing di atas bangku,siap menyalak. 



-[ Hamalan 61 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Action!!" 

Baru saja kumulai melenggak-lenggok,para penonton tak mampu menahan 

tawanya.Dan 

tawa mereka semakin keras meledak-ledak waktu Jimbron mengejarku 

dan aku berlari 

meliuk-liuk di antara jemuran. 

Araimenyalak-nyalak/ ; Affhhh!!Affh!!Afffhh!!Affhh!!" 

Wajah Arai yang jenaka,model rambutnya,dan suaranya yang kering 

sangat mirip dengan 

anjing pudel.Peran sebagai anjing amat pas untuknya. 

Aku terengah-engah dan berakting antara gugup,takut pada Pak 

Mustar,dan malu tak 

terkira. 

"Cut!!Cut!!Apa-apaan ini?!!teriak Pak Mustar kecewa dengan aktingku. 

Dan adegan diulang.Seorang siswa kelas satu yang tertangkap merokok 

beliau tugasi 

memegang papan pencatatat adegan yang bisa ditangkup-tangkupkan itu. 

"Ikal,ah!Kau harus melenggang dengan seksi,bukan seperti orang mau 

nagih utang 

begitu.Dan Arai,mana salakmu?" 

"Affhhhh!!!Affhhhh!!!" 

"Sekali lagi." 

"Aaffffhhhh!!" 

"Nah,begitu." 

Penonton terbahak-bahak melihat Arai digerak-gerakkan seperti robot 

anjing oleh Pak 

Mustar,ia menyalak-nyalak lagi.Rupanya Nurmala meransek ke depan dan 

terpingkal- 

pingkal menunjuk-nunjuk Arai. 

"Afffhhh!!!Afffhhhhh!!!"Arai bersemangat mengonggong Nurmala.Arai 

pada 

Nurmala,tak ubahnya Jimbron pada kuda. 

Kami kembali bersiap. 

"Action. 



-[ Hamalan 62 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"CutlCut!" 

Kali ini yang keliru aku.Karena malu,aku tetap tak dapat berakting sesuai 

harapan Pak 

Mustar. 

"Action!" 

Akhirnya,aku jengkel pada Pak Mustar yang tak punya perasaan,Maka aku 

bertekad 

menghayati peranku.Aku melenggak-lenggok dengan gaya yang sangat 

seksi seperti sang 

pembantu semlohai di film murahan itu,Ekspresiku,gerak- 

gerikku,suaraku,semuanya 

meniru seorang wanita.dan tahukah,kawan,hal ini justru menimbulkan 

kehebohan yang 

luar biasa di lapangan sekolah kami.Para penonton tertawa melihatku 

sampai keluar air 

matanya,SebaliknyaJimbron,sangataneh. 

la sangat menikmati perannya.Memang sudah sifat menganggap sesuatu 

selalu serius.Ia 

berakting sungguh-sungguh.Otak tumpulnya sama sekali tak sadar kalau 

dirinya sedang 

dikerjai Pak Mustar.ia benar-benar mengejarku,bersemangat 

ingin 

memerkosaku.Demikian pula Arai.ia tak peduli sedang dipermalukan.Ia 

hanya ingin 

menyalak sehebat mungkin karena Nurmala memerhatikannya.Kadang- 

kadang ia 

menggeram penuh gaya,padahal di film sang pudel tidak begitu. 

"Grrhh...grrrhhhh afhhIAfh!" 

Lalu seperti bioskop dulu,para penonton pria gegap gempita mendukung 

sang 

majikan.Mereka berteriak-teriak/'Ayo,Bro.Tangkap,Bron! !Sita bajunya! ! !" 

Sebaliknya,para penonton wanita menjerit-jerit histeris/'Lari 

Kal.Lariiiiii...." 

Lapangan sekolah kami riuh rendah oleh suara ratusan yang manusia 

menyaksikan 

hiburan kocak paling spektakuler.Tak pernah SMA Bukan Main semeriah 

ini.Teriakan 



-[ Hamalan 63 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



penonton memekakkan telinga.Mereka melonjak-lonjak,tertawa sampai 

terduduk-duduk 

melihat aku terbirit-birit dikejar Jimbron yang serius ingin 

memerkosaku.Sementara Arai 

menyalak-nyalak panik campur senang karena Nurmala tertawa geli 

seperti anak kecil 

melihatnya.Sempat kulirik Pak Balia,beliau tertawa sambil memegangi 

perutnya.Dan 

para penonton mencapai puncak histeria,terbahak-bahak sampai 

berguling-guling saat 

Jimbron berhasil menangkapku.Ia menindihku rapat-rapat,tubuhnya yang 

gempal 

berenang-renang penuh gairah di atasku yang terjepit berdengik- 

dengik,dan Arai yang 

berdiri di bangku seperti tupai melolong-lolong panjang 

dan 

merdu/ ; Auuuufffhhh...auuuuuufffhhhh...aauuuuuuuuuuufffhhhhh...." 



-[ Hamalan 64 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaikll 
Spiderman 



Jika kita ditimpa buah nangka,itu artinya memang nasib kita harus ditimpa 

buah 

nangka.Tak dapat,sedikit pun,dielakkan.Dulu,jauh sebelum kita 

lahir,Tuhan telah 

mencatat dalam buku-Nya bahwa kita memang akan ditimpa buah 

nangka.Perkara kita 

harus menghindari berada di bawah buah nangka matang sebab 

tangkainya sudah rapuh 

adalah perkara lain.Tak apa-apa kita duduk santai di bawah buah nangka 

semacam itu 

karena toh Tuhan telah mencatat dalam buku-Nya apakah kita akan 

ditimpa buah nangka 

atau tidak. 

Nah,Kawan,dengan mentalitas seperti itulah Jimbron memersepsikan 

dirinya.Barangkali 

ada benarnya di satu sisi,tapi tak dapat dimungkiri pandangan itu 

mengandung kanaifan 

yang mahabesar.Bagaimana mungkin seorang manusia memiliki akal 

seperti itu?Besar 

dugaanku karena kemampuan mengantisipasi suatu akibat memang 

memerlukan 

kapasitas daya pikir tertentu.Diperlukan integelensia yang tinggi untuk 

memahami bahwa 

buah nangka matang yang menggelembung sebesar tong,dengan 

tangkainya yang sudah 

rapuh,dapat sewaktu-waktu jatuh berdebam hanya karena dihinggapi 

kupu- 

kupu.Integelensia Jimbron tak sampai ke sana. 

Maka menerima hukuman apa pun dari Pak Mustar Jimbron ikhlas 

saja.Disuruh 

berakting,ya dia berakting sebaik mungkin.tak ada alasan untuk main- 

main.Disuruh 

membersihkan WC yang lubangnya dibanjiri bakteri ekoli,ia juga senang- 

senang 

saja.Semuanya ia jalani dengan sepenuh jiwa sebab hukuman itu baginya 

merupakan 

bagian dari mata rantai nasib yang dianugerahkan sang Maha Pencipta di 

langit untuknya 



-[ Hamalan 65 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



dan memang telah tercatat dalam buku-Nya. 

Lapangnya suasana hati Jimbron dapat diketahui dari kelancarannya 

berbicara.Sambil 

mengalungkan selang,menenteng ember seng besar,berkaus kutang,dan 

berkeringat,wajah 

jenaka buah menteganya riang gembira.Ia bahkan tak terganggu sedikit 

pun dengan bau 

busuk WC lapuk itu.Gagapnya nyaris tak tampak.Dengan ekspresi penuh 

keagungan atas 

ceritanya,mulutnya tak berhenti berceloteh. 

"AmboL.kuda Libya.. ./'katanya sambil memeluk ember."Kuda yang paling 

hebat!!Kau 

tahu sebabnya,Kal??Tahu??" 

Dari tadi,sejak dua jam yang lalu,ia terus nyerocos tentang kuda,Mulut dan 

hidungku 

tertutup rapat saputangan untuk menghalangi bau busuk yang menusuk- 

nusuk.Saputangan itu sudah kulumuri remasan daun bluntas dan masih 

tak mampu 

melawan bau WC. 

"Mana mungkin kau tahu tentang kuda Libya,Kal..." 

Setiap menunduk untuk menyikat lantai WC aku menahan napas.Hebatnya 

bau busuk ini 

hingga seakan ia menjelma menjadi suatu sosok padat yang meremas- 

remas mataku 

sampai berair.Aku jengkel setengah mati pada Jimbron yang menikmati 

hukuman ini.Aku 

benci pada senyum kekagumannya pada kuda saat aku menderita.Aku juga 

sakit hati 

pada Pak Mustar yang ketat mengawasi pekerjaan kami. 

"Boleh saja rangking-mu tinggi,tapi soal kuda?Kau tak tahu apa-apa,Kal!!!" 

Sementara nun tinggi di langit-langit WC ada manusia laba-laba.Spiderman 

Arai sedang 

merayapi plafon.Tubuhnya diikat tali tali-temali.Ia menyumpah-nyumpah 

sambil 

mengikis kotoran kelelewar.Sungguh hukuman yang menggiriskan. 

"Kau tak punya jawabannya/kan?Baiklah,kalau begitu.. kubuka rahasia 

kehebatan kuda 

Libya padamu!!" 

Wc ini sudah hampir setahun diabaikan karena keran air yang 

mampet.Tapi manusia- 

manusia cacing,para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang 



-[ Hamalan 66 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



tempurung otaknya 

telah pindah ke dengkul,nekat menggunakannya jika panggilan alam itu 

tak 

tertahankan.Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki tempat 

sakral itu,mereka 

menghinakan dirinya sendiri di hadapan agama Allah yang mengajarkan 

bahwa 

kebersihan adalah sebagian dari iman.Dan sekarang kamilah yang 

menanggung semua 

kebejatan moral mereka. 

"Bron! !Air ! lAiiiiiirrrrr ! !" 

Selesai mengikis bidang-bidang kecil ubin dengan pahat dan menyikatnya 

dengan sikat 

gigi,aku berlari keluar.Melepaskan saputangan yang melilit hidungku dan 

mengambil 

udara segar dalam-dalam.Lalu berteriak agar Jimbron menyiramnya.Laki- 

laki lemah 

lembut itu keluar dari WC dengan santai saja.Ia melenggang menuju 

sumur. 

"Jawabannya kar...karena...kud.. kuda Libya adalah kuda yang hot!!" 

Betapa aku membenci WC.Dimana-mana kita selalu menjumpai WC yang 

tak keruan.Di 

rumah-rumah,di sekolah-sekolah,di jamban umum,di terminal,di kantor- 

kantor 

pemerintah,bahkan di rumah-rumah sakit.Mengapa kita begitu jorok? 

"Kuda Libya bisa sembunyi di dalam pasir pada suhu empat puluh lima 

derajat,empat 

puluh lima derajar,Kal!!!Dapatkah kaubayangkan itu??!!Kalau kau 

mengubur dirimu 

dalam pasir pada suhu empat puluh lima derajat,gusimu bisa matang,Kal!!" 

Telingaku panas tapi aku diam saja.Bertahun-tahun dekat dengan 

seharusnya dia tahu,aku 

diam pertanda marah. 

"Tapi yang lebih hebat adalah kuda Kanada,Kal.Bukan main binatang itu. 

Aiiiihhh...bukan main mamalia itu!!!Kuda Kunada mandi salju pada suhu 

minus dua puluh derajat,Kal!!???Kalau kau mandi dalam suhu minus dua 

puluh derajat Kal ; itulah mandimu yang terakhir!" 

Ingin aku menggosok gigi Jimbron dengan sikat ubin WC ini,tapi aku masih 

sabar. 



-[ Hamalan 67 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Kuda Mongolia! !Ehmmm,Ikal lebih hebat lagi dari kuda 

Kanada!!Berkelana di Gurun 

Gobi ,hewan liar iru adalah binatang buas!!" 

Menunduk menekuri ubin membuat kepalaku pening,ditambah bau pesing 

yang 

menyiksa.Setiap kali bangkit pandanganku gelap berkunang-kunang.Cerita 

Jimbron 

seperti teror di telingaku.Suaranya kudengar timbul tenggelam.Aku mau 

semaput. 

"Tahukah riwayat kuda Galapagos,Kal?Binatang itu awalnya adalah 

manusia dan pada 

hari kiamat nanti akan bangkit lagi sebagai malaikat seribu rupa!" 

Perutku mualjimbron terus memberondongku tanpa ampun dengan 

berupa-rupa cerita 

kuda. 

"Kuda balap...kuda sembranL.kuda Jengish Khan.. .kuda India..tapal kuda..." 

"Dan setiap aku mendengar satu kata kuda,maka satu anak tangga aku naik 

ke puncak 

kemarahan.Suatu kemarahan karena rasa bosan akan cerita kuda dari 

Jimbron yang telah 

kutahan sejak dua jam yang lalu,sejak bertahun-tahun yang lalu.Cerita 

kuda Jimbron 

adalah tetesan air yang terus-menerus menghujam batu karang 

kesabaranku.Dan setelah 

sekian tahun,siang ini batu karang itu retak,beberapa tetes air lagi ia akan 

terbelah. 

"....Kuda Persia.. .kuda Afrika...kuda troya...diperkuda..kuda siluman..." 

Aku kelelahan dan stres.Aku tak tahan lagi dengan siksaan hikayat 

kuda.Semua kisah 

kuda harus dihentikan hari ini juga!! 

"...Kuda stallion.. .kuda pegasus...kuda beban...kereta kuda. ."Jimbron 

terkekeh-kekeh 

menceritakannya. 

Karena bau pesing tak tertahankan,aku bekerja sambil menahan 

napas.Aku megap-megap 

seperti ikan terlempar dari akuarium,menggelepar di atas ubin ini. 

"Tapi kuda Australia! !Ya,kuda Aus...tra.. lia,adalah yang terhebat dari 

semua jenis kuda 

yangada di mukabumi ini,Kal!!Kuda Aus...tra.. lia!!!Bestof the best of the 

best of the 



-[Hamalan68daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



best!!Hewan itu lebih tampan dari manusia!!" 

Darahku mendidih.Aku mencapai puncak emosi. 

"Yang dapat menandingi kuda Australia hanya kuda Arab,Kal!!Tahukah 

kau mengapa 

pia jantan di juluki kuda Arab?!!Astaga Kal,kaki belakang hewan itu seperti 

ada 

tiga!!Kau paham maksudku??" 

Akhirnya,batu karang kesabaranku terbelah.Aku meledak. 

"Diaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmmmmmm! ! !Aku 

bangkit,berteriak 

sekuat tenaga membentuk Jimbron sambil membanting sikat gigi,lap,dan 

pahat. 

Brughh!!Arai yang tengah mengumpulkan kotoran kelelewar 

terperanjat.Jika tidak 

mengikatkan dirinya pada balok plafon,dia sudah terhempas ke 

lantai.. Kotoran kelelewar 

dari tas Arai tumpah seperti hujan bubuk belerang menimpa kepala 

Jimbron yang berdiri 

gemetar.Ia tak mampu bergerak karena kaget pada gertakanku. 

"Aku sudah muak,Bron!!Muak!!Muak!!Muaaakk...dengan cerita kudamu 

itu! !Apa sudah 

tak ada topik lain?!!Tak tahukah kau,Bron?Jiwamu telah dirasuki setan 

kuda!!" 

Jimbron berdiri mematung,pucat pasi.Ia seakan tak percaya aku tega 

membentaknya 

sekeras itu. la tak percaya kata-kata kasar itu terhambur dari mulutku dan 

ditumpahkan 

untuknya.Bibirnya bergetar,wajahnya pucat dan sembap.Air mata menepi 

di 

pelupuknya.Napasnya cepatDia sangat terkejut,dia sangattersinggung.Dia 

tahu aku tak 

pernah marah dan lebih dari itu aku tahu persis Jimbron yang besar 

seperti pintu,yang 

gempal dan polos,adalah laki-laki lemah lembut yang tak pernah dikasari 

siapa 

pun.Pendeta Geovanny telah membesarkannya dengan penuh kehalusan 

budi dan tutur 

kata. 

Kejadian ini terjadi seperti refleks,sangat cepat di luar 

kendaliku.Kemarahan setinggi 

puncak gunung terjadi di dalam satu detik dan sekarang,pada detik 

berikutnya,hatiku 



-[Hamalan69daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



dingin seperti sebongkah es,terpuruk jauh dalam jurang 

penyesalan.Jimbron tak pernah 

dihardik dengan keras oleh siapa pun dan aku tak pernah berteriak seperti 

kelakukan 

orang geladak kapal itu. 

Ah!!Aku telah melukai hati Jimbron.Hatinya yang lunak dan 

putih.Bukankah aku selalu 

berjanji padaku sendiri akan selalu melindungi Jimbron?Aku menendang 

ember di 

dekatku karena marah pada diriku sendiri.Aku sedih menyadari ada sosok 

lain dalam 

diriku yang diam-diam sembunyi,sosok yang tak kukenal.Sosok itu 

menjelma dengan 

cepat,lalu mendadal lenyap meninggalkan aku berdiri sendiri di depan 

Jimbron di 

tumpuki berton-ton perasaaan bersalah.Bersalah pada Jimbron,bersalah 

pada Pendeta 

geo,bahkan pada Arai.Lututku lemas.Aku merasa sebagian diriku telah 

mengkhianati 

bagian diriku yang lain. 

Aku menghampirinya,Melepaskan siang yang melingkari lehernya dan 

membimbingnya 

keluar,Tubuhnya masih bergetar.Sambil kuelus-elus 

punggungnya,kubimbing ia berjalan 

menuju kantins sekolah yang telah sepi.Jimbron tersedu sedan tanpa air 

mata.Dadaku 

sesak dibuatnya.Kupesankan teh manis kesenangannya dengan cangkir 

terbesar yang 

ada.Jimbron masih shock.Ia benar-benar terpuku. 

"Maafkan aku,Bron...,"kataku lembut."Tapi memang sudah saatnya kau 

berhenti 

memikirkan kuda... " 

Jimbron memalingkan wajahnyajauh memandang padang rumput 

sekolah.Ia seperti 

berkontemplasi,merenungkan ketidaknormalannya selama ini. 

"Lihatlah,apa yang kita dapat dari pembicaraan tentang 

kuda?Pertengkaran yang buruk 

inilah yang kita dapat,Kawanku..,"kuusahakan gaya bicaraku 

sebijaksana 

mungkin,seperti penyuluh KUA menasihati orang yang ingin talak tiga. 

"Hanya mudharat,Sahabatku.. ,"dan menyebut sahabatku itu,kubuat 

nadaku selembut 



-[Hamalan70daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



sutra dari Kashmir.Jimbron menunduk.Tampak berpkir keras 

mempertimbangkan 

sesuatu.Tampak pula gurat penyesalan dalam dirinya. 

"Kisah kuda ini sudah keterlaluan,Kawan....Tidakkah kau ingat.sejak kita 

SD diajar 

mengaji oleh Taikong Hamim,sejak itu tak ada hal lain yang kaupedulikan 

selain 

kuda?Sekarang kita sudah tidak SD lagi,Bron.Sebentar lagi kita dewasa.Kau 

tahu'kan arti 

menjadi dewasa,Bron?Akil baligh menurut ketentuan agama?" 

Jimbron mengangguk halus.Kulihat upaya keras dalam dirinya untuk 

memahami 

kesalahan dan penyakitnya.Melihat reaksinya yang seperti ingin sekali 

sembuh dari 

penyakit obsesi kuda,aku semakin bersemangat menasehatinya. 

"Akil Baligh,artinya semua perbuatan kita telah di hisab oleh Al 

ah,Bron.Dan 

Kawanku,Allah tidak suka sesuatu yang 

berlebihan.Ingat,Kawanku,ketidaksenangan 

Allah akan hal itu difirmankan dalam Al-Qur'an Nul-Karim.Bukankah kau 

sependapat 

kalau persoalan kuda ini sudah berlebih-lebihan,Kawanku?" 

Ah,hebat sekalo wejanganku.Tak sia-sia ulangan Fikihku dapat nilai tujuh! 

Jimbron terenyuh.Dadanya naik turun menahankan rasa.Wajahnya yang 

polos dilanda 

keharuan yang dalam pada nasihatku.Ia berkali-kali menarik napas 

panjang.Dan yang 

paling menyenangkanku,wajahnya berangsur cerah.Ia seperti orang yang 

baru sadar dari 

sebuah mimpi yang gelap gulita.Matanya mulai bersinar.Aku makin 

menjadi-jadi karena 

aku melihat peluang kali ini akan mampu membuat perubahan pada 

Jimbron. 

"Sahabatku,banyak hal lain yang lebih positif di dunia ini.Banyak hal lain 

yang amat 

menarik untuk dibicarakan,misalnya tentang...mengapa kita,orang 

Melatu,yang hidup di 

atas tanah timah kaya raya tapi kita semakin miskin hari demi hari,atau 

tentang...bupati 

kita yang baru itu,apakah ia seorang laki-laki sejati atau tak lebih dari 

seorang maling 



-[ Hamalan 71 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



seperti yang sudah-sudah,atau tentang cita-cita kita merantau ke Jawa,naik 

perahu 

barang,dan tentang rencana kita sekolah ke Prancis!!Menginjak Eropa 

sampai ke 

AfrikalKita akan jadi orang Melayu pedalaman pertama yang sekolah ke 

Prancis!!Bukan 

main hebatnya,Bron!!" 

Dan aku gembira sekali karena tiba-tiba di sudut bibir Jimbron tersungging 

senyum 

kecil.Kesedihannya menguap.Matanya berbinar.Ia mengangguk-angguk 

mafhum seakan 

ia setuju pada saran positifku itu,seakan ia mengakui kesalanhannya 

selama ini dan 

sangat menyesal.Ia memegang kepalanya.Raut wajahnya berubah meriah 

dan lapang 

karena sesosok beban gelap yang berat baru saja terbang meninggalkan 

jasadnya.Sim 

salabimljimbron telah mendapat pencerahan sekaligus penyembuhanlAku 

takjub dan 

girang tak kepalang.Jangan-jangan seperti orang meregang nyawa yang 

bisa dihidupkan 

lagi dengan daya kejut listrik,shock karena gertakanku tadi justru telah 

mengobati 

Jimbron dari sakit khayalan kuda yang akut. 

Oh,betapa sukacitanya aku.Aku telah mendobrak ruang pekat di kepalanya 

dimana ia 

terkunci dalam perangkap obsesif kompulsif terhadap kuda.Aku telah 

membebaskannya 

dari penderitaan yang telah belasan tahun menderanya.obsesif kompulsif 

adalah siksaan 

yang tak terperikan,apalagi terhadap kuda.Tak terbayangkan bagaimana 

Jimbron dapat 

bertahan sekian lama tanpa menjadi sinting,Syukurlah,Jimbron,sahabat 

yang paling 

kusayangi,hari ini telah sembuh dari penyakit gila kuda!!Inging rasanya 

aku merayakan 

hari yang luar biasa ini dengan berderma kepada seluruh anak Melayu 

yatim piatu. 

Jimbron meraih tanganku,menyalamiku dengan erat,dan mengguncang- 

guncang 

tanganku.Senyumnya manis dan pasti.Ekspresinya jelas mengesankan 



-[ Hamalan 72 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



bahwa ia telah 

meninggalkan masa lalu yang kelam mencekam dan siap menyongsong 

masa depan yang 

cerah bercahaya,Kami saling berpandangan dalan nuansa yang sangat 

menyentuh,sampai 

aku menitikkan air mata.Aku benar-benar terharu karena aku tahu sudah 

banyak orang 

berusaha menyembuhkan Jimbron tapi mereka semua gagal.Bahkan 

Jimbron hampir 

dimandikan dengan kembang tujuh rupa untuk menghilangkan bayang- 

bayang kuda yang 

terus-menerus menghantuinya.Kini dadaku ingin meledak rasanya.Pada 

momen ini kami 

memahami bahwa persahabatan kami yang lama dan lekat lebih dari 

saudara,berjuang 

senasib sepenanggungan,bekerja keras bahu-membahu sampai titik 

keringat terakhir 

untuk sekolah dan keluarga,tidur sebantal makan sepiring,susah senang 

bersama,ternyata 

telah membuahkan maslahat yang tak terhingga bagi kami.Persahabatan 

berlandaskan 

cinta kasih itu telah merajut ikatan batin yang demikian kuat dalam 

kalbuku dan saking 

kuatnya sampai memiliki tenaga gaib penyembuhan. 

"Ikal...!!"panggilnya halus sekali,penuh rahasia,dan bersemangat.Sebuah 

panggilan 

bermakna ungkapan terimah kasih yang besar karena aku 

telah 

menyelamatkannya,sekaligus mengandung permohonan maaf yang tulus 

serta harapan.Ia 

sangat terharu terhadap kemampuanku menyembuhkan penyakit gila 

kudanya yang telah 

kronis. 

"Yajimbron saudaraku yang baik hati...,"jawabku lembut penuh kasih 

sayang.Rasanya 

ingin sekali aku memeluknya. 

"Sudah pernahkah kuceritakan padamu soal kuda poni?" 



-[ Hamalan 73 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 12 
Sungai Lenggang 



Aku selalu berlari.Aku menyukai berlari.Para kuli ngambat adalah 

pelari.Ikan hiu dan 

pari yang panjangnya sering sampai dua meter akan mengayun bamboo 

pikulan seperti 

goyangan penyanyi dangdut dan daya tending ayunannya hanya bisa 

distabilkan dengan 

memikul ikan-ikan panjang itu sambil berlari.Tak susah bagiku untuk 

terpilih jadi 

sprinter SMA Negeri Bukan Main. 

Aku berlari berangkat sekolah.Amboi,aku senang sekali berlari menerobos 

hujan,seperti 

selendang menembus tirai air berlapis-lapis.Aku tak pernah kelelahan 

berlari.Tubuhku 

ringan,kecil,dan ramping,dengan rambut ikal panjang dan kancing baju 

yang sering tak 

lengkapjika berlari aku merasa seperti orang Indian,aku merasa menjadi 

layangan kertas 

kajang berwarna-warni,aku merasa seumpama benda seni yang meluncur 

deras 

menerabas angina. 

Aku selalu berlari pulang sekolah tapi siang ini.di depan restoran mi 

rebus,langkahku 

terhenti.Aku terkejut melihat tiga orang di dalam restoramaku 

sendiri,Arai,dan Jimbron 

tengah membereskan puluhan piring kotor yang berserakan di atas 

meja.Aku berlari 

lagi,memandangi tiga orang yang kukenal itu sampai jauh. 

Aku kembali terhenti melihat tiga mobil omprengan reyot di depan kantor 

syahbandar.Tiga orang kernetnya-Arai,Jimbron,dan aku sendiri-termangu- 

mangu 

menunggu penumpang ke Tanjong Pandan.Aku ketakutan menyaksikan 

orang lain telah 

menjelma menjadi diriku.AKu kabur pontang-panting,Sampai di los 

kontrakan aku 

kehabisan napas.Dan nun disana,di Semenanjung Ayah,aku merinding 

melihat 

Arai,Jimbron,dan aku sendiri berpakaian compang-camping,memikul 



-[ Hamalan 74 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



karung buah kweni. 

Berhari-hari aku memikirkan kejadian aneh itu.Dan siang ini aku 

menemukan 

jawabannya.Karena siang ini aku berhasil membongkar suatu 

rahasia.Sekarang aku 

mengerti mengapa hokum membolehkan orang berusia delapan belas 

tahun ke atas 

menimbuni dirinya dengan berupa-rupa keborokan,sebab pada usia itu 

manusia sudah 

bisa bersikap realistis.Itulah rahasia yang kutemukan.Ajaib,bagaimana 

manusia 

meningkat dari satu situasi moral ke situasi moral lainnya.Hari ini sayap- 

sayap kecil 

tumbuh di badan ulat kepompong,aku bermetamorfosis dari remaja ke 

dewasa.Aku 

dipaksa oleh kekuatan alam untuk melompato garis dari menggantungkan 

diri menjadi 

mandiri.AKu dipaksa belajar bertanggung jawab pada diriku sendiri.Satu 

lapisan tipis 

seolah tersingkap di mataku membuka tabir filosofis yang pasti menjadi 

orang dewasa 

yaitu:hidup menjadi semakin tak mudah. 

Aku sendiri,Jimron,dan Arai yang kusaksikan membersihkan meja di 

restoran,menjadi 

kernet,dan pedagang kweni tak lain adalah manifestasi dari sikapku yang 

telah bisa 

realistis;karena usiaku telah menginjak delapan belas. Kini aku sadar 

setelah menamatkan 

SMA nasibku akan sama dengan nasib kedua sahabatku waktu 

SMP;Lintangdan 

Mahar.Lintang yang cerdas malah tak sempat menyelesaikan SMP.Sungguh 

tak adil 

dunia ini;seorang siswa garda depan sekaligus pelari gesit berambut ikal 

mayang akan 

berakhir sebagai tukang cuci piring di restoran mi rebus. 

Berada dalam pergaulan remaja Melayu yang seharian membanting 

tulang,mendengar 

pandangan mereka tentang masa depan,dan melihat bagaimana mereka 

satu persatu 

berakhir,lambat laun memengaruhiku untuk menilai situasiku secara 

realistis.Namun,tak 

pernah kusadari sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya sebab 



-[ Hamalan 75 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



ia memiliki 

hubungan linear dengan perasaan pesimis.Realistis tak lain adalah pedal 

rem yang sering 

menghambat harapan orang. 

Sekarang,setiap kali Pak Balia membuai kami dengan puisi-puisi indah 

Prancis aku hanya 

menunduk,menghitunng hari yang tersisa untuk memikul ikan dan 

menabung.Dan sampa 

di los kontrakan,melongok ke dalam kaleng celenganku yang penuh,penuh 

oleh uang 

receh,darah masa mudaku yang berapi-api perlahan padam.Aku sangat 

Mafhum,bahwa 

tabunganku itu tak akan pernah mampu membawaku keluar dari pulau 

kecil Belitong 

yang bau karat ini.Bagi kami,harapan sekolah ke Prancis tak ubahnya 

pungguk 

merindukan dipeluk purnama.serupa kodok ingin dicium putri agar 

berubah jadi 

pangeran.Altar suci almamater Sorbonne,menjelajah Eropa sampai ke 

Afrika,hanyalah 

muslihat untuk menipu tubuh yang kelelahan agar tegar bangun pukul dua 

pagi untuk 

memikul ikan.Kami tak lebih dari orang yang menggadaikan seluruh 

kesenangan masa 

muda pada kehidupan dermaga yang keras,hidup tanpa pilihan dan belas 

kasihan. 

Kini aku telah menjadi pribadi yang pesimistis.Malas belajar.Berangkat 

dan pulang 

sekolah lariku tak lagi deras.Hawa positif dalam tubuhku menguap dibawa 

hasutan- 

hasutan pragmatis. Untuk apa aku memecahkan kepalaku mempelajari 

teorema binomial 

untuk mengukur bilangan tak berhingga jika yang tak berhingga bagiku 

adalah 

kemungkinan tak mampu melanjutkan sekolah setelah SMAJikayang akan 

kuukur nanti 

hanya jumlah ikan yang telah kupikul agar mendapat beberapa perak uang 

receh dari 

nakhoda.Buat apa aku bersitegang urat leher berdebat di kelas soal 

geometri ruang 

Euclidian yang rumitjika yang tersisa untukku hanya sebuah ruang los 

sempit 2x2 



-[ Hamalan 76 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



meter di dermaga.Pepatahku sekarang adalah pepatah konyol kuli-kuli 
Meksiko yang 

patah arang dengan nasib:ceritakan mimpimu,agar Tuhan bisa tertawa. 
Tapi sebaliknya,demi Tuhan,sahabatku Jimbron memang makhluk yang 
luar biasa.Meski 

peningkatan prestasinya amat mengesankan — ia baru saja 
mempersembahkan tempat 

duduk nomor 128 pada Pendeta Geo dari nomor kursi 78 semester 
sebelumnya — tapi ia 
sangat optimis. 

Sore ini ia sudah berdiri tegak di dermaga menunggu kapan barang.Minggu 
lalu ia 

memesan sesuatu pada mualim kapal,sahabatnya. 
"Pak Cik,tolong belikan aku celengan kuda di Jakarta ." 
Jimbron menjadi sahabat mualim karena telah membantunya menyetrika 
tatonya.Setelah 

tua dan ingin salat sang mualim baru menyadari ketololan masa mudanya 
menato 
tubuhnya. 

"Dua buah,Pak Cik,dua buah..." 
"Tak cukup hanya satu,Bron??" 
"Dua,Pak Cik,kalau bisa yang berwarna putih dan hitam." 

Sudah tahu kesintingannnya akan kuda,mualim itu tak lagi bertanya 

mengapa satu 

celengan kuda saja tak cukup. Satu celengan kuda adalah apa yang kita 

sebut 

normal,adapun dua celengan kuda kita sebut obsesif 

kompulsif.Abnormalitas adalah isu 

yang pas untuk Jimbron.Dan hari ini ia senang tak terperi karena celengan 

sebesar anak 

kambing itu datang. 

"Celengan untuk melanjutkan sekolah!!"pekiknya bersemangat. 

Kami mengamati kuda dari tanah liat dalam gendongannya.Tak berminat 

membahasnya,tapi Jimbron sudah seperti orang kebelet pipis,tak kuat 

menahan cerita 

kudanya. 

"Ah,ini hanya kuda-kuda lokal saja,Kawan,tapi cantik juga bukan...???" 

Seakan kami bertanya,seakan kami peduli,seakan kami sangat tertarik. 

"Yang ini jelas kuda Sumbawa...dan yang putih ini,kalau kutengok 

hidungnya,ah,ini 

ku.. kuda sandel saja,populasinya banyak di Jawa Barat,biasa dipakai untuk 



-[ Hamalan 77 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



hiburan 

delman keliling kota.. " 

Bangga suaranya,senang hatinya,dan cerah wajahnya.Ia 

melenggang,memindahkan 

tabungannya dari bawah kasur dan membaginya rata dua bagian.Masing- 

masing bagian 

itu dimasukkan ke dalam kuda hitam dan kuda putih.Nanti setiap ia 

mendapat upah dari 

nakhoda,dibaginya dua dengan rata dan dimasukkannya ke dalam kedua 

celengan kuda 

itu.Kami hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. 

"Meskipun kaupenuhi celengan sebesar kuda sungguhan,sahabatku 

Jimbron,tak'kan 

pernah uang-uang receh itu mampu membiayaimu sekolah 

Perancis...,demikian kata 

hatiku.Dan dengarlah itu,Kawan.Siratan kalimat sinis dari orang yang 

pesimis.Sungguh 

berbisa sengatan sikap pesimis.Ia adalah hantu yang beracun.Sikap itu 

mengekstrapolasi 

sebuag kurva yang turun ke bawah dan akan terus turun ke bawah dan 

telah membuatku 

menjadi pribadi yang gelap dan picik.Seyogyanya sikap burukyang 

berbuah 

keburukan:pesimistis menimbulkan sinis,lalu iri,lalu dengki,lalu mungkin 

fitnah.Dan 

dengarlah ini,Kawan,akibatnya nyata sikap buruk itu 

"Tujuh puluh lima!!Sekali lagi 75!!Itulah nomor kursi ayahmu sekarang..." 

Aku dipanggil Pak Mustar.Dengan gaya orang Melayu tulen aku 

disemprotnya habis- 

habisan/'Hanya tinggal satu semester lagi tamat 

SMA,memalukan!!Memalukan bukan 

buatan!!" 

"Keterlaluan!!Orang sepertimu patut dibuat sekandang dengan Malin 

Kundangjtulah 

orang sepertimu,kalau kau ingn tahu!!Sangkamu kau siapa??Pythagoras 

apa?Di SMA 

yang ketat bersaing ini kau pikir bisa menjaga kursimu dengan belajar 

sekehendak 

hatimu!!??" 

Suaranya berat penuh sesal.Ia memang garang tapi semua orang tahu 

bahwa 

sesungguhnya ia penuh perhatian,hanya caranya saja yang keras. 



-[Hamalan78daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



"Kini kau terdepak jauh dari garda depan??" 

la menatapku geram.Marah,tak habis mengerti,ada satu kilatan 

kecewa,kecewa yang sakit 

jauh di dalam hatinya.Ia memandang jauh keluar jendela.Diam.Lalu ia 

berbalik 

menatapku,suaranya tertahan/'Tahukkah kau,Bujang??Sepanjang waktu 

aku bermimpi 

anakku duduk di kursi garda depan itu..." 

Aku terharu melihat mata Pak Mustar berkaca-kaca. 

"Kini ia sekolah di Tanjong Pandan,di SMA yang monyet pun jika 

mendaftar akan 

diterima!! Dan kau,kausia-siakan kehormatan garda depan itu!!??Mengapa 

kau berhenti 

bercita-cita,Bujang?Pahamkah engkau,berhenti bercita-cita adalah tragedi 

terbesar dalam 

hidup manusia!!" 

Aku menunduk diam menekuri kata-kata yang amat dalam 

maknanya.Kata-kata itu 

menusuk-nusuk pori-poriku. 

"Surat undangan sudah kuposkan pada ayahmu,dapat kaubayangkan 

perasaan beliau 

sekarang??" 

Dan ketika nama ayahku disebut.Aku sontak sadar,sikap pesimis telah 

mengkhianatiku 

bulat-bulat.Aku kecewa,kecewa yang sakit jauh di dalam hatiku. 

"Aku berani bertaruh,ayahmu tak'kan sudi datang." 

Aku menciut,lemas ditikam perasaan bersalah. 

"Wan prestasi!!Cidera janji!!Anakyang tak mampu memenuhi harapan 

orangtua!!Tak 

tahukah engkau,Bujang??Tak ada yang lebih menyenangkan ayahmu selain 

menerima 

rapormu??" 

Hatiku sakit,perih sekali. 

"Kamulah harapan beliau satu-satunyajkal." 

Seluruh air yang ada dalam tubuhku naik ke kepalaku. 

"Ah,ayahmu,Ikal,diimdang pelantikan bupati pun baju safarinya tak beliau 

keluarkan.Hanya untukmu Ikal,yang terbaik dari beliau selalu hanya 

untukmu..." 

Air itu tumpah ruah berlinangan melalui mataku.Malam turun di Magai 



-[Hamalan79daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



seperti hanya 

untukku.Kata-kata Pak Mustar laksana gelap yang mengikatku rapat- 

rapat,menyiksaku 

dalam detik demi detik yang amat lama seumpama pergantian 

musim.Akankah esok 

ayahku datang?Aku mengutuki diriku sendiri. 

Tak sepicing pun aku dapat tidur.Aku terpuruk dalam sekali.Tak pernah 

aku mengalami 

malam yang tak kunjung berakhir seperti ini.Dalam situasi moral yang 

paling 

rendah,kenangan lama yang pedih seakan hidup kembali,menyerbuku 

tanpa 

ampun.Bayangan itu seperti film yang berputar-putar 

mengelilingiku,menari-nari seperti 

hantu.Aku melihat Arai — anak kecil yang menungguku di tengah ladang 

jagung,aku 

teringat perpisahan dengan sahabatku,Lintang yang menghancurkan 

hatiku,aku teringat 

nasib pilu seorang laki-laki bernama Bodenga,dan aku sadar betapa sejak 

kecil kami telah 

menjalani kehidupan yang keras demi pendidikan. 

Pagi-pagi sekali aku dan Arai telah menunggu ayahku dengan harapan 

yang amat tipis 

beliau akan datang,Dan kami maklum jika beliau enggan bersusah payah 

berangkat pagi 

buta mengayuh sepeda tiga puluh kilometer,melewati dua bukit dan 

padang,hanya untuk 

dipermalukan. 

Sejak mengetahui aku terdepak dari garda depan karena kepicikanku 

sendiri.Arai sudah 

malas bicara denganku.Aku gelisah menyaksikan para orangtua murid 

berduyun-duyun 

menuju aula.Mataku lekat memandangi jalan di luar gerbang 

sekolah.Ayahku tak 

kunjung tiba.Arai menatapku benci.Hatiku hampa. 

Tapi tiba-tiba mataku silau melihat kap lampu aluminium putih dari 

sepeda yang dikayuh 

seorang pria berbaju safari empat saku.Ia mengayuh sepedanya 

kelelahanm,terseok- 

seok,dan semakin cepat ketika melihat kami.Berhenti di depan kami,pria 

itu menyeka 



-[Hamalan80daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



keringatnya.Aku tertegun dan dadaku sesal melihat lipatan mengilap,serta 

kumis dan 

rambutnya yang dicukur rapi.Beliau akan duduk di kursi nomor 75 namun 

beliau tetap 

cuti dua hari,dan tetap melakukan prosedur yang sama,dengan suasana 

hati yang 

sama,untuk mengambil raporku.Harum daun pandan dari baju safari 

ayahku membuat air 

mataku mengalir.meskipun akan kupermalukan,ibuku tetap merendam 

daun pandan 

sehari semalam untuk menyetrika baju safari ayahku.Dan ayahku dengan 

senang hati 

datang jauh-jauh mengambil raporku dengan bajunya yang terbaik,dengan 

bajunya yang 

paling wangi.Aku tak mampu bicara ketika beliau menyapa kami dengan 

salam pelan 

Assalamu'alaikum tersenyum,dan menepuk-nepuk pundak kami dengan 

bangga,persis 

sama seperti kebiasannya selalu. 

Membayangkan apa yang dialami ayahku di dalam aula,kurasakan seakan 

langit 

mengutukku dan bangunan sekolah rubuh menimpaku.Tak lagi kudengar 

tepuk tangan 

ketika nama ayahku dipanggil untuk mengambil raporku.Yang kudengar 

hanya orang 

kasak-kusuk bertanya mengapa prestasi sekolahku sampai anjlok 

begitu.Bagaimana 

ayahku yang pendiam akan menjawab berondongan pertanyaan yang 

hanya akan 

menyakiti hatinya?Aku terpuruk dalam penyesalan.Betapa aku ini anak tak 

berguna!!Betapa sampai hati pada ayahku. 

Sungguh berat detik demi detik kulalui menunggu ayahku keluar dari 

aula.Dan 

akhirnya,beliau meninggalkan aula.Langkahnya tetap tenang seperti dulu 

aku masih 

berprestasi.beliau menghampiri kami dan tersenyum.Senyum itu adalah 

senyum 

kebanggaan khas beliau yang tak sedikit pun luntur,persis seperti dulu 

ketik aku masih di 

garda depan.Ketika beliau menatap kami satu per satu,masih jelas kesan 

bahwa apa pun 



-[Hamalan81daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



yang terjadi,bagaimanapun keadaan kami,kami tetaplah pahlawan 

baginya.Beliau 

senantiasa menerima apapun adanya kami.Aku tertunduk diam,hatiku 

hancur dan air 

mataku kembali mengalir.Seperti kebiasaannya,beliau menepuk-nepuk 

lembut pundak 

mai dan mengucapkan sepatah salam dengan pelan.Aku tersedu sedan 

melihat ayahku 

menaiki sepedanya dan tertatih-tatih mengayuhnya 

meninggalkanku.Dadaku ingin 

meledak memandangi punggung ayahku perlahan-lahan meninggalkan 

halam sekolah. 

"Puaskah kau sekarang!!??Arai menumpahkan kemarahannya padaku. 

Aku membelakanginya. 

"itukah maumu?Melukai hatinya??" 

Aku masih membelakangi Arai karena aku tak ingin melihat pipiku telah 

basah. 

'Apa yang terjadi denganmu,Ikal??Mengapa jadi begini sekolahmu?Ke 

mana semangat 

itu??Mimpi-mimpi itu??!!" 

Arai geram sekali.Ia tak habis mengerti padaku. 

'Biar kau tahu,Kal,orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat 

dan mimpi- 

mimpi,dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!!" 

Aku tersentak dan terpaku memandangi ayahku sampai jauh,bentakan- 

bentakan Arai 

berdesingan dalam telingaku,membakar hatiku. 

'Tanpa mimpi,orang seperti kita akan mati..." 

Aku merasa beku,serasa disiram seember air es. 



"Mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau 

menjadi kuli,tapi di 

sini Kal,di sekolah ini,kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!" 

Mendahului nasib!Dua kata yang menjawab kekeliruanku memaknai arah 

hidupku.Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib. 

"Kita lakukan yang terbaik di sini!!Dan kita akan berkelana menjelajahi 

Eropa sampai ke 

Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!!Kita akan menginjakkan kaki di altar 

suci 



-[Hamalan82daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



almamater SorbonnelApa pun yang terjadi!!" 
Arai berteriak.Suaranya lantang memenuhi lapangan luas sekolah 
kami,menerobos ruang- 

ruang gelap kepicikan dalam kepalaku.Kata-Katanya itu seperti sumbu aki 
yang men- 
charge baterai dalam tubuhku. 

Seketika mataku terbuka untuk melihat harapan besar yang tersembunyi 
di dalam hati 

ayahku.Ayahku yang selalu diam,ta pernah menuntut apa pun.Aku 
bergetar.Kupandangi 

jalan lurus di depanku,berpuluh-puluh kilometer menuju kampungku.Aku 
ingin menyusul 

ayahku dan aku mulai berlari.Aku melintasi halaman-halaman 
sekolah,kompleks 

perkantoran,dan pasar.Aku berlari melalui kampung-kampung kecil 
sampai keluar 

Magai,tapi aku tak melihat ayahku.Beliau jauh di depan.Matahari sudah 
condong,aku 

berlari di atas aspal yang panas,aku maraton tak berhenti.Aku menolak 
ajakan kendaraan- 

kendaraan yang melewatiku.Aku kelelahan tapi aku akan berlari dan terus 
berlari sampai 

kujumpai ayahku.Kini aku sampai di jalan panjang yang tampak seperti 
garis hitam 

membelah padang sabana yang luas.Semak belukar meliuk-liuk keemasan 
disirami 

cahaya matahari,bergulung-gulung diaduk angin yang terlepas bebas.Di 
sana,di ujung 

garis yang sunyi itu kulihat satu noktah,ayahku!!Aku berlari semakin 
kencang seperti 

layangan kertas kajang berwarni-warni,seperti orang Indian,Aku berlari 
sampai perih 

kaki-kakiku,Aku berhasil menyusul ayahku ketika beliau sudah berada di 
tengah 

jembatan Lenggang.Saat aku berlari di samping sepedanya,ayahku terkejut 
dan 

tersenyum,Sebuah senyum lembut penuh kebanggaan. 
"IkaL./'katanya 

Kuambil ali mengayuh sepedanya,beliau duduk di belakang.Tangan kulinya 
yang kasar 

dan tua memeluk pinggangku.Ayahku yang pendiam:ayah juara satu 
seluruh 



-[Hamalan83daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



dunia.Matahari sore yang hangat bercampur dengan angin yang 

dingin,membelai-belai 

kami melalui jembatan kayu.Di bawah kami sungai purba Lenggang 

mengalir 

pelan.Gelap dan dalam.Hulunya menyimpan sejarah pilu orang-orang 

miskin 

Melayu,anak-anak sungainya adalah misteri yang mengandung tenaga 

mistis,dan riak- 

riaknya yang berkecipung siang dan malam adalah nyanyian sunyi rasa 

sayangku yang 

tak bertepi untuk ayahku. 



-[Hamalan84daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Mozaik 13 
Pangeran Mustika Raja Brana 



Pernahkah Kawan melihat orang disambar petir?Aku pernah,beberapa 

kalo.Kami tinggal 

dekat laut,memiliki hamparan padang dan di bawah padang itu berlipat- 

lipat material 

tambang.Komposisi semacam itu mungkin menimbulkan godaan bagi 

anak-anak lisrik di 

langit untuk iseng-iseng berkunjung mencium tanah Belitong.Dan bagi 

siapa pun yang 

menghalangi muhibahnya,tanpa ampun,Byarrrrrr!!!!Setrum ribuan volt 

langsung 

membuat setengah tubuh lebam hitam.Jika yang kena sambar pendulang 

timah,diperlukan paling tidak dua orang untuk melepaskan dulang dari 

genggaman 

jasadnya. 

Orang yang disambar petir memiliki ekspresi dan sikap tubuh yang aneh 

seolah tubuhnya 

dimasuki makhluk asing dan makhluk asing itu mengambil alih jiwanya.Di 

atas fondasi 

kepercayaan seperti itulah orang-orang Melayu tempo dulu meletakkan 

cara yang 

spektakuler untuk menyelamatkan korban sambaran petir.Jika ada korban 

petir yang tak 

langsung tewas,dukun Melayu,dalam hal ini dukun langit,segera 

menyalakan api di 

bawah tungku yang panjang.Di tungku itu dijejer daun-daun kelapa yang 

masih hijau 

lengkap dengan pelepahnya.Dan di atas daun kelapa itulah sang korban 

dipanggang,di- 

barbuque.Maksudnya untuk mengusir dedemit listrik dari dalam 

tubuhnya.Percaya atau 

tidak,cara ini sering sukses.Penjelasan logisnya barangkali ada pada 

seputar reaksi antar 

asap,panas api,listrik,sugesti,dan tipu muslihat dunia gelap 

perdukunan.Adapun yang tak 

sempat tertolong,seperti yang terakhir kulihat,seorang pencari nira 

disambar petir saat 

memanjat pohon aren.Ia wafat di tempat,lekat di pohon itu,kedua 

tangannya tak dapat 



-[Hamalan85daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



diluruskan.Ia dikafani dan dikuburkan dengan sikap tangan seperti 

seorang dirigen 

orkestra sedang mengarahkan lagu "Aku seorang Kapiten". 

Dan gestur seperti itulah,kaku tak bergerak,yang ditampilkan Jimbron 

waktu mendengar 

kabar yang amat mengejutkannya siang ini.Aku tergopoh-gopoh membawa 

berita itu 

padanya. 

"Bron!!Sudahkah kau dengar kabar itu??" 

"Kabar apa,Ikal...?"jawabnya lembutWalaupun langit akan tumpah,ia 

selalu tenang.ini 

salah satu sifat naturalnya.Waktu itu Jimbron tengah menyiangi labu yang 

akan segera 

digarapnya.Ia memunggungiku. 

"Capo akan memelihara kuda!!" 

Tubuh Jimbron mendadak sontak menjadi kayu.Mirip orang disambar 

petir.Tangannya 

menggantung persis dirigen,atau seperti robot kehabisan baterai.Ia 

menoleh padaku tapi 

tubuhnya tak berbalik,hanya lehernya yang berputar dengan ukuran 

derajat yang tak 

masuk akal.Hampir seratus delapan puluh derajatlia seperti burung hantu. 

"Ja...ja...ja...jajajaja..." 

Dia tak dapat melanjutkan kata-katanya.Gagap menerkamnya.Tapi aku 

tahu 

maksudnya/'jangan kau main-main,Kal!!" 

"Serius,Bron.Kudengar di pasar,semua orang meributkannya!!" 

"Min...Min...,"maksud Jimbron tentu Minar. 

"Ya,Minar." 

Minar,asisten juru rias pengantin,hulu ledak gosip kampung kami.Jika ada 
gosip di Pasar 
Ikan,pasti dia biangnya. 
"Ta.. ta. .ta. .ta.. ta. ." 



Tak ada tapi,Bron." 
"Ber...ber.. " 



-[Hamalan86daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



"Tujuhekor!!" 

"Kap...kap...dar. .dar.. " 

"Dua minggu lagi,dan percayalah kau,Bron??Dari Australia!!" 

Jimbron seperti orang yang mau pingsan.Napasnya cepat,bola matanya 

mengembang,dan 

telinganya tegak.Kuambilkan ia air minum.Tangannya masih seperti 

dirigen. 

Berita tentang kuda itu segera hangat dimana-mana.Di warung-warung 

kopi,di balai 

desa,dipasar,dan di kantor-kantor pemerintah,setiap orang 

membicarakannya.Banyak 

komentar,memang kegemaran orang Melayu.Tapi alasannya utamanya 

adalah karena 

siapa pun di kampung kami tak pernah melihar seekor kuda hidup- 

hidup.Bagi kami,kuda 

adalah makhluk asing.Di kampung orang Melayu pedalaman tak ada 

kuda.Jangankan 

kuda,keledai pun tidak.Zaman dulu orang Melayu bepergian naik perahu 

atau berjalan 

kaki,Kuda tak pernah secuil pun disinggung dalam manuksrip kuno 

Melayu.Kuda bukan 

merupakan bagian dari kebudayaan Melayu. 

Ribut-ribut soal kuda sebenarnya bukan baru kali ini.Sejak ada tanda- 

tanda Belitong akan 

bernasib seperti Babylonia karena PN Timah mulai megap- 

megap,pemerintah berusaha 

mencarikan jalan keluar bagi orang Melayu pedalaman agar tidak berakir 

serupa orang 

Etiopia.Para petugas pertanian berdatangan memberi penyuluhan tentang 

cocok tanam 

dan budi daya.Beberapa mahasiswa Belitong yang tengah kuliah di Jawa 

dan bercita-cita 

mulia membangun desanya sehingga nasib penduduk Belitong jadi lebih 

baik,pulang 

kampung.Masyarakat dikumpulkan di balai desa.Mereka berebutan,berapi- 

api,memberi 

petuah yang mereka dapat dari bangku kuliah. 

"Jika dikeruk terus,timah di bawah tanah sana akan habis,Bapak-bapak!!Ia 

tidak akan 



-[Hamalan87daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



beranak pinak seperti kita-kita ini,Maka Bapak-bapak harus men- 
transform diri sendiri 

dari seorang buruh tambang dengan mentalitas kuli menjadi petani 
dengan mentalitas 
pedagang...: 

Demi mendengar kata transform itu,para kuli mentah menghirup kopi 
pahitnya,berpandangan sesama mereka,lalu tersenyum dan saling 
menunjukkan satu jari 
telunjuknya. 

"Kita harus membangun irigasilHarus belajar menanam jagung dan 
ber sawah ! Paradigma 

kerja semua sektor harus pula diubah.Mulai sekaragn kita,orang Melayu 
pedalaman di 

Belitong ini.harus berpikir,berjiwa,dan bertabiat seperti petani! !Kita akan 
segera menjadi 
komuniatas agraris!!" 

Para hadirimkepala desa,carik juru tulis,penghulu,asisten juru rias 
pengantin,para 

pesiraQuru masak kenduri],para dukun,dan ratusan kuli tambang tadi 
bertepuk 

tangan.Pada kesempatan ini hadir seluruh dukun berbagai keahliamdukun 
buaya,dukun 

angin,dukun api,dukun langit,dukun gigi,dan dukun hujan.Rupanya para 
dukun di 

kampung kami sudah menerapkan spesialisasi jauh hari sebelum ahli ilmu 
manajemen 

Peter Drucker menyarankan hal yang sama pada industri modern. 
Para hadirin itu senang sekali mendengar kata yang baru pertama kali 
mereka 

dengar.Paradigma .Kedengarannya sangat renyah,beradab,tinggi,dan 
sangat buku.Hebat 

sekali didikan orang Jawa memang jempolan.meskipun pernah kutemui di 
beberapa buku 

Jawa disebut sebagai imperialis model baru di tanah air tapi dalam 
mendidik saudara- 

saudaranya di daerah mereka canggih bukan main.Dan para hadirin pun 
serentak 

menunjukkan dua jarinya.Aku masih belum mengerti maksud mereka. 
"Selain daripada itu..." 

Mahasiswa yang satu ini gayanya lain.Ia tidak meledak- 
ledak,Kalem,menurut 



-[Hamalan88daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



keyakinannya adalah cermin pribadi berpengetahuan mumpuni.Dan ia 

pasti meniru gaya 

seorang profesor karatan di Jawa dengan mengayun suku kata terakhir 

dari setiap kata 

yang dikhotbahkannya.Sungguh intelek kedengarannya. 

"Bapak-bapak,kita harus belajar mengomersialkan intelectual comodity!! 

Artinya kita 

harus bersaing dengan daerah lain dengan mulai menjual 

keahlian,kepandaian,dan 

berbagai jasa.Kapasitas intelektual kita harus kita tingkatkan secara 

signifikan.Kita tidak 

boleh hanya bergantung pada laut,tambang,dan tani yang resourcesnya 

terbatas. Dengan 

bagitu,pembangunan desa ini dapat berkembang secara simultan dan 

sustainable di semua 

bidang!!" 

Tepuk tangan riuh sekali.Hadirin berebutan menunjukkan jarinya,ada yang 

lima,tujuh,ada 

pula delapan.Rupanya itulaj jumlah kata yang tak mereka pahami dalam 

kalimat 

mahasiswa-mahasiswa ingusan itu.A Put,sang dukun gigi,tak ragu 

menunjukkan sepuluh 

jarinya.Ia bahkan mengangkat sebelah kakinya.Paling tidak lima belas kata 

mempan di 

kepalanya. 

Jik ada perlombaan ceramah,aku berani jamin orang Melayu akan 

juara.Tak terhitung 

banyaknya dari mereka yang menderita sakit gila nomor 21:keranjingan 

pidato.Dan 

sampai di situ saja.Setelah pidato yang gilang-gemilang itu lalu tak ada 

seorang pun 

melakukan apapun.Sang Mahasiswa sibuk mencari kata-kata aneh baru 

untuk pidato 

berikutnya dan para kuli tambang menghabiskan waktu berminggu- 

minggu mendebatkan 

arti setiap kata aneh mereka itu di warung-warung kopi.Kemampuan 

berpendapat 

ternyata merupakan kompetensi yang arahnya sama sekali berbeda 

dengan kompetensi 

berbuat sesuatu secara nyata.Capo Lam Nyet Pho,sebagai seorang 

wiraswastawan tulen 

jelas memiliki kompetensi yang terakhir kutuliskan. 



-[Hamalan89daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



"Itulah penyakit kalian,Orang Melayu.Manja bukan main,banyak teori kiri 

kanan,ada 

sedikit harta,ada sedikit ilmu,sudah sibuk bersombong-sombong..." 

Capo tak pernah sekolah.Adik-adiknyalah yang setengah mati ia 

sekolahkan.Ia jungkir 

balik membangun klannya dari nol.Dan klannya itu terkaya sekarang di 

kampung kami.Ia 

kenyang asam garam pengalaman.Besar curigaku Capo hanya bisa 

menghitung,tak bisa 

membaca.Tak seperti mahasiswa Melayu sok pintar itu,ia berbicara pelan 

saja sambil 

menyedot cerutunya.Pilihan katanya sederhana,gampang dicerna,tajam 

memukul 

sasaran.Setiap ia angkat bicara,para pedagang ikan di stanplat melepaskan 

apa pun yang 

sedang dikerjakan.Nasihat intan berlian sesungguhnya berada di dalam 

mulut orang 

seperti Capo. 

"Lihat kami,orang Kek.Kami hidup dengan jiwa perantau.Aku sudah punya 

bioskop tapi 

setiap malam masih menghadapi lilin untuk membungkus kacang.Kalian 

orang Melayu 

mana mau begitu." 

"Orang Kek bekerja keras,tak mau bergantug pada apa pun." 

"Kalau timah tak laku.kalian orang Melayu mati,kami hidup..." 

Aku mengagumi daya survival bangsa Tionghoa kek. 

"Tidakkah kalian lihat di Belitong?Terserak seribu danau bekas galian 

tambang,terhampar padang sabana seluas mata memandang,semuanya 

beribu-ribu 

hektare,tak bertuan." 

Para penyimaknya merenung. 

"Kuda,peternakan kuda adalah yang paling pas.Hewan itu memerlukan 

kebebasan di 

tempat yang luas.Dan kalau ingin sedikit repot,peternakan buaya juga 

sangat cocok.Tujuh 

ekor kuda Australia akan datang dari Tasmania.Aku akan beternak kuda!! 

Itulah Capo:sederhana,tak banyak cincong,dan kemampuannya 

merealisasikan ide 

menjadi tindakan nyata jauh lebih tinggi dari para inteleketual muda 



-[Hamalan90daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Melayu mana 

pun.Mengajarkan mentalitas merealisasikan ide menjadi tindakan nyata 

barangkali dapat 

dipertimbangkan sebagai mata pelajaran baru di sekolah-sekolah 

kita.Pembicaraan Capo 

di pasar itu kemudian dikicaukan Minar ke mana-mana. 

Dan aku menyesal mengabarkan berita kuda itu kepada Jimbron karena ia 

mendadak 

menjadi pendiam.Ia bekerja lebih keras dua kali lipat dari biasanya dan 

tidur lebih malam 

dari jam tidurnya.Menjelang tidur ia gelisah,berguling-guling tak keruan. 

Jelas sekali setiap hari Jimbron dihantui berita kuda itu dan ia bereaksi 

dengan cara tak 

ingin membicarakannya,sebab ia cemas,ia tak dapat menerima jika berita 

itu dusta.Benar- 

benar tipikal obsesif kompulsif.Padahal segala kemungkinan masih bisa 

terjadi dalam dua 

minggu ini.Dan jika memang berita itu hanya gosip maka aku akan 

menanggung risiko 

dimusuhinya seumur hidup.Apa pun yang berhubungan dengan kuda amat 

sensitifbagi 

Jimbron.Makhluk berkaki empat yang pandai tersenyum itu adalah jiwa 

raganya. 

Karena khawatir dengan kondisi psikologis Jimbron,aku berusaha 

mengonfirmasikan 

berita itu pada Minar.Luar biasa wanita menor ini.ia memenuhi semua 

kriteria sebagai 

biang gosip. Mulutnya seperti senjata serbu semiotomatis.Seperti biasa kita 

dengar dari 

tukang gosip,nada bicara mereka selalu berfluktuasi dalam jarak yang 

lebar.Kadang- 

kadang mereka bicara menjerit-jerit dan detik berikutnya mereka berbisik. 

"KIRAMU AKU BERDUSTA,BOI?AKU DENGAR SENDIRI DARI NYONYA 

PHO,ITU SUDAH BERITA BASI!!" 

Suara Minar melengking sehingga aku malu karena semua orang 

menoleh.Boi adalah 

panggilan gaul oran Melayu. Dan perhatikanlah ciri utama tukang isujika 

bicara mereka 

suka menoleh kiri kanan seperti burung serindit. 

"BILANG ITU PADA JIMBRON !!Tapi,Boi.../'Minar berbisik/'Kau sudah tahu 



-[Hamalan91daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



berita 

terbaru belum...!!??Salah satu bupati yang kalah pemilihan kemaren 

ternyata ijazahnya 

PALSU!!PALSU,BO!!!Gelar Sl-nya mungkin saja benar tapi gelar S2- 

nya...yang ia 

deretkan tanpa tahu malu di belakang namanya itu,jelas PALSUMP A L S 

U!!KAU 

DENGAR ITU,BOI !!!??" 

Minar mengeja satu persatu kata palsu itu.Tukang gosip adalah sakit gila 

nomor 

18:Kecanduan sensasi. 

"Dan kuragukan juga gelar Sl-nya itu!! KARENA AKU KENAL 

DIA,BOI!!!DULU 

KAMI SEKELAS DI SD INPRES,SAMPAI KELAS TIGA DIA MASIH..." 

Kepala Minar berputar-putar memantau situasi lalu ia menatapku tajam 

dan 

mendesis/Tak bisa membaca...!! 

"MANA MUNGKIN DIA BISA JADI SARJANA?!!BERANI-BERANINYA DI A 

MELAMAR KERJA DI BUPATIMDIA ITU.. penipu,BOI!!P e n i p u...!!BIAR 

SAJASEBENTAR LAGI DIA DICIDUK..polisi...!!" 

Minar celingukan,takut kalau-kalau ada aparatSoal kuda sudah melebar 

tak 

keruan.Pelajaran moral nomor sembilamjika Anda sering ditanggap 

berbicara di depan 

umum dan kerap tulalit karena kehabisan topik,maka belajarlah dulu jadi 

tukang 

gosip.Aku tak mau lama-lama bicara dengan Minar,tak mau aku menambah 

dosa.Aku 

beranjak.Minar masih belum puas,teriakannya bertalu-talu mengiringiku 

pergi. 

"LAIN KALI DIA DATANG LAGI DARI JAKARTA,MENCALONKAN DIRINYA 

JADI BUPATI! IPASANG HURUF H BESAR DI DEPAN NAMANYA,MENGAKU 

DIRINYA HAJI???!!PADAHAL AKU TAHU KELAKUANNYAMWAKTU JADI 

MAHASISWAWESEL DARI IBUNYA DIPAKAINYA UNTUK MAIN JUDI 

BUNTUT!!!" 

Aku sudah jauh berlari meninggalkannya tapi masih kudengar 

lolongannya/'ITULAH 

KALAU KAU MAU TAHU TABIAT PEMIMPIN ZAMAN 

SEKARANG,BOI!!BARU 

MENCALONKAN DIRI SUDAH JADI PENIPU,BAGAIMANA KALAU BAJINGAN 

SEPERTI ITU JADI KETUA!!???" 



-[Hamalan92daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Bendera kapal BINTANG LAUT SELATAN telah tampak di horizon sejak 

pukul tiga 

sore dan mulai pukul dua dermaga telah dipadatiorang-orang Melayu yang 

ingin melihat 

langsung hewan yang hanya pernah mereka lihat dalam gambar.Seisi 

kampung tumpah 

ruah ke dermaga,ratusan jumlahnya,di antara mereka tampak 

bupati,camat,lurah,kepala 

desa,dan para dukun berbagai spesialisasi lengkap dengan baju dinasnya 

masing-masing. 

Pelataran panjang yang menjulur ke pintu kapal telah dibangun.ini 

merupakan pekerjaan 

besar tapi tak mengapa karena memang untuk peristiwa yang amat 

penting.Jika ketua 

panitia penyambutan adalah Jimbron,maka kupastikan di pelantaran itu 

sudah tergelar 

karpet merahjuga disiapkannya tarian Serampung Dua Belas serta gadis- 

gadis 

semenanjung berbaju adat untuk mengalungkan bunga di leher kuda-kuda 

itu. 

Jimbron bolos sekolah.Usai salat lohor dia sudah hilir mudik di 

dermaga.Tak ingin ia 

kecolongan satu detikpun melihat kuda-kuda itu turun dari kapal.Tapi 

anehnya ia tak 

tampak di deretan depan para pengunjung.Ia ada di sudut sana,di antara 

tong-tong 

aspal,agak jauh di belakang.Kepalanya timbul tenggelam di balik tong-tong 

itu seperti 

orang main petak umpet.Sesekali ia menampakkan wajahnya untuk 

melihat kapal yang 

semakin dekat.Ia seperti malu dilihat orang.Jika sampai hampir senewen 

maka ia merasa 

sedikit takut keinginannya akan segera terwujud di depan batang 

hidungnya.Pasti itulah 

yang dialami Jimbron.Seperti kata ibuku:gila memang ada empat puluh 

empat macam. 

BINTANG LAUT SELATAN merapatPintu utamanya dipaskan pada ujung 

pelataran 

sehingga tercipta jembatan antara dermaga denga kapal.Sinar matahari 

sore terbias pada 

permukaan laut membentuk pita berwarna jingga yang memukau dari 



-[Hamalan93daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



dermaga sampai ke 

kaki langit.Jika tamu-tamu terhormat dari Tasmania itu melenggang di atas 

jembatan 

tadi,pasti akan menambah pesona sore bersejarah di kampung kami ini. 

Pintu kapal dibuka.Semua mata tertuju ke pintu kapan itu dan ruangan di 

dalamnya yang 

gelap.Tak tampak apa pun.Para pengunjung tegang dan senyap menunggu 

kuda-kuda 

hebat Australia melangkah keluar.Kepala Jimbron tak tampak sama 

sekali.Tiba-tiba 

sebuah bayangan hitam berkelebat.Dan dari kegelapan itu terdengar 

samar dengusan 

yang berat seperti dengusan beberapa ekor singa.Lalu bergema suara 

gemeretak di lantai 

kapal.Gemeretak itu meningkat menjadi hentakan-hentakan yang sangat 

kuat seperti 

logam saling beradu.Gaduh bertubi-tubi memekakkan telinga,membahana 

ke seluruh 

kapal sampai ke dermaga.Para pengunjung terkejut ketakutan dan 

sebagian mereka yang 

berdiri di barisan depan mundur.Belum surut keterkejutan 

pengunjung,secara sangat 

mendadak,seekor makhluk hitam berkilat yang sangat besar melompat ke 

mulut pintu. 

Para penonton serentak berteriak histeris/'Hhaaaaahhhhhhh...!!!'' 

Astaga!!Di ambang pintu kapal tiba-tiba berdiri seekor kuda hitam staliion 

dengan tinggi 

hampir tiga meter dan panjang badan sekitar empat meter.Hitam pekat 

berminyak- 

minyak,serupa kayu mahoni yag di pernis tebal ; licin mengilap seperti 

seekor kumbang 

jantan.Ia tak peduli pada ratusan pasang mata yang memelototinya.ia 

berputar 

sedikit,sombong sekali,tapi indah memukau.Kaki-kakinya kukug besar 

seperti 

pilar.Wajahnya garang tapi tampan. 

Sungguh di luar dugaanku seekor kuda Australia ternyata amat besar 

seperti gajah dan ia 

demikian mengagumkan.Pada detik itu aku menyadari bahwa Jimbron 

kerajingan pada 

kuda karena alasan yang sangat masuk akal.Dan aku langsung memaklumi 

kesintingannya selama ini.Obsesif kompulsif agaknya lebih cocok bagi 



-[Hamalan94daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



orang yang 

tergila-gila pada kambing.Karena kuda,khususnya kuda Australia,sungguh 

makhluk yang 

luar biasa.Hewan yang mampu berlari mengalahkan angin.Sementara 

kulihat kepala 

Jimbron timbul sebentar,cepat-cepat sembunyi,lalu timbul lagi,persis tikus 

tanah mewanti 

alap-alap. 

Lalu muncul seorang pria Australia setengah baya bertopi koboi.Ia 

menenangkan stal ion 

itu dan bersuit-suitPara penonton bertepuk tangan untuknya dan tepuk 

tangan semakin 

semarak ketika kuda-kuda lainnya bermunculan di ambang 

pintu.Kebanyakan berwarna 

cokelat.Mereka seperti rombongan peragawati.Tapi hanya enam 

ekor,bukankah 

seharusnya tujuh ekor?Dan belum tuntas kekagumanku pada enam ekor 

makhluk elok 

itu,aku terlompat kaget mendengar penonton berteriak histeris, 

'Hhaaaaaahhhhh...!!!Subhanallah....Al ah Mahabesar!!" 

Penonton bersorak-sorai melihat sesosok makhluk seumpama gunung 

salju yang megah 

memesona.Seekor kuda putihIKuda jantan putih bersih yang ganteng 

bukan main.Besar 

sekali berkilauan dengan surai yang gondrong berkibar-kibar.Ia meloncat- 

loncat kecil 

memamerkan dirinya di depan orang-orang Melayu yang terpaku 

menatapnya.Ia 

menderam-deram dalam menggetarkan hati setiap orang.Sungguh 

indah,tak ada satu pun 

noktah di tubuhnya yang lembut halus.Bangunan tubuh kuda putih itu 

amat artistikla 

adalah benda seni yang memukau,setiap lekuk tubuhnya seakan diukir 

seorang maestro 

dengan mengombinasikan kemegahan seni patung monumental dan 

karisma kejantanan 

seekor binatang perang yang gagah berani. 

Si putih gagah perkasa ini tahu kalau dirinya flamboyan,pusat 

perhatian,maka ia 

menyeringai seolah tersenyum.ia menggeretakkan kakinya menikmati 

puji-pujian yang 

tumpah ruah melumuri tubuhnya.ialah bintang kejora pertunjukkan sore 



-[Hamalan95daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



ini.Surainya 

laksana jubah putih yang mengibas mengikuti tubuhnya yang 

menggelinjang- 

gelinjang.Ekornya berayun berirama seumpama seikat selendang dan 

sulur-sulur ototnya 

yang telanjang berkelindan dalam koordinasi yang memikat.Kulirik 

Jimbron,ia menutup 

wajahnya dengan tangan.Mungkin dadanya ingin meledak,tapi yang pasti 

ia 

menangis.Air matanya bercucuran. 

Capo menunjuk kuda putih itu dan berseru/'Pangeran Mustika Raja 

Brana!!Itu nama 

yang kuberikan untuknya..." 

Para pengunjung bertepuk tangan mendengarnya.Tepuk tangan tak 

berhenti melihat tujuh 

ekor makhluk indah memesona,tinggi besar berkilap berbaris di atas titian 

muhibah 

negara asing Australia menuju dermaga kampung orang Melayu 

pedalaman di Pulau 

Belitong,Saat mereka mendekat dari tubuh mereka aku mencium bau 

angin,bau hujan,bau 

malam,dan bau kebebasan berlari membelah ilalang di padang luas tak 

bertepi.Sinar 

matahari menyirami delegasi terhormat dari Tasmania ini,mereka 

melangkah anggun 

laksana tujuh bidadari turun dari khayangan,Di punggung sang Pangeran 

sinar matahari 

memantul seakan dirinya sebongkah mutiara.Kuda-kuda itu dinaikkan ke 

atas truk dan di 

sudut sana kulihat Jimbron berdiri tegak di atas tong aspal.Dengan lengan 

bajunya,ia 

berulang kali mengusap air matanya yang berlinangan. 

Pangeran Mustika Raja Brana dan rombongannya di bawah ke ranch Capo 

di pinggir 

kampung.Pertunjukan spektakuler yang mungkin suatu hari nanti akan 

mengubah cara 

hidup orang Melayu,atau paling tidak mengubah cara mereka 

berpikir,telah usai.Hari ini 

tujuh ekor kuda dari Tasmania meretas jalan memasuki budaya Melayu 

pedalaman.Hari 



-[Hamalan96daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



ini seperti hari Columbus menemukan Amerika.Tak pernah sebelumnya 

seorang pun 

berpikir untuk memulai usaha dengan mendatangkan kuda dari 

Australia.Capo adalah 

seorang pendobrak,seorang yang patut dikalungi medali.Possibility,itulah 

mentalitas 

Capo:positif dan percaya pada semua kemungkinan! 

Para pengunjung berduyun pulang dengan fantasi dan riuh rendah 

komentar.Dermaga 

kembali lengang,yang tersisa hanya seorang pria tambun,dengan bobot 

mati hampir 80 

kilogram,berdiri mematung seperti menhir di atas tong aspal.Kegilaan 

yang 

menggelembung,meluap-luap,dan tersedu sedan itu kini memandangi pita 

jingga yang 

bergelombang mengalun kaki langit.Baru beberapa menit yang lalu 

Pangeran Mustika 

Raja Brana beranjak,bahkan bau angin,bau hujan,dan bau malam dari 

tubuh pesona putih 

itu masih belum menguap dari dermaga,tapi disana,pada wajah berbinar 

yang basah oleh 

air mata,dari hati muda yang menemukan kebahagian tak terkira dari 

seekor kuda,kulihat 

jelas kerinduan yang membuncah pada kuda-kuda yang beru beberapa 

menit lalu 

pergi.Kini hatinya yang lugu itu hampa,hampa seperi tong-tong aspal 

tempatnya berdiri. 

Dan seminggu berikutya,los kontrakan kami menjadi kuburan euforia 

karena Jimbron 

mendadak lesu darah.Jika sebelum kuda-kuda itu datang ia jadi pendiam 

dan giat 

bekerja,sekarang ia jadi lebih pendiam dan malas bekerja.Sepanjang waktu 

ia hanya 

melamun.Ia merindukan kuda-kuda itu,Tidurnya makin gelisah dan sering 

kami terkejut 

tengah malam karena Jimbron mengigau meringkik-ringkikla hanya bisa 

disadarkan jika 

hidungnya dijepit dengan jepit jemuran yang bergerigi. 

Sesekali kami dengar orang-orang kepercayaan Capo membawa kuda-kuda 

Australia itu 

berjalan-jalan keliling kampung.Tapi kami tak pernah mendapat 

kesempatan melihat lagi 



-[Hamalan97daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



makhluk-makhluk memesona itu.Selebihnya hewan itu dipelihara secara 

intensif di 

tempat yang tak bisa dilihat dari luar. 

Sering lama-lama Jimbron hanya memandangi gambar kepala kuda di 

dinding los 

kontrakan kami.Ia mulai malas makan dan lupa bahwa kedudukan 

sebenarnya adalah 

sebagai seorang penuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main.Pekerjaan 

rumah pun sudah 

tak mau disentuhnya.Aku dan Arai tak dapat menemukan cara untuk 

menghiburnyajimbron telah berubah menjadi orang lain yang rusak 

vitalitasnya gara- 

gara merindukan kuda.Melihat kemerosotan mental Jimbron setiap 

hari,aku mulai 

percaya jangan-jangan teori ibuku bahwa penyakit gila ada empat puluh 

empat macam 

memang benar adanya.Keadaan semakin parah karena Arai memutuskan 

untuk berhenti 

sementara menjadi kuli ngambat. 

"Ada kerja borongan sebentar di Gedong,tak'kan lama,bisa kerja setiap 

pulang 

sekolah.Orang staf di sana mau membayar harian,bagus pula bayarannya 

itu... 

"Bukankah kita harus banyak menabung untuk sekolah ke 

Prancis!!begitu/kan 

saudarakujimbron?? 

"Tak'kan lama,hanya dua bulan,nanti kita ngambat lagi..." 

Aku termangu Jimbron tak peduli.Dua bulan berikutnya adalah siksaan tak 

terkira buatku 

karena semakin hari keadaan Jimbron semakin gawat.Jika diajak 

bicara,maka aku hanya 

bicara sendiri.Sore hari,pada jam ketika kuda-kuda itu datang,matanya 

sayu memandangi 

dermaga.Dadaku sesak melihatnya.bahkan sepeda jengki kebanggaannya 

yang telah ia 

sulap menjadi kuda kini digantungnya.Ia berjalan kaki malas-malasan 

berangkat sekolah. 

Arai selalu pulang malam dan langsung mendengkur tak mau mendengar 

keluh 

kesahku.Aku cemas akan keadaan Jimbron yang untuk pertama 

kalinya,susut berat 



-[Hamalan98daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



badannya.Setiap hari aku berdoa mengharapkan keajaiban dan 

tahukah,Kawan,keajaiban 

itu datanglKeajaiban yang mengejutkan seperti jutaan bintang 

meledak,terang benderang 

berwarni-warni,tumpah ruah,berlimpah-limpah,keajaiban yang turun dari 

langit! 

Waktu itu hari Minggu.Kebiasaan kami adalah kembali ke peraduan seusai 

salat 

subuh,nanti bangun lagi jika beduk lohor memanggil.Semacam balas 

dendam setelah 

membanting tulang sampai tetes keringat terakhir seminggu penuh.Baru 

beberapa menit 

terlelap,aku mendengar ketukan pelan di jendela.Dini hari itu sunyi sepi di 

dermaga.Ketukan itu berganti menjadi gesekan benda tajam menggerus 

dinding 

papan.Aku dan Jimbron terbangun,saling berpandangan.kami ketakutan 

karena bukan 

baru sekali warga dermaga didatangi hantu laut.Diyakini karena badai 

terus-menerus di 

laut,hantu itu senang gentayangan ke rumah penduduk kalau musim 

hujan.Di luar masih 

gelap dan nyali kami semakin ciut saat terdengar suara gemeretak di luar 

jendela los 

kontrakan.Aku dan Jimbron duduk saling merapat karena degupan itu 

semakin 

dekat.kemudian diam senyap.Bersama kesenyapan itu angin berembus 

pelan lalu samar- 

samar mengalir bau angin,bau hujan,dan bau malam.Aku melompat 

menyerbu 

jendela,cepat-cepat membukanya dan masya Allaljantungku seakan 

copotAku terlompat 

dan nyaris pingsan karena hanya sejangkau dariku menggelinjang- 

gelinjang nakal 

sesosok makhluk putih yang sangat besar.Tubuhnya bergelombang seperti 

layar bahtera 

diterpa angin.Ia menoleh padaku dan aku menjerit sejadi-jadinya. 

"Pangeran Mustika Raja Brana!!" 

Aku tercekat menahan napas dan sang Pangeran mengangguk-angguk 

takzim dengan 

anggun sekali.Ekspresinya bersahabat dan sangat riang.Yang paling 

istimewa,di 

punggungnya duduk sumringah penuh gaya seorang pahlawan Melayu 



-[Hamalan99daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



yang tampan 

bukan main:Arai!Sang kesatria langit ketujuh itu terkekeh-kekeh girang 

memamerkan 

gigi-gigi tonggosnya.Pangeran Mustika menderam-deram gembira 

menimpali tuannya 

yang cekikikan. 

"Simpai Keramat. . " 

Aku tak mampu berkata-kata lagi.Aku berbalik sontak melihat Jimbron.Dan 

disitu ia 

duduk tak berbaju.Seluruh rangka tubuhnya mengeras seperti orang 

dikutuk menjadi 

batu.Napasnya berat pendek-pendek,matanya terbelalak,mulutnya 

ternganga.Wajah 

bulatnya memasuki jendela kamar,hanya sejengkal di depan hidung 

Jimbron.Jimbron tak 

berkutik.Menggeser duduknya pun tak mampu.Jika Pangeran ingin 

menelannya mentah- 

mentah,ia akan pasrah saja.Bulu-bulu halus di tengkuk Jimbron serentak 

berdiri.Matanya 

berkaca-kaca,Ada kerinduan yang terpecah berurai-urai. 

"Pakai bajumu cepat,Bujang.mari kita berkuda!!"seru kesatria tonggos itu. 

Di depan kamar kontrakan Jimbron tak sabar mendekati Pangeran 

Mustika.Hewan itu 

menunduk,mengerti dirinya akan dibelai,dan tahu kalau kami tak dapat 

menggapai 

kepalanya yang hampir setinggi tiang volley.Kami terharu melihat Jimbron 

menyentuk 

lembut surai Pangeran.Diusapnya seluruh tubuh kuda itu dengan 

takjub,dan dibelai- 

belainya wajah kuda putih itu.Sang Pangeran menyungging senyum lebut 

penuh 

persahabatan. 

Arai mengendarai Pangeran menyusuri tepian pantai,Laut pasang malam 

dan surut 

pagi.kuda putih itu berlari kecil meningkahi riak gelombang sepanjang 

pesisir yang 

landai beratus-ratus meter.Dalam balutan halimun di atas permukaan laut 

yang 

diam,Pangeran seakan makhluk ajaib yang baru turun dari bulan.Jimbron 

lekat mengikuti 



-[Hamalan 100 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



langkah Pangeran dengan memegangi ekornya,Tercepuk-cepuk berlari di 

belakang 

hewan itu bersama anak-anak nelayan yang bersorak girang melihat 

makhluk yang tak 

pernah mereka lihat di tepi laut. 

Pagi merekah.bayangan kuda dan kesatria membayang seperti siluet di 

tengah sebuah 

benda bulat merah jingga yang muncul pelan-pelan di kaki langitlnilah 

pagi terindah 

yang pernah kusaksikan.Pagi semakin istimewa karena Arai memberi 

kesempatan pada 

Jimbron mengendarai Pangeran.Berdebar-debar Jimbron meletakkan 

kakinya di pijakan 

sangga wedi untuk menaiki Pangeran.Anehnya,Pangeran menekuk 

lututnya untuk 

memudahkan Jimbron.Sekejap kemudian laki-laki tambun itu menjelma 

seolah baginda 

raja di atas tunggangan kaun ningrat.Tak canggung sedikit pun Jimbron 

langsung dapat 

menguasai kuda putih itu.Mungkin karena dalam khayalannya ia telah 

berlatih ratusan 

kali bagaimana menunggang kuda.Jimbron tak berhenti tersenyum.Ia 

bahagia tak terkira 

mendapatkan pengalaman yang telah belasan tahun diidamkannya.Mula- 

mula ia 

berputar-putar tapi tiba-tiba,tanpa kami dugajimbron memacu Pangeran 

keluar garis 

pantai.Kami panik dan tergopoh-gopoh menyusulnya. 

"Bron!!Bron!!Mau kemana kau!!"Arai berteriak. 

Gawat Jimbron melarikan kuda putih raksasa itu menuju pasar.Jika tak 

dapat 

mengendalikannya dengan baik,hewan itu pasti akan mengobrak-abrik 

pasar.Pangeran 

berlari kencang menembus kawasan pedagang sayur yang menggelegar 

dagangan di 

emperan toko. Para pedagang yang terkejut mendadak sontak semburat 

tak 

keruan.Namun,mereka senang bukan main melihat Pangeran Mustika Raja 

Brana.Mereka 

mengikuti aku dan Arai yang pontang-panting ketakutan mengejar 

Jimbron. 

Jimbrontak mengurangi kecepatan.Ia menerobos keramaian pasar 



-[Hamalanl01daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



pagi.Surai Pangeran 

berkibar-kibar berkilauan ketika ia melesat melintasi tikungan di muka 

stanplat yang 

ramai.Para pembeli dan pedagang ikan bersorak-sorai,riuh bertepuk 

tangan melihat 

Jimbron beraksi di atas punggung kuda persis perampok bank yang dikejar 

shriff dalam 

film koboi.Jimbron menimbulkan kehebohan yang luar biasa.Seekor kuda 

putih Australia 

belari berderap-derap di pasar kampung orang Melayu,sungguh 

pemandangan yang sulit 

dilupakan siapa pun.Kendaraan yang lalu lalang berhenti 

mendadak.Orang-orang 

khawatir sekaligus terpesona meliha Pangeran meliuk-liuk,bergelombang 

di antara 

pedagang kaki lima dan pengunjung pasar.Jimbron berteriak-teriak 

memacu 

Pangeran.Pangeran berlari secepat angin menuju ke utara,terus ke 

utara,dan kami segera 

tahu tujuannya:pabrik cincau!! 

Di depan pabrik cincau Jimbron berhenti.Pangeran gemeretak jalan di 

tempat.Laksmi 

yang tengah mencuci baskom ternganga mulutnya.Para pengunjung 

warung-warung kopi 

di sekitar pabrik berhamburan,bergabung dengan orang-orang yang tadi 

ikut mengejar 

Jimbron,mereka mengelilingi Pangeran.Laksmi tertegun.Ia tak percaya 

dengan matanya 

sendiri melihat Jimbron tiba-tiba hadir di atas punggung Pangeran Mustika 

Raja Br ana 

yang kondang.Ia selalu menganggap Jimbron telah senewen pada kuda dan 

hanya bisa 

membualkan binatang itu. 

Jimbron tersenyum bangga lalu ia menyentak les yang tersambung pada 

kadali yang 

mengekang mulut Pangeran.Pangeran paham perintah sobat barunya 

ini.Kuda putih itu 

menaikkan kedua kaki depannya tinggi-tinngi.Menakjubkan!Hewan 

dengan berat lebih 

dari setengah ton,tinggi dan besar seperti gajah,mengangkat 

setengah 

tubuhnya,menendang-nendangkan kakinya ke udara,lalu meringkik 



-[Hamalan 102 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



dahsyat memecah 

langitSemua orang terjajar mundur.Laksmi terkagum-kagum.Pangeran 

mendaratkan lagi 

kakinya,berdebam menggetarkan tiang-tiang pabrik cincau disambut 

suitan dan tepuk 

tangan gegap gempita para penonton.Laksmi terkesima lalu samar-samar 

ia tersenyum.Ia 

memandangi Jimbron dan semakin lama senyumnya semakin lebar.Orang- 

orang 

terhenyak,setelah bertahun-tahun berlalu,pagi ini untuk pertama kalinya 

mereka melihat 

Laksmi tersenyum,ya,Laksmi tersenyumlDan senyumnya itu manis sekali. 



-[Hamalanl03daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 14 
When I Fall in Love 



Luas samudra dapat diukur tapi luasnya hati siapa sangka.Itulah Arai.Dua 

bulan ia 

menyerahkan diri pada penindasan Capo yang terkenal keras,semuanya 

demi 

Jimbron.Kerja di peternakan Capo seperti kerja rodi,maka setiap pulang 

malam Arai 

langsung tertidur sebab ia babak belur.Waktu ia mengatakan ingin bekerja 

di Gedong 

temo hari sebenarnya diam-diam ia melamar kerja pada Capo dengan satu 

tujuan agar 

Jimbron dapat mendekati Pangeran.Dan belakangan aku tahu bahwa 

berminggu-minggu 

Arai membujuk Capo agar memberi kesempatan pada Jimbron untuk 

mengendarai kuda 

putih itu.Ia merahasiakan semuanya karena mengerti perkara kuda sangat 

sensitifbagi 

Jimbron,di samping ia ingin memberikan kejutan pada sahabat tambunnya 

itu,sebuah 

kejutan yang manis tak terperi.Itulah Arai,dulu pernah kukatakan 

padamu,Kawan:Arai 

adalah seniman kehidupan sehari-hari. 

Dan tak diduga rencana menyenangkan Jimbron berbuah senyum 

Laksmi.Seperti halnya 

keburukan,kebaikan pun sering kali berbuah kebaikan.Dan satu kecil 

kerap pula 

menyebabkan perubahan demikian besar.Setelah mengendarai 

Pangeranjimbron 

mencopot gambar kuda senyum di dinding kamar kami,kemudian ia 

berusaha keras 

melukis wajah seorang wanita kurus yang cantik dengan senyum 

manisnya yang 

menawan.Akhirnya,terciptalah lukisan wajah wanita seperti zombie.Tapi 

di sudut kanan 

gambar itu dengan bangga Jimbron mengukir sebuah nama:LAKSMI,Maka 

dilos 

kontrakan kami sekarang terpajang tiga tokoh idola kami:Jim favorit 

Arai,Laksmi cinta 



-[Hamalanl04daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Jimbron,dan Kak Rhoma Irama,seniman kesayanganku. 

Setelah membawa Pangeran Mustika Raja Brana ke haribaan Jimbron,Arai 

meletakkan 

jabatannya di peternakan Capo dan ia kembali menyumbangkan tenaga 

dan pikirannya 

sebagai kuli ngambat.Saat ia tertidur meringkuk kelelahan aku 

memandangi sepupu 

jauhku inija orang yang tidur lupa.Orang yang ketika duduk atau 

berbaring tak 

merasakan apa pun saat tubuhnya dipeluk gelap karena tubuh itu telah 

remuk redam 

keletihan membanting tulang. 

Arai semakin jangkung,semakin kurus.Simpai Keramat yang yatim piatu ini 

badannya 

kumal dan bau.Kuku-kukunya hitam,potongan rambutnya tak 

keruan,digimting sendiri di 

depan cermin dengan gaya asal tidak gondrong.Di lehernya melingkar 

daki,tapi masya 

Allah,hatinya putih bercahaya,hatinya itu selalu hangat.Ia orang yang 

selalu merasa 

bahagia karena dapat membahagiakan orang lain.Lalu apa yang tersisa 

untuknya?Tak 

ada.Seperti ucapannya padaku: Tanpa mimpi dan semangat orang seperti 

kita akan mati 

.Ya,tergeletak di atas selembar tikar purun,dengan seragam putih abu-abu 

yang dipakai 

untuk sekolah dan bekerja,bangun pukul dua pagi untuk memikul 

ikan,yang tersisa 

untuknya memang hanya semangat dan mimpi-mimpi. 

Aku ingin membahagiakan Arai,aku ingin berbuay sesuatu seperti yang ia 

lakukan pada 

Jimbron.Seperti yang selalu ia lakukan padaku.Aku sering melihat 

sepatuku yang 

menganga seperti buaya berjemur tahu-tahu sudah rekat kembali,Arai 

diam-diam 

memakunya.Aku juga selalu heran melihat kancing bajuku yang lepas tiba- 

tiba lengkap 

lagi,tanpa banyak cincong Arai menjahitnya.Jika terbangun malam- 

malam,aku sering 

mendapatiku telah berselimut,Arai menyelimutiku.Belum terhitung 

kebaikannya waktu ia 

membelaku dalam perkara rambut belah tangah Toni Koeswoyo saat aku 



-[Hamalanl05daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



masih SD 

dulu.Bertahun lewat tapi aku tak'kan lupa Rai,akan kubalas kebaikannmu 

yang tak 

terucapkan itujasamu yang tak kenal pamrih itu,ketulusanmu yang tak 

kasatmata itu. 

Dan aku tahu persis caranya,sebab aku paham saat ini kebahagiaan Arai 

sesungguhnya 

terperangkap dalam sebuah peti.Kunci peti itu berada di tangan wanita 

ini:Zakiah 

Nurmala binti Berahim Matarum.Cinta Arai pada Nurmala adalah salah 

satu dari kisah 

cinta yang paling menyedihkan di muka bumi ini.Cinta yang patah 

berkeping-keping 

karena selingkuh dan pengkhianatankah yang paling 

menyakitkan?Bukan.Cinta yang 

dipaksa putus karena perbedaan status,harta benda,dan agamakah yang 

paling 

menyesakkan?Masih bukan.Cinta yang menjadi dingin 

karena 

penyakit,penganiayaan,dan kebosanankah yang paling 

menyiksa?Tidak.Atau cinta yang 

terpisahkan samudra,lembah,dan gunung-gemunung yang paling 

pilu?Sama sekali 

tidak.Bagaimanapun pedih dilalui kedua sejoli dalam empat keadaan itu 

mereka masih 

dapat saling mencinta atau saling membenci.Namun,yang paling 

memilukan adalah cinta 

yang tak peduli.Karena itu seorang filsuf yang siang malam merenungkan 

seni mencinta 

telah menulis love me or just hate me,but spare me with your indifference' 

cintai aku atau 

sekalian benci aku,asal jangan tak acuhkan aku'.Malangnya yang terakhir 

itulah yang 

dialami Arai. 

Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah 

jatuh hati pada 

Nurmala.Cinta pada pandangan pertama.Dan sejak itu ia telah mengirimi 

kembang SMA 

kami itu beratus-ratus kali salam.Tak satupun ditanggapi.Ia juga telah 

mengirimkan puisi 

bahkan pantun yang memikat: 

Jangan samakan lada dan pala 



-[Hamalan 106 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Berbeda rupa,tak padan rasa 

Rela Kanda menginjak bara 

Demi cinta Dinda Nurmala 

Tak terhitung syair gurindam,lirik-lirik tembang semenanjung,bahkan 

bunga,mulai dari 

bunga meranti yang amat langka,hanya bersemi tujuh tahun sekali dan 

harus dipetik di 

dalam rimba pada ketinggian sehingga seluruh tepian Pulau Belitong 

kelihatan,sampai 

bunga-bunga halus muralis yang rajin tumbuh di gunungan kotoran 

kerbau.Semuanya 

telah Arai coba.Bunga itu biasanya diam-diam ia letakkan di keranjang 

sepeda Nurmala 

beserta sepucuk suratDan alangkah perih hatiku melihatnya dihamburkan 

Nurmala di 

tempat parkir.Adapun suratnya,tak kalah mengenaskan nasibnya,tanpa 

pernah dibuka 

sampulnya dilipat Nurmala berbentuk pesawat dan dilepaslandaskannya 

menuju kolam 

sekolah.Tapi bukan Arai namanya kalau tak berjiwa positif. 

"Nurmala adalah tembokyang kukuh Kal...,"kilahnya diplomatis. 

"Dan usahaku ibarat melemparkan lumpur ke tembok itu,"sambungnya 
optimis. 

"Kau sangka tembok itu akan roboh dengan lemparan lumpur?"tanyanya 
retoris. 

"Tidak akanlTapi lumpur itu akan membekas di sana,apa pun yang 

kulakukan,walaupun 

ditolaknya mentah-mentah,akan membekas di hatinya/'kesimpulannya 

filosofis. 

Sejak kelas satu SMA sampai kini kami hampir tamat segala cara telah 

ditempuh 

Arai,semuanya tak mempan,termasuk teori bingung-nya yang absurd 

dulu.Kenyataan 

sekarang Arai yang bingung menghadapi Nurmala yang indifferent,tak 

acuh.Mungkin 

saja Nurmala ingin bersimpati pada Arai tapi ia benci pada teorinya 

itu.Nurmala bersikap 

seperti harimau karena ingin merobohkan bangunan hipotesis Arai 

terhadap sifat-sifat 



-[Hamalan 107 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



perempuan.Ia tak setuju dengan upaya-upaya tak bermutu dalam 

mendefinisikan 

kapasitas kaumnya.Rupanya teori,optimisme,dan filosofi tidaklah cukup 

bagi Arai untuk 

menaklukkan Nurmala.Arai telah menisbatkan permasalahan dengan 

berasumsi bahwa 

perempuan mudah dipahami.Ia tak tahu,bahkan Sigmund Freud,setelah 

tiga puluh tahun 

meriset jiwa feminim,masih mengatakan bahwa ia tak mengerti apa yang 

diinginkan 

perempuan.Persoalan yang berhubungan dengan perasaan perempuan tak 

sesederhana 

seperti selalu diduga kebanyakan orang. 

"Sikap pragmatislltulah sesungguhnya solusi masalah ini,tak guna lagi 

berpanjang- 

panjang teori dan filosofi/'aku mencoba menyakinkan Arai. 

"Kau kenal Bang Zaitun kan,Rai??"tanyaku. 

Arai menjawab heran/'Pimpinan Orkes Melayu Pasar Ikan Belok Kiri Itu.. ?" 

"Ke sanalah kau harus berguru soal cinta..." 

Arai tersenyum.Siapa tak kenal Bang Zaitun,pria flamboyan yang kondang 

dalam dunia 

persilatan cinta.Di Belitong ada empat kampung besar,di setiap kampurig 

itu ia punya 

istri.Laki-laki positif mencerna setiap usulan,memikirnya dengan lapang 

dada.Arai 

menatapku cerah. 

"Kau yakin Bang Zaitun punya cukup wewenang ilmiah untuk 

memecahkan masalahku 

ini,Kal?" 

"Tak ada salahnya mencoba,Kawan,jauh lebih terhormat daripada ke 
dukun!!" 

"Ah,Keriting,baru kutahu,kau cerdas sekali!!" 

Kami memasuki ruang tamu Bang Zaitun yang dipenuhi beragam pernak- 
pernik,bingkai-bingkai foto hitam putih,dan mainan kertas berwarna pink 
yang 



-[Hamalanl08daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



digantunkan seantero ruangan.Ruangan itu dicat mencolok 

merah,kuning,dan hijau.Di 

lantai lekat karpet plastik merah muda bermotif anyelir.Kembang- 

kembang plastik 

diletakkan sekenanya di rak kotak-kotak,berdesak-desakan dengan 

berbagai benda 

keramik tak bermutu:kendi,asbak,piring,dan burung koak malam yang 

telah dikeraskan 

tapi matanya bolong.Penerangannya adalah jalinan lampu kecil yang biasa 

dililitkan pada 

pohon natal.Sinarnya berkelap-kelip hijau dan biru,menjalar-jalar di 

seluruh dinding 

serupa ketela rambat.Saat memasuki ruangan itu aku merasa menjadi 

mempelai 

pria.Semua properti dalam ruangan ditata sesuai selera yang terisnspirasi 

oleh panggung 

orkes Melayu dan pelaminan.Barangkali ini yang disebut early Mexican 

brothel (dekorasi 

rumah bordil orang Meksiko miskin}. 

Ini rumah Bang Zaitun dengan istri keempatnya.Istrinya itu hitam 

manis,bergelora,masih 

seperti anak SMP,dan sibuk mengunyah permen lolly pop.Secara umum ia 

mengingatkan 

aku pada buah mempelam.Sejenak ingin aku membatalkan seluruh cita- 

cita yang sudah 

atau belum terikrarkan.Yang telah dicatat Tuhan atau sedang ditimbang- 

timbang,aku 

ingin menjadi pemain orkes saja.Kudengar kabar dari Minar kalau Bang 

Zaitun akan 

segera menambah istri lagi,yaitu penyanyinya yang baru,yang dapat 

bergoyang dangdut 

sehingga perahu karam.Oh,betapa ingin aku jadi pemain orkes. 

Bang Zaitun orangnya humoris dan senang sekali bicara,persis 

radio. Dandanannnya 

nyentrik tipikal orang musik.Kepala ikat pinggangnya dari besi berbentuk 

gitar.Motif 

bajunya tuts-tuts piano. Celananya cutbrai.Jari-jarinya bertaburan cincin 

batu akik besar- 

besar.Beliau dengan sengaja mencabut kedua gigi taringnya yang sehat 

dan 

menggantinya dengan gigi emas putih.Sungguh benar ucapan komedian 

Jerry Lewis:Ada 



-[Hamalan 109 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kesintingan pada setiap seniman yang karatnya lebih tinggi dari 

kebanyakan orang. 

Jika bicara Bang Zaitun selalu sambil tertawa,dan tawanya 

itu...hi...hi...hi...hi,dengan 

tujuan untuk memamerkan kedua gigi emas putih itu.Meskipun rahang 

atasnya sedikit 

maju ke depan tapi ia yakin kedua bilah gigi,emas putihnya merupakan 

dua kutub magnet 

dirinya.Dan demi dua kutub magnet itu,Bang Zaitun,dengan sepenuh hati 

bersedia 

tertawa walaupun tak ada hal yang lucu.Namun lebih penting dari itu,di 

sore yang 

mengesankan ini,Bang Zaitun menyambut kami dengan sangat ramah.Di 

mana- 

mana,kelompok profesi yang paling ramah adalah musisi,yang paling bebal 

adalah 

politisi,dan yang paling menyebalkan adalah penerbit buku. 

"Senang rupanya main musik Bang...,"aku bertanya. 

"Ah,Boi...rumput tetangga selalu lebih hijau bukan??Hi..hi...hi...hi...." 

Suara Bang Zaitun parau,seperti orang berbisik dengan keras.Kulitnya 

kisut dan ia jelas 

penyakitan.Itulah yang terjadi jika sering kenan angin malam.Melalui lagu 

"Begadang"Kak Rhoma telah mewanti-wanti akibat buruk angin malam 

pada generasi 

muda Republik ini. 

"Abang tengok guru,ingin abang jadi guru,tak tahu bagaimana rasanya 

mengurus anak- 

anak yang senewen tingkahnya hi.. .hi..hi... Abang tengok lagi polisi,mau jadi 

polisi 

rasanya,tak tahu bagaimana nanti menanggung beban batin kalau tua 

pensiun.Lihat 

nelayan ingin jadi nelayan,tapi Abang tak pernah mau jadi anggota 

Dewan,Bou.Orang- 

orang itu selalu dianggap tak becus.Kasihan mereka,bukan??Hi...hi...hi. 

"Abang sudah main orkes tiga puluh tahun,Boi.Kalau hitungan pegawai 

negeri,Abang 

sudah diundang ke Istana negara,diajak jalan-jalan ke Taman Mini sama 

presiden...hi...hi...hi.Abang malang melintang dari panggung ke 

panggung,dari kampung 

ke kampung,membawakan lagu itu-itu saja.Tak tahukah 



-[Hamalan 110 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



engkau,Boi?Abangmu ini sudah 

jadi juke box!" 

Sedetik berkelebat kepahitan pada wajah laki-laki ceking yang sangat 

menyenangkan 

ini.Tersirat beban pada nada bicaranya.Beban yang ingin ia tumpahkan 

pada bukan orang 

musik. 

"Kau tahu juke box,kan??Mesin musik! ISeperti tampak film-film barat 

itu.Kaumasukkan 

uang logam lalu mesin itu bernyanyi.Abangmu ini sudah jadi mesin 

musik.. .hi.. .hi...!!" 

Sekarang aku mengerti mengapa pemain musik,terutama pemain 

bas,sering kelihatan 

melamun.Rupanya ia muak membawakan lagu yang sama ratusan kali,ia 

muak harus 

selalu tersenyum pada penonton yang egois,ia terjerat menjadi robot 

irama. 

"Yang namanya lagu 'Darah Muda'Rhoma Irama mungkin sudah dua ratus 

kali Abang 

bawakan.Penonton mendesak terus,sementara Abang sudah mati rasa 

dengan nada-nada 

lagu itu.. .hi.. .hi.. .hi." 

Mendengar nama Kak Rhoma Irama disebut,telingaku berdiri.Ingin aku 

melakukan 

request pada Bang Zaitun untuk membawakan lagu itu.Tapi aku tak ingin 

menambah 

beban hidupnya.Aku takjub karena Bang Zaitun mampu menertawakan 

kepedihannya 

sekaligus demikian bahagia gara-gara dua bilah gigi palsu.Sungguh 

beruntung manusia 

yang dapat mengail kesenangan dari hal-hal kecil yang sederhana. 

"HL.hL.seharusnya orang tidak mempelakukan dan diperlakukan musik 

seperti itu 

ya,Boi...Tapi apa boleh buat. begitulah tuntutan periuk belanga.Maka 

jangan kausangka 

jadi musisi itu mudah.Di balik senyum dan tawa di panggung itu ada 

siksaan tertentu 

yang tak dilihat orang dari luar...hi...hi...hi. 

"Bebal,Boi!!Orang bisa menjadi bebal jika menyanyikan lagu yang sama 

dua ratus 

kali!!Hi...hi...hi." 

Usai menyeruput kopi,bubuk hitam lekat di sela-sela gigi emas putih Bang 



-[Hamalan 111 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Zaitun kontras 

sekali.Lalu asap tembakau Warning bergelung-gelung dalam mulutnya.Ia 

adalah prasasti 

mentalitas manusia antikemapanan.Duduk didepannya aku tak percaya 

pada mataku 

sendiri,laki-laki tak berijazah ini pernah memiliki enam puluh tujuh orang 

pacarlSungguh 

sebuah rekor yang fantastis.Ia bahkan pernah berpacaran dengan delapan 

wanita dalam 

waktu bersamaan. 

"Jangan coba-coba meniruku,Boi.Repot bukan main,aku pontang-panting 

seperti kucing 

tak sengaja menduduki Rheumason!!Hi..hi..hii. 

"Kita bisa berada di satu tempat yang sama pada beberapa 

kesempatan,tapi kita tak bisa 

berada di beberapa tempat dalam satu kesempatan yang sama.Itu hukum 

fisika,Boi,karena Tuhan sesungguhnya memerintahkan makhluknya untuk 

setia.Paham 

maksudku?" 

Uniknya dari setiap mantan pacarnya,ia minta ditinggali kenang- 

kenangan,yaitu pernak- 

pernik yang bergelantungan di ruang tamu ini:jepit 

rambut,gincu,sisir,bando,slayer,saputangan,dan berpuluh benda kecil 

lainnya.Sang 

mempelam,masih dengan lolly pop di muluntya,bangga membelai pernak- 

pernik itu 

seakan ingin mengatakan bahwa dari sekian banyak wanita yang senewen 

pada Bang 

Zaitun,dialah yang beruntung meskipun hanya sebagai orang nomor 

empat.Justru ia 

sendiri yang memajang pernak-pernik itu di ruang tamu.bagaimana 

perempuan 

memersepsikan persaingan sesama mereka mungkin merupakan wilayah 

gelap yang 

paling tak diketahui lelaki.Dalam kasus bang Zaitun,hanya dapat dipahami 

satu hal yaitu 

buah mempelam itu memiliki kualifikasi cantik bercampur dengan tolol 

tak terkira-kira. 

Aku mulai kagum pada Bang Zaitun.Diam-diam aku 

menyelidikinya.Dimanakah inti 

daya tarik playboy cap Dua cula ini?Jelas Reputasinya sebagai Casanova 

tidak dibangun 



-[Hamalan 112 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



berdasarkan penampilannya.Ia melengkung dan terlalu 

kurus.Dandanannya 

norak,rambutnya seperti surai ubur-ubur,wajahnya hanya wajah orang 

Melayu 

kebanyakan.Dan menurut definisi tampan versi orang Melayu,yang 

disandarkan pada 

citra Rahmat Kartolo,maka ia juga jauh dari citra itu.Uang?Tak 

mungkin.Benda paling 

mahal di rumahnya hanya sebuah persider,istilah orang Melayu untuk 

lemari es,itu pun 

sudah menjadi rak piring.Ramah?Orang Melayu rata-rata ramah.Tatapan 

matanya 

memang menenangkan tapi mata itu telah keruh oleh asap rokok.Apa yang 

menyebabkan 

wanita kocar-kacir dibuatnya?Misterius.Jangan-jangan batu akik di 

jemarinya 

itu?Tidak,ibadahnya memang kacau tapi ia bukan musyrikin.Sungguh aku 

penasaran 

ingin tahu.Kusampaikan pada Bang Zaitun maksud kunjungan kami dan 

terang-terangan 

menanyakan kiat beliau berjaya dalam asmara.Beliau menatap Arai 

dengan haru. 

"Delapan belas tahun belum pernah pacaran?Malang betul 

nasibmu,Boi...Hidup memang 

tak adil kadang-kadang hi....hi...hi...!!" 

Gigi taring emas putih itu berkilaun mengerikan.tukmu.Tak pernah 

kubocorkan pada 

siapapun!!" 

Wajah Bang Zaitun penuh rahasia.Inilah yang kami tunggu-tunggu. 

"Tapi diperlukan upaya yang keras untuk dapat sukses!!" 

Astaga bang Zaitun,sungguh tak kusangka tabiatmu selama ini.Apakah 

engkau 

mengajarkan ilmu pelet nan sakti mandraguna?Apakah harus puasa empat 

puluh 

hari?Atau harus mengambil jimat berupa kutu betina dari punggung kera 

putih yang 

hanya hidup di puncak gunung Gudha?Tapi apa pun itu,tentu sebuah resep 

yang sangat 

istimewa sehingga seorang bohemian dapat punya pacar enam puluh tujuh 

orang dan 



-[Hamalan 113 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



hampir beristri lima. 
"Tunggu sebentar.. " 

Bang Zaitun masuk kedalam kamarnya.Aku dan Arai tegang 

menunggu.Bang Zaitun 

kembali membawa sebuah kotak besar. 

"Inilah rahasianya/'katanya santai sambil membuka kota itu.Di dalamnya 

terbaring 

sebuah gitar. 

Kami bingung. 

"Ya,gitar,hanya gitar,itulah rahasia kecilku kalau kau mau tahu 
Boi,hi...hi..hi." 

Bang Zaitun membelai gitar akustik itu dengan lembut seolah benda itu 

salah satu 

istrinya,istrinya yang termuda tentu saja.Gitar sering dianggap sebagai 

repsentasi wanita 

bertubuh indah.Apakah ini gitar sakti yang telah dijampi-jampi dan 

dilumuri pengasihan? 

Bang Zaitun membaca prasangka kami,"Bukan,Boi,Kalau maksudmu 

magic,maka tak 

ada magic disini.ini gitar biasa saja,seperti gitar-gitar lainnya." 

Bang Zaitun memeluk gitar itu dan meraih pick,lalu tanpa banyak cincong 

mulailah 

memetik dawai dengan penuh perasaan sambil 

bergumam ; "....Hmmm...hhmmm...hhmmm...hhmmmmmmmm...."Beliau 

meretas intro 

dengan lebut menawan dan mulai bersyair.Kami terlena. 

Pada bar pertama aku langsung tahu lagu itu,lagu Melayu"Di Ambang 

Sore",ciptaan 

Ismail Marzuki. 

Dalam renungan ku sorang 

Di ambang sore nan lalu 

Tiada bisikan tenang 

Tamasya indahku bisu.. 

Dan mulai bar kedua aku sudah tak melihat lagi laki-laki norak bergigi 

palsu emas putih 

itu,sebab ia telah menjelma menjadi sosok lain,sesosok keindahan bernilai 

seni 

tinggi.Suara Bang Zaitun,lagu syahdu semenanjung,dan nada-nada yang 

terpantul dalam 



-[Hamalanll4daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



lekukan ruang kayu balsa perut gitar itu menjadi satu paket yang 

memikat.Bang Zaitun 

hadir di depan kami seumpama reinkarnasi Frank Sinatra. 



Pada setiap tarikan melodi yang menguik Bang Zaitun menaikkan sebelah 

aslinya 

sembari mengumbar senyum termanis yang ia miliki dan saat itu pula hati 

perempuan 

yang memandangnya patah berkeping-keping.Perempuan yang belum 

khatam Qur'an dan 

kurang mantap imannya dipastikan rela menyerahkan kewarasannya pada 

dawai-dawai 

gitar yang dipelintir.Tak perlu banyak waktu untuk memahami pendapat 

bang Zaitun 

bahwa gitar adalah rahasia daya tar iknya. Kami bertepuk tangan usai Bang 

Zaitun 

bernyanyi.Ia kembali membelai-belai gitarnya. 

"Jika bisa memanfaatkannya secara optimal,gitar sesungguhnya adalah 

benda yang besar 

pengaruhnya dalam kesuksesan romansa,hi...hi...hi. 

"Terbukti banyak sekali wanita cantik yang sehat walafiat jiwa 

raganya,rela diusir 

keluarganya gara-gara jatuh cinta setengah mati pada pemain 

gitar.Padahal pemain gitar 

itu masa depannya samar-samar,penampilannya lebih jelek dari jin 

Afrit,berminggu- 

minggu tak pernah mandi!!Itulah mengapa gaib pengasihan yang 

dikandung sebuah 

gitar,kalau mau tahu,Boi,Dan tunjukkan padaku Boi,kalau ada gitaris yang 

pacarnya 

buruk rupa.Tak ada. .tak ada,Boi!!" 

Kami manggut-manggut.Takjub dan terkejutKami baru saja mendengar 

sebuah pendapat 

yang konyol,tapi kami tak melihat adanya satupun kemungkinan yang 

tidak logis dari 

seluruh pendapat itu.Karena jika diuji secara ilmiah dengan survei,kami 

yakin rata-rata 

gitaris memang punya pacar yang cantik. 



-[Hamalan 115 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Belajarlah main gitar,Boi.Pilih lagumu sendiri yang paling indah dan 

mainkan dengan 

baik,dengan sepenuh jiwa,pada momen yang paling tepat,lebih bagus lagi 

jika dirancang 

sedikit kejutan,Nurmala pasti menoleh padamu...hi.. hi..hi..." 

Arai sumringah dan mendapati dirinya di-endorse oleh seorang pakar 

asmara,kepercayaan dirinya melejitSungguh besar faedah perbincangan 

kami dengan 

Bang Zaitun.Aku semakin setuju dengan pendapat bahwa sering kali hal 

yang sangat 

bermanfaat tak didapat di sekolah.Tapi pembicaraan sederhana 

berdasarkan pengalaman 

pahit manis seseorang justru memberi petunjuk praktis manual 

kehidupan.f/mVers/ty of 

Life adalah ungkapan yang paling pas untuk situasi ini.Sekolah tidak 

mengajarkan hal-hal 

apa yang harus kita pikirkan,tapi mengajarkan kita cara berpikir,demikian 

guna sekolah 

barangkali. 

Masalahnya Arai sama sekali tak memiliki musikalitas.Memegang gitar pun 

baru sekali 

ini.Ketika kami datang lagi esoknya,Bang Zaitun bertanya/'Sudah 

kautemukan 

lagumu,Boi??" 

"Sudah,Bang,"jawab Arai mantap. 

"Apaitu?" 

"When I Fall in Love'.Bang." 

Aku tahu persis alasan Arai memilih lagi itu karena liriknya mewakili 

semua yang ingin 

ia sampaikan pada Nurmala.Terutama bagiamwften I give my heartjt will 

be completly... 

Mengerutlah kening Bang Zaitun. 

"Lagu yang indah,tapi tahukah kau Boi,chord-nya banyak mengandung 

mayor tujuh,agak 

miring-miring,bernuansa jazzy,dan menyanyikannya sedikit susah 

hL.hLhi." 

"Mengapa tak coba lagu yang lebih mudah dulu,Boi?Cocok bagi pemula 



-[Hamalanll6daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



sepertimu.Bagaimana kalau lagi 'sepasang mata bola'??" 

Bukan Arai namanya kalau gampang menyerah.Padahal gitaris profesinal 

sekalipun 

belum tentu dapat membawakan "When I Fall in Love"dengan baik,apa lagi 

sambil 

menyanyikannya.Bang Zaitun meminjami Arai gitar beserta sebuah karton 

besar yang 

digambarinya senar dengan petunjuk terperinci yang mana saja dan 

dengan jari apa Arai 

harus memencetnya agar mendapatkan kunci nada yang benar. 

Jari Arai melepuh karena tak biasa memencet senar gitar.Dua minggu 

pertama ia masih 

belum bisa memperdengarkan satu pun kunci nada dengan benar tapi tak 

sedikit pun 

surut semangatnya.Kadang-kadang Bang Zaitun datang memantau 

kemajuannya.Melihatnya main gitar,sang Playboy hanya tertawa 

hi.. .hi.. .hi.. .hi... 

Dua minggu berikutnya Arai baru mencoba bernyanyi.Maka setiap malam 

kepala kami 

pening mendengar suaranya yang kering parau melolong-lolong.Lagu 

"When I Fal in 

Love"ke utara dan suara gitarnya ke selatan.Berjam-jam ia berlatih sampai 

ia bercucuran 

keringatnya,sampai putus senar gitarnya,sampai timbul urat-urat 

lehernya.Berminggu- 

minggu diulangnya lagu yang sama berpuluh-puluh kali,dan tak pernah 

sekalipun ia mau 

mencoba lagu lain.Seorang kuli yang buta nada,yang sadar betul dirinya 

tak'kan pernah 

bisa main gitar,ternyata mampu mendedikasikan dirinnya sepenuh hati 

pada musik hanya 

untuk bisa membawakan satu lagu,satu lagu saja,semi menyampaikan 

jeritan hatinya 

pada belahan hatinya. Itulah kekuatan cinta,itulah kekuatan jiwa seorang 

laki-laki 

bernama Arai,sungguh mengharukan. 

Dua bulan telah berlalu,Arai tak juga menunjukkan kemajuan. 

"Tinggal sebulah waktuku,Ka;"katanya padaku sambil memeluk 

gitarnya." 14 

September,ulang tahun Nurmala,aku sudah harus bisa membawakan lagu 

itu!!" 

Dan seperti disarankan Bang Zaitun,ternyata Arai telah merencanakan 



-[Hamalanll7daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



suatu kejutan yang 

sangat manis untuk Nurmala.Ide kini klasik saja dan sering diterapkan di 

film- 

film.Tanggal 14 September malam kami akan menyelinap dekat kamar 

tidur Nurmala 

lalu di luar jendela kamarnya Arai akan melantunkan lagu "When I Fall in 

Love".Oh,alangkah indahnya.Kami sampai tak dapat tidur memikirkan 

kecantikan 

rencana itu. 

Sebaliknya,dalam tiga puluh hari waktu tersisa Arai berlatih habis- 

habisan.Seminggu 

menjelang tanggal 14 September, walaupun masih sumbang minta 

ampun,akhirnya Arai 

mampu,akhirnya Arai mampu membawakan lagu itu sampai selesai.Bukan 

kepalang 

senangnya Arai. 

"Kali ini Nurmala pasti bertekuk lutut,Kawan!!" 

la menyalami aku dan Jimbron erat-erat,Bang Zaitun tertawa.. hi...hi..hi... 

Usai salat isya Arai sudah berdandan rapi dan ia telah menyiapkan seikat 

bunga.Kami 

mengendap-endap di kebut jagung dan tiba di sebuah rumah Victoria yang 

besar.Hujan 

sore tadi tapi sekarang langit cerah,purnama timbul tenggelam di antara 

gumpalan- 

gumpalan awan.Lampu-lampu duduk di dalam rumah membiaskan sinar 

temaram.Suasana sepi dan sendu,sungguh sempurna untuk lagu"When I 

Fall in 

Love". Kami sembunyi di balik pohon saga.Antara kami dan sebuah jendela 

yang sangat 

tinggi terdapat lapangan rumput hijau yang landai dan terpelihara 

rapi.Dari sirip-sirip 

jendela itu kami melihat Nurmala hilir mudik. 

Keringat Arai bercucuran,dadanya turun naik.Ia berusaha keras 

menenangkan dirinya. 

"AraL.tabahkan hatimu,inilah saatnya!!" 

Arai melangkah.Di tengah lapangan,antara aku dan kamar Nurmala,ia 
berhenti,menyampirkan ban gitar di pundaknya dan siap beraksi.Ia 
memberi isyarat 

padaku dan Jimbron,artinya kami harus melempar jendela dengan 
kerikil.Teknik ini 



-[Hamalanll8daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



sudah dicontoh puluhan kali dalam film di TVRI dan Arai pun memulai 

lagunya. 

"Hhhmmmmmm...hmmmmmm...hmmmmm...." 

Nurmala yang tengah hilir mudik terhenti langkahnya dan menoleh ke 

jendela.Arai 

mengeraskan suaranya.Sayangnya,mungkin karena gugup ia bernyanyi 

seperti minggu 

ketiga latihan.Suaranya ke timur,gitarnya ke barat,dan temponya ke 

selatan. 

Nurmala mengintip dari celah sirip jendela.Lolongan Arai semakin keras 

seperti jeritan 

kumbang.Dan tiba-tiba Nurmala berbalik,meninggalkan jendela.Tak lama 

kemudian dari 

dalam rumah kudengar samar-samar suara orkestra.Puluhan biola dan eel 

o mengalunkan 

sebuah intro dengan halus dan harmonis,lalu masuklah vokal yang megah 

menggetarkan. 

When I fall in love 

It will be forever... 

In the restless day like this, 

Love is ended before it's begun... 

When I give my heart 

It will be completely 

Rupanya Nurmala memuat piringan hitam nat King Cole,vokalis jazz 

terbaik sepanjang 

masa,yang membawakan lagu"When I Fall in Love"dengan keindaan yang 

tak ada 

bandingannya. 

Arai panic tapi tetap melolong,sekarang suaranya bergulung- 

gulung,Tempo,bunyi 

gitar,dan suaranya semburat tak tentu arah,sumbang 

bergelimpangan.Semakin keras ia 

melolong,semakin tinggi Nurmala menaikkan volume gramophone- 

nya.Aku terpana.ini 

adalah pembunuhan karakter paling sadis yang pernah kusaksikan.Aku 

dan Jimbron 

tertawa geli sekaligus tak sampai hati melihat Arai yang tak berhenti 

bernyanyi. 

Ia semakin demam panggung tapi sedikit pun tak mau mundur meski 

harus bersaing 

melawan sang legenda Nat King Cole,meski hatinya telah tersungkur.Aku 



-[Hamalan 119 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



dan Jimbron 

berusaha menahan diri tak tertawa agar Arai tak tersinggung.Arai terus 

melolong dengan 

gagah berani.Suaranya bersahut-sahutan dengan Nat King Cole dan 

semakin lama 

semakin tak keruan.Akhirnya,aku dan Jimbron tak dapat menahan diri 

karena kini suara 

Arai berbelok ke timur laut,gitarnya terbirit-birit ke barat daya,dan 

temponya tersesat 

jauh ke tenggara.Aku tak tega melihat Arai yang bercucuran keringatnya.Ia 

sendiri 

tampak kesusahan menahan tawanya.Suaranya melemah.Ia sadar Nat King 

Cole sama 

sekali bukan tandingannya.Kugenggam stang gitar 

Arai,senyap.Kusadarkan ia bahwa 

rencana manisnya telah gagal total.Dawai-dawai gitar berhenti bergetar 

dan wanita 

indifferent di dalam rumah Victoria itu tak sedikit pun dapat didekati. 

Arai menunduk lesu,megap-megap,kelelahan mengendalikan suaranya 

yang telah 

pontang-panting,Kugandeng ia meninggalkan lapangan rumput.Kami 

pulang melintasi 

kebun jagung.Dahan-dahannya yang basah menyayat lengan kami,gatal 

dan perih.Nat 

King Cole masih kudengar sampai jauh:Merdu seakan denting harpa dari 

surga.Sungguh 

mengerikan hidup ini kadang-kadang. 



-[Hamalan 120 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaikl5 
Ekstrapolasi Kurva yang Menanjak 



Tak perlu belajar matematika sampai ke SMA hanya untuk menghitung 

semua rencana 

masa depan yang kami gantungkan pada tabungan uang receh,setelah 

dikurangi 

membantu keluarga membeli sembako,adalah tak masuk akal.Kami tahu 

banyak orang 

yang memiliki sumber daya membuat rencana yang detail dan 

realistis:pengeluaran untuk 

kuliah,hidup,mudik,dan entertainment,termasuk pos luar biasa jika sakit 

misalnya.Rencana itu dibuat rapi untuk lima tahun,ditambah cadangan 

konservatif selama 

dua tahun sebagai statistic rata-rata waktu sarjana Indonesia menganggur 

setelah lulus 

kuliah. 

Namun.dari tempat akuJimbron,dan Arai berdiri rencana konvesional itu 

tidak 

berlaku.Karena kami adalah para pemimpi.Seandainya tidak dipakai untuk 

sekolah 

pun,tabungan itu,yang dikumpulkan selama tiga tahun dari bekerja sejak 

pukul dua pagi 

setiap hari memikul ikan,tak'kan cukup untuk membuat kami hidup lebih 

dari 

setahun.Dan dari tempat kami hidup lebih dari setahun.Dan dari tempat 

kami berdiri,di 

Pulau Belitong yang terpencil dan hanya berdiameter seratus lima puluh 

kilometer 

ini,cita-cita kami sekolah ke Prancis,menjelajahi Eropa sampai ke Afrika 

adalah 

potongan-potongan mozaik yang tak dapat dihubungkan dengan logika 

apapun,bahkan 

dengan pikiran yang paling gila sekalipun. 

Namun,sekarang aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik 

pada titik dimana 

aku berdirijtulah sesungguhnya sikap yang realistis.Maka sekarang aku 

adalah orang 

yang paling optimis.Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah 

kurva,sebuah 

grafik,maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus 



-[Hamalan 121 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



menanjak.Sebaliknya aku 

semakin terpatri dengan cita-cita agung kami:ingin sekolah ke 

Prancis,menginjakkan kaki 

di altar suci Almamater Sorbonne,menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.Tak 

pernah sedikit 

pun terpikir untuk mengompromikan cita-cita itu. 

Paling tidak,karena tenaga dari optimisme,pada pembagian rapor terakhir 

saat tamat 

SMA Negeri Bukan Main hari ini,aku kembali mendudukkan ayahku di 

kursi nomor 

tiga.Arai melejit ke kursi dua.Tidaklah terlalu buruk keadaan kami di 

antara seratus enam 

puluh siswa.Adapaun Jimbron sedikit membaik prestasinya,dari kursi 128 

menjadi kursi 

47.Nurmala karatan di kursi nomor satu sejak kelas satu.Mendapati Arai 

cengengesan di 

sampingnya Nurmala memandang kaku lurus ke depan seperti orang tidur 

salah 

bantal.Sakit lehernya jika menoleh. 

Nurmala akan segera meninggalkan Belitong untuk menjalani rencana lima 

tahun plus 

dua tahun konservatifnya,dan menjelang malam perpisahan sekolah Arai 

telah 

menyiapkan sebuah rencana lagi untuk Nurmala.Aku salut pada kekuatan 

mental 

Arai.Idenya adalah kami akan menyerbu melalui kebun jagung itu lagi dan 

Arai kembali 

akan melantunkan sebuah lagu di perkarangan rumah Nurmala tapi kali ini 

secara lip- 

synch.Sebuah ide yang hebat bukan?Lagu yang kami piliha sangat indah 

takterkira:"I 

Can't Stop Loving You".Cukuplah Arai latihan bergaya seperti Barry 

Manilow dan 

biarlah yang mengurus suaranya Ray Charles. 

Berhari-hari Arai melatih gayanya di bawah arahan Bang Zaitun. 

"Kalau bisajika menyanyi,wajahmu jangan cengar-cengir seperti unta 

begitu.Boi,hi...hi....hi...hi..../'saran Bang Zaitun 

Bang Zaitun sangat komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa 

bertanggung 

jawab pada kegagalan Arai yang pertama.Maka Bang Zaitun meminjamkan 

setelan 



-[Hamalan 122 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



panggungnya yang sangat istimewa.Setelan itu adalah setelan jas lengkap 

satu paket.Kaus 

kaki,sepatu putih berhak tinggi,pantaloon yang sangat bagus,ikat 

pinggang,baju kemeja 

lengan panjang untuk lapisan dalam,dan jas,ditambah sebuah slayer 

panjang,Semua 

sandang itu,semuanya,termasuk ikat pinggang dan slayer itu,berwarna 

putih mengilat. 

"Harap kau paham Boi,setelan ini hanya kupakai kalau membawakan lagu 

'Fatwa 

Pujangga' untuk menyambut gubernur dari Palembang..." 

Dan tak lupa/'Hi...hi...hi...hi..'' 

Sebagai suatu tambahan yang memikat,Bang Zaitun juga meminjamkan 

sebuah topi 

sombrero berwarna merah.Sombrero adakah topi orang Meksiko yang 

sangat lebar.Tidak 

matching sesungguhnya karena saat seluruh setelan itu dicoba Arai 

tampak seperti 

bendera merah putih.Tapi Arai senang sekali. 

Usai magrib kembali kami menerobos ladang jagung.Aku memikul tape 

wireless besar 

yang kami pinjam dari kantor desa dan Jimbron menenteng aki.Arai 

melangkah hati-hati 

karena tak mau mengotori setelan jas putihnya. 

Kami mengendap di balik ilalang setinggi lutut yang membatasi kebun 

jagung dan 

halaman rumput perkarangan rumah Nurmala.Dari celah-celah sirip 

jendela kayu tak 

tampak gerakan apa pun di dalam rumah.Arai mengambil posisi di tengah 

lapangan 

rumput,aku dan Jimbron menyambungkan aki pada tape wireless.Arai 

menjentikkan 

jemarinya dan aku memencet tombol play.Diawali teriakan seraknya yang 

khas,mengalirlah ke udara lengkingan syahdu Ray Charles. 

/ can't stop loving you.. 

I've made up my mind. . 

Sungguh hebat Ray Charles bernyanyi.Pria buta itu seakan menumpahkan 

seluruh jeritan 

jiwanya melalui suaranya yang berat terseret-seret,penuh derita sekaligus 

harapan karena 

tak kuasa berhenti mencintai seseorang.Dan belum habis bait pertama 



-[Hamalan 123 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



kudengar suara 

langkah tergopoh-gopoh menghampiri jendela.Aku merasa tegang waktu 

seseorang 

membuka jendela dengan tergesa-gesa.Lalu di ambang jendela yang tinggi 

berdirilah 

Zakiah Nurmala.Cantik,anggun semampai seperti Gabriella Sabatini.Ia 

tercengang sambil 

memilin rambutnya yang bergelombang dan tergerai tak teratur.Lalu 

merekah,namun 

segera padam,dan merekal lagi,kemudian padam lagi,dan kembali 

merekah senyum yang 

susah payah ia tahan-tahan.Manis tak terperikan.Seperti madu pada 

musim bunga 

meranti.Jelas sekali ia pencinta berat Ray Charles dan wajahnya seakan 

bertanya/'Bagaimana kalian bisa tahu aku penggemar Ray Charles?" 

Dan disana,ditengah lapangan rumput,demi melihat Nurmala senang,Arai 

beraksi 

semakin menjadi-jadi,meliuk-liuk seperti ikan lele terlempar ke 

darat.Putih berkilauan 

bergelombang-gelombang.Topi sombreronya ia lepaskan,ia lambai- 

lambaikan lalu 

dikenakannya kembali.Demikian berulang kali.Tidaklah buruk penampilan 

Arai kalu 

ini.Bahasa Inggris-nya meman jago sehingga ia memahami arti setiap kata 

yang 

dilantunkan Ray Charles. Mulutnya monyong-monyong kesana kemari 

sesuai pengucapan 

Ray.Dan gayanya memesona:Ia membungkuk,menepuk-nepuk 

dada,mengibas-ngibaskan 

tangannya,berlutut,menengadah ke langit sambil membekap kedua 

tangannya di dada,dan 

berlari-lari kecil.Lebih dari itu ia mampu menghayati makna setiap syair "I 

Can't Stop 

Loving You"sebagai ungkapan hatinya pada Nurmala.Aku dan Jimbron 

tertegun 

menyaksikan pemandangan indah yang menyentuh hati itu:seoran laki- 

laki yang sama 

sekali tak berbakat seni,berdandan seperti ingin tampil di televise,tak 

mampu 

membawakan lagu cukuplah dengan membawakan gaya,tapi ia tampil 

dengan sepenuh 

jiwa,ia pentas di lapangan rumput hanya untuk pujaan hatinya 



-[Hamalan 124 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



seorang.Nurmala 

cekikikan dan tak berhenti tersenyum sampai bait terakhir lagu itu. 

The say that time... 

Heals a broken heart... 

But time has stood still... 

When you are apart... 

Lagu pun usai.Nurmala mundur dan pelan-pelan menutup jendela.Lalu ia 

mematika 

lampu kamarnya.Aku dan Jimbron membereskan tape dan aki.Arai 

melilitkan Slayer 

putih di leher panjangnya.Ia tersenyum melihat jendela yang tertutup 

rapat.Ia 

berbalik,langkahnya yang canggung tapi anggun seperti belalang sembah 

meninggalkan 

lapangan rumput.Kami berlalu dalam damai. 



-[Hamalanl25daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Mozaik 16 
Ciputat 



Kebiasaan adalah racun,rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh 

berdarah dingin.Aku 

memandangi pasar ikan yang pesing ketika panas dan becek 

mengambangkan segala 

jenis limbah ketika hujan,bioskop bobrok sarang berbagai jenis kutu dan 

hewan 

pengerat,kamar sempit kontrakan kami yang nyamuknya sudah kebal 

pada berbagai jenis 

racun serangga dari yang di bakar,disemprot,atau dilistrik.Berada di 

dalamnya hanya 

tertahankan dengan cepat-cepat menutup mata,memasuki frekuensi 

dengan cepat-cepat 

menutup mata,memasuki frekuensi mimpi,tidur sambil mendengkur.Tapi 

masya 

Allah,aku gamang ketika akan meninggalkan semua kekumuhan itu. 

"Merantau,kita harus merantau,berapa pun tabungan kita,sampai di Jawa 

urusan 

belakangan/'Arai yakin sekali dengan rencana ini. 

Kami ingin mengunjungi Pulau Jawa yang gemah ripah lohjinawi itu dan 

berspekulasi 

dengan nasib kami.Untuk sementara keinginan kuliah volumenya 

dikecilkan dulu.Dan 

tanpa keluarga serta sahabat yang dituju di Jawa kami memperkirakan 

uang tabungan 

kami hanya cukup untuk hidup enam bulan.Jika selama enam bulan itu 

kami tak 

mendapatkan pekerjaan,maka nasib akan kami serahkan pada Pencipta 

Nasib yang 

bersemayam di langit itu. Kami akan berangkat dari Dermaga Olivir ke 

Tanjung 

Priok,naik kapal BINTANG LAUT SELATAN.Kapal itu bukan kapal 

penumpang 

melainkan kapal barang dagangan kelontong dan ternak.Kami bisa 

menumpang karena 

mualimnya kami kenal.Mualim telah negosiasi dengan nakhoda apakah 

pada manifest 

pelayaran ternak dari Karimun singgah di Belitong dan terus ke 



-[Hamalan 126 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Jawa,manusia bisa 

ditambahkan?Hasilnya/'untuk sementara kalian dianggap mamalia 

sehingga boleh 

numpang asal kalian bantu memasak,mengepel dek dan palka,serta 

membersihkan WC." 

"Dan jangan kau sangka gampang,Boi.Nanti kapal ini akan menarik 

tongkang,tak bisa 

cepat,apalagi ini musim barat.Kita akan terapung-apung paling tidak lima 

hari di 

laut.Siap,kau?" 

Bukan takabur,bang,tapi kami sudah susah sejak kelopak mata kami dapat 

melihat dunia 

ini,bahkan sejak dalam kandungan,pekerjaan semacam itu biasa kami 

kerjakan di 

darat.Apa bedanya dikerjakan di atas kapal selama empat hari?Maka kami 

setuju. 

"Tahu apa kalian soal Jakarta,pernah kesana?Ada yang dituju?"Mualim 

bertanya. 

Kami menggeleng. 

"Aduh,gawat!!" 
"Kenapa rupanya,Bang?" 

"Ah,begini saja.Pokoknya tujulah Jakarta Selatan.Tempat itu lumayan aman 

dibanding 

wilayah Jakarta lainnya,Sampai di Priok,cari bus ke Terminal 

Ciputat.Terminal Ciputat 

ada di Jakarta Selatan." 

Hanya itulah petunjukyang kami pegang dalam rantauan mengadu nasib 

ini:Ciputat.Aku 

dan Arai pulang untuk berpamitan pada ayah dan ibuku.Kedua orangtualu 

tak banyak 

komentar.Mereka hanya menitipkan satu pesan yang mereka ucapkan 

hampir bersamaan. 

"Yang pertama harus kalian lakukan adalah temukan masjid..." 

Ketika membereskan tasjimbron menghampiri aku dan Arai. 

"Kud...kuda Sumbawa ini untukmujkal..." 

Aku terkejutjimbron menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untukku. 



-[Hamalanl27daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Dan kuda sandel untukmu,Arai...'' 

Kami terpana dan tak sanggup menerimanya. 

"Dari dulu tabungan itu memang kusiapkan untuk kalian..." 

Air muka Jimbron yang polos menjadi sembab.Ia tampak sangat terharu 

karena dapat 

berbuat sesuatu untuk membantu sahabatnya, 

"Kalian lebih pintar,lebih punya kesempatan untuk sekolah lagi,kalian 

berangkat saja ke 

Jawa.Pakailah uang itu,kejarlah cita-cita... " 

Kami terhenyak.Kami tak menduga sedikit pun niat tulus Jimbron selama 

ini. 

"Jangan,Bron.kau sudah bekerja keras untuk tabungan itu?" 

Dan Jimbron sedih. 

"Ambillah,biarlah hidupku berarti.Jika dapat kuberikan lebih dari celengan 

itu,akan 

kuberikan untuk kalian.Merantaulah.Jika kalian sampai ke Prancis 

menjelajahi Eropa 

sampai ke Afrika,itu artinya aku juga sampai ke sana,pergi bersama-sama 

dengan kalian." 

"Lalu kau sendiri bagaimana,Bron?"Arai bertanya 

"Aku di Magai saja.Lagi pula aku sudah diterima bekerja di peternakan 

Capo.Aku akan 

mengurus kuda!!" 

Kami tersentuh.Kami menghampiri Jimbron dan memeluknya.Jimbron 

yang berhati 

lunak dan putih.Dulu,dengan penuh semangat,ia memesan dua celengan 

kuda agar 

dibelikan mualim di Jakarta,dan sempat kami tertawakan ketika celengan 

kuda itu 

datang,Ditabungnya upah bekerja keras paling tidak selama dua 

tahun.Diisinya kedua 

celengan itu dengan rata.Tak sepatah kata pun ia sempat ia ucapkan 

maksudnya.Kini 



-[Hamalan 128 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



diberikannya masing-masing untuk kami.Itulah pengorbanan Jimbron 

untukkami.Kami 

berjanji akan menuliskan namanya di tanah,di gedung,di pohon,di 

jalan,kemana pun kami 

sampai. 

Ketika berpisah,ayahku memeluk Arai dan mendesapku kuat sekali.Tak 

ada kata-kata 

untuk kami,hanya senyum lembut kebanggaan,dan matanya berkaca- 

kaca.Beliau 

kehilangan karena tak pernah sebelumnya kami meninggalkannya.Pak 

Balia memberikan 

padaku sebuah gambar yang selalu diperlihatkannya di depan 

kelas:pelukis,menara 

Eiffel,dan Sungai Siene.Beliau diam saja dan aku mengerti 

maksudnya.Prancis bukan 

hanya impianku dan Arai tapi juga impian sepi beliau. 

"Jangan pernah pulang sebelum jadi sarjana....,"pesan Ibu Muslimah,guru 

SD-ku.Di 

samping beliau Pak Mustar mengangguk-angguk.Mereka tersenyum ketika 

kami 

menyalami mereka erat-erat karena mereka tahu itu pertanda kami 

menerima tantangan 

itu:tak'kan pernah pulang ke Pulau Belitong sebelum jadi sarjana. 

Aku dan Arai memeluk celengan kuda dan berdiri di haluan waktu kapal 

menarik 

sauh.Pelan-pelan kapal hanyut meninggalkan dermaga.Kulihat dari jauh 

los kontrakan 

kami,bioskop,pasar ikan,Toko Sinar Harapan,pabrik cincau,dan orang- 

orang yang tak 

berhenti melambai kami:ayah-ibuku,sahabat-sahabat SD-ku para anggota 

Laskar 

PelangiJimbron,Pak Balia,para penjaga sekolah,puluhan kolega sesama 

kuli 

ngambat,Mahader,A Kiun,Pak Cik Basman tukang sobek 

karcis,Taikong 

Hamim,Capo,Pak Mustar,Bang Zaitun,Pendeta Geovanny,dan Laksmi.Ramai 

sekali 

pengantar kami tapi mereka hanya diam.Mereka bergandengan tangan 

melepas dua anak 

pulau yang akan mengadu nasib ke Jawa.Hatiku menjadi dingin,pipi kami 



-[Hamalan 129 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



basah,betapa 

kami akan merindukan mereka. 

Matahari merah turun di belakang jajaran pohon bakau ketika kami keluar 

dari 

Semenanjung Ayah,terlepas bebas dari teluk yang sempit berliku- 

liku.Bentangan 

gelombang membentuk anak panah ketika lunas kapal membelah 

permukaan sungai 

cokelat yang tenang.Warna cokelat itu pelan-pelan berubah menjadi 

kelabu saat kapal 

mengarungi muara,dan pudar di sap warna biru karena kami telah 

menembus Laut Cina 

Selatan. 

Dari jauh masih kulihat orang-orang melambai.Semakin lebar laut 

memisahkan 

kami,semakin mengembang ruang hampa dalam hatiku.Tangan mereka 

mengalun seperti 

pelepah-pelepah nyiur.Kupandangi pulau kecilku yang porak poranda 

karena kerakusan 

manusia.Semuanya ada di situ:ayah ibuku,sanak 

keluargaku,sahabat,guruku,kebanggaa 

dan jati diriku,tangis dan tawaku,inang nasibku,dan semua perasaan 

sayang yang ada 

dalam hatiku.Barisan pohon santigi mengajak hnggap burung-burung 

punai 

samak,bersambung dengan padang ilalang yang bergelombang digelayuti 

burung-burung 

pipit,lalu perdu apit-apitjalan setapak,rumah panggung,pelanduk,buah 

bintang,telaga air 

payau,dan batu-batu purba yang mempan dimakan waktu,yang lebih liat 

dari sang waktu 

itu sendiri.Pulau Belitong tumpah darahku,terapung samudra dahsyat 

yang bergelora 

mengurungmu,Belitong yang kukuh tak terkalahkan,kapankah aku akan 

melihatmu lagi? 

BINTANG LAUT SELATAN telah dipeluk samudra.Nakhoda menghidupkan 

mesin 

utama dan di buritan kulihat luapan buih melonjak-lonjak karena tiga 

baling-baling 

raksasa menerjang air.Aku disergap sepi di tengah bunyi gemuruh dan aku 

berpegang 

erat pada besi pagar haluan saat kapal mulai diayun ombak musim 



-[Hamalan 130 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



barat,kepalaku tak 

berhenti mengingat satu kata:Ciputat.Pelayaran kami tak'kan pernah 

kulupakan karena 

itulah empat hari,secara terus-menerus,detik demi detik,kami didera 

siksaan.Siksaan 

pertama karena kami telah mabuk ketika baru beberapa jam 

berlayar.Penyebabnya 

gelombang yang besar dan dapur kapal yang jorok luar biasa,ditambah 

bonus aroma 

tengik dari gunungan kelapa busuk,yang disebut kopra.serta dari berton- 

ton karet mentah 

yang dimuat dalam kapal.Mabuk juga disumbangkan oleh lagu "Senja di 

Kaimana"yang 

berpuluh-puluh kali diulang oleh nakhoda yang telah di sekap penyakit 

obsesif kompulsif 

pada lagu itu. 

Sampai lima hari berikutnya kami mabuk terus menerus.Dan dalam 

penderitaan itu kami 

harus mengepel dek dan palka,membersihka WC,dan memasak empat kali 

sehari,Lagi 

pula nakhoda rewel sekali dalam soal makanan.Alisnya mengerut jika 

sedikit saja 

sayuran keasinan.Sedangkan kami memaksakan diri makan terus-menerus 

karena 

makanan itu akan termuntahkan terus-menerus.Ajaib sekali aku dan Arai 

tidak sakit dan 

masih terus bersemangat melakukan kewajiban kami sebagai kompensasi 

menumpang 

kapal ternak ini.Itulah,Kawan,kalau mau tahu tenaga dari 

optimisme,tenaga dari 

ekstrapolasi kurva yang menanjak, tenaga dari mimpi-mimpi. 

Jika kami keluar palka untuk menghirup udara segar,maka kami semakin 

pusing karena 

yang terlibat hanya horizon buih,bahkan kaki langit tak tampak,hanya 

biru,dan biru,lalu 

silau menusuk mata.Kami seperti tak'kan pernah mencapai tujuan.Kami 

seperti hanya 

diam di tempat,tercepuk-cepuk dalam sebuah cawan raksasa berisi air 

biru.Kami seperti 

telah salah arah,tersasar ke planet air yang tak memiliki daratan. 

Di kapal ini satu jam rasanya seperti setahun.Berhari-hari hanya warna 

biru.Belum apa- 



-[Hamalan 131 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



apa aku sudah rindu pada Belitong,pada Jimbron,pada Pangeran,dan pada 

Ayahku.Betapa 

mengerikannya berada di tengah samudra.Apa yang ada dalam pikiran 

mereka yang 

memutuskan bekerja di laut?jawabannya adalah pertanyaan dari para 

pelaut:apa yang di 

pikiran mereka yang memutuskan bekerja di darat?Jika badai datang,aku 

dan Arai 

muntah hingga tak ada lagi yang bisa dimuntahkan sehingga yang keluar 

hanya cairan 

kuning yang pahit.Istilahnya muntah kuning.Dalam keadaan ini,mau 

dilemparkan ke laut 

pun sudah tak berdaya melawan.Muntah kuning adalah puncak tertinggi 

prestasi mabuk 

laut.Jika sudah muntah kuning,kami bolak-balik ke kamar 

radioa,menjengkelkan 

Markonis dengan terus-terusan menanyakan berapa lama lagi kami akan 

sampai ke 

Jakarta?kami merasa sedikit mendingan jika mualim menggosok kami 

dengan minyak 

kayu putih dan sedikit teknik pijatan yang biasa diterapkannya jika 

mendempul 

perahu.Salut juga ia denan kami yang tahan banting. 

"Kalau kalian bisa bertahan di kapal ini,kalian akan mampu bertahan di 

Jakarta/'ucapannya sungguh membesarkan hati. 

Hari keenam,pukul satu siang,aku yang sudah babak belur,compang- 

camping,iseng-iseng 

mendongakkan kepala keluar lubang palka dan alangkah terkejutnya,nun 

jauh 

disana,sayup-sayup,di garis horizon biru itu kulihat benda kotak-kotak 

bermunculan 

timbul tenggelam. 

Aku melompat dan berteriak sejadi-jadinya. 

"AraiiiiL.Jakartaaaaaaaaa.... " 

Arai yang sedang mengaduk sayur nangka di dalam dandang langsung 

kabur 

menghampiriku.Wajahnya takjub memandang jauh pada barisan kotak 

yang semakin 

dekat.Ia melonjak dan memelekku erat-erat.Kami cepat-cepat 

menyelesaikan masakan 



-[Hamalan 132 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



lalu mandi.Berulang kali kami mengintip kotak-kotak yang rupanya 

bangunan-bangunan 

tinggi Jakarta.Semua perasaan mual dan lelah menguap karena ekstase 

akan segera 

sampai di Jakarta. 

Kami memakai pakaian terbaik kami.Kunjungan ke ibu kota tak bisa 

dengan 

sembarangan saja.Presiden tinggal di situ.Ini peristiwa penting.Aku 

berbaju safari empat 

saku hadiah dari ayahku.Bersepatu,menyisir rambutku setelah 

mengaduknya dengan 

Tancho.Aku tersenyum-senyum sendiri pada cermin.Aku menyemprotkan 

minyak wangi 

ke lokasi-lokasi yang masuk dalam radius jangkauan penciuman orang- 

orang 

terdekat,mempersiapkan koper besarku,dan menjinjing celengan kuda. 

Arai melakukan hal yang sama,Sepatu pantofelnya berkiliaun karena 

disemir tebal.Siang 

itu panas sekali tapi baju Arai dua lapis. Baju dalamnya adalah kaus tebal 

lengan panjang 

pas badan berwarna kuning tua mencolok dengan kerah bergendat-gendat 

menutupi 

seluruh leher sampai ke dagu,seperti kaus orang pada musim salju. 

Keren bukan main kaus itu,khusu dibeli Arai di Tanjong Pandan untuk 

kunjungan ke 

Jakarta ini.Lengan kaus itu bersetrip hijau besar seperti baju olahraga dan 

di bagian 

dadanya ada tulisan asyoi,dengan huruf yang diukur berseni seperti 

kaligrafi.Baju luar 

Arai adalah jas tebal berwarna cokelat hibah dari Taikong Hamim.Jas,yang 

berbau sedikit 

apek itu,biasa Taikong pakai jika menjadi khatib jumat.Ketika 

melangkah,Arai tampak 

seperti seorang duta besar.Arai juga menjinjing koper besar dua kunci di 

tangan 

kanannya berjalan dengan anggun menuju haluan. 

Para anak buah kapal cekikikan melihat kami tapi kami tak peduli.Kami 

berdiri tegak di 

hidung haluan,menantang panasnya sinar matahari pukul dua siang,siap 

menyongsong 

jakarta.Dari waktu ke waktu kami menunggu tapi bayangan kotak-kotak 

itu masih seperti 



-[Hamalan 133 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



beberapa waktu yang lalu.Semakin lama tetap saja tak berarti.Kami 

terpanggang 

matahari.Tancho di kepalaku mulai meleleh.Keringat mengucur deras dan 

kami kelelahan 

berdiri.Arai membuka jasnya.Kami duduk bersandar pada tiang besi pagar 

haluan.Kami 

baru sadar,dan itulah yang ditertawakan pada ABKJakarta sebenarnya 

masih sangatjauh. 

Setelah empat jam,menjelang magrib,baru kapal merapat.Aku dan Arai 

berdiri tegak di 

haluan dan gemetar melihat demikian banyak manusia di Tanjung 

PriokTua muda,laki- 

laki dan perempuan,hilir mudik,bergerak-gerak cepat kesana kemari.Tak 

jelas apa 

urusannya. 

"Selamat datang di Jakarta,Boi"kata kelasi yang berbaju seperti baju 

Donald Bebek 

sambil menibar sebongkah besi tambatan kapal di bibir dermaga.Kami tak 

peduli pada 

ucapannya karena tegang akan menginjak Jakarta.Aku memegang koper 

dan celengan 

kuda erat-er at. Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menibar 

jalinanjalayang 

disambut dua orang di bawah.ia memberi isyarat pada kami agar 

turun.Kami 

melemparkan koper-koper kami ke atas jala itu dan merayap ke 

bawah.Dengan 

Basmallah,kami menginjak Jakarta.Nakhoda dan para ABK berkumpul di 

haluan,melambai-lambaikan tangannya.Lima hari yang mengesankan 

dengan mereka. 

"Hati-hati di Jakarta,Boi..."kata nakhoda. 

"Kalau tak sanggup di Jakarta,bulan Juli ke sini lagi,kami angkut lagi ke 

Belitong!!"seru 

mualim. 

Aku dan Arai melangkah pergi.Masih kami dengar teriakan mualim yang 

samar karena 

tertelan bunyi peluit kapal dan ingar-bingar ratusan manusia. 

"Ciputat,Boi.Jangan lupa Ciputat!!" 



Aku dan Arai terpana melihat kapal-kapal 



-[Hamalanl34daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



besar"Kambuna,Lawit,Sirimau,danberbagai 

nama berujung loyld.Kapal BINTANG LAUT SELATAN yang kami anggap 

sudah 

sangat besar tak ada artinya dibandingkan kapal-kapal ini.Seperti 

perbandingannya ayam 

dengan gajah.Bunyi peluti kapal yang membahana menggetarkan dada 

kami.Waktu itu 

pas puncak arus balik lebaran,ratusan orang berseliweran dengan tergesa- 

gesa,hiruk 

pikuk,Kami tak berkata-kata karena serba terheran-heran.Kami seperti 

anak bebek yang 

tersasar ke kandang kuda.Lalu suatu gelombang besar manusia yang baru 

turun dari kapal 

yang sangat besar melewati kami.Kami terdesak-desak. 

Aku bertanya pada mereka yang lalu lalang/'Kemana naik bus ke Ciputat?" 

Seseorang menyuruhku mengikuti suatu rombongan yang tak putus- 

putus.Di kejauhan 

aku melihat mobil bus besar-besar.Kami berjalan menuju Terminal 

Tanjung 

Priok,Sampai disana kami semakin tercengang karena manusia semakin 

banyak.Di antara 

kepulan asap knalpot bus-bus itu kami kebingungan.Tiba-tiba seseorang 

merampas tasku 

dan tas Arai,kemudian melemparkannya ke dalam bus. 

"Naik! !Naik! Iperintahnya. 

"Ke Ciputat,Pak?" 

Di tak menjawab,hanya menatap kami dari atas ke bawah,lalu menarik lagi 

tas orang 

lain.Bagi orang Melayu,tak menjawab berarti setuju.Kami meloncat ke 

dalam bus. Bus 

meluncur keluar terminal.Klakson sana sini,berkelak-kelok tanpa 

ampun,dan tancap 

gas. Kami duduk di depan,terantuk-antuk,dan lagi-lagi tercengang,melihat 

demikian 

banyak orang menjejali bus. Lalu perasaan heran itu berubah menjadi 

takjub menyaksikan 

perkampungan kumuh diseputar Pelabuhan Tanjung Priok.Begitu dahsyat 

tenaga yang 

ada di balik kemiskinan sehingga orang mampu hidup di atas air berwarna 

hitam 

membeku,di dalam ruang-ruang kardus yang sempit,meminum air 



-[Hamalan 135 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



limbah,dan menghirup 

udara racun. 

Malam turun,Satu per satu penumpang menghilang,bus sepi.Ciputat tak 

kunjung 

sampai.Aku dan Arai yang kelelahan tertidur pulas.Jika ada yang ingin 

mengambil koper 

dan celengan kuda kami,kami tak'kan tahu.Tiba-tiba kami terperanjat. 

"Bangun-bangunlSudah sampai!"bentak seseorang. 

Aku membangunkan Arai.Kami tiba di sebuah terminal yang jauh lebih 

sepi dari 

Terminal Tanjung Priok.Sebuah jam yang ada di taman menunjukkan 

pukul 12 

malam.Rupanya bus telah berhenti lama di berbagai tempat namun kami 

tak sadar.Udara 

dingin sekali.Arai mengancingkan jasnya.Dengan menenteng koper dan 

celengan 

kuda,kami keluar terminal.Sebuah plang besar tergantung di gerbang 

terminal dan ada 

dua buah lampu neon panjang menyinari tulisan nama terminal 

itu:Terminal Bus Bogor. 

Misi pertama menemukan Terminal Ciputat gagal.Kami terdampar di 

tempat yang tak 

pernah kami rencanakan sebelumya,Bogor sama sekali asing bagi 

kami.Kami hanya 

pernah membaca di buku Himpunan Pengetahuan Umum waktu masih SD 

dulu:Bogor 

ada di Jawa Barat,penghasil talas,ada istana presiden,dan Kota 

Hujan.Hanya itu saja 

pengetahuan kami tentang Bogor.Sekarang kami terdampar di Bogor pada 

tengah 

malam.Tak tahu akan menuju ke mana.Bahkan kami tak tahu di mana 

barat,timur,utara,dan selatan. 

Kami berjalan meninggalkan Terminal Bogor tak tentu arah,terseok-seok 

menyeret koper 

yang sangat berat.Kami melangkah dengan limbung karena masih di landa 

mabuk 

laut.Pakaian rapi jali kami untuk mengunjungi ibu kota telah kusut 

masai.Jas Arai tampak 

timpang dan baju safari empat saku ayahku tak lagi licin lipatan 



-[Hamalan 136 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



setrikanya. 

Belum jauh meninggalkan Terminal Bogor,disebuah persimpangan yang 

tengahnya 

berdiri sebuah tugu yang tinggi,aku dan Arai terhenti melihat sebuah toko 

yang sangat 

indah.Kami berdua tertegun dan terkesima di depan toko itu.Tak mampu 

berkata- 

kata,Tak pernah seumur hidup kami melihat toko seindah itu.Cat 

bangunannya sangat 

memesona dan didalamnya terang benderang.Banyak sekali 

lampunya.Bermacam-macam 

lampu.Ada lampu kecil yang merambat- rambat ke sana kemari,naik turun 

berputar-putar 

sampai keluar,berkelap-kelip,seperti di rumah warga Tionghoa kampung 

kami yang 

sedang mengadakan pesta perkawinan.Di dalam toko ada balon-balon 

yang 

lucu,bertebaran menyundul-nyundul plafon yang dihiasi pita-pita 

berjuntai.Dinding 

didekorasi gambar-gambar cantik yang mendidik di sela-sela deretan 

lemari kaca berisi 

boneka-boneka.Meja yang mengilat berjejer-jejer.Toko ini telah tutup.Dari 

luar kami 

melihat para pegawai berseragam membersihkan lantai yang berkilauan 

dan mengelap 

lemari-lemari kaca.Mereka adalah anak-anak muda laki-laki dan 

perempuan yang 

rupawan.Meski pun bekerja sampai larut malam tapi mereka tersenyum 

bahagia.Segala 

penat dan pening kepala karena muntah-muntah di kapal selama enam 

hari seakan 

menguap demi melihat toko yang memukau ini.Di muka atas bangunan 

terdapat lipstang 

besar nama toko yang memesona itu:KENTUCKY FRIED CHICKEN. 

Di ambang pintu masuk ada patung seorang bapak yang gendutla 

bertongkat dan 

berkacamata.Ia juga berjas seperti Arai,bedanya ia memakai dasi kupu- 

kupu.Ia tampak 

kaya raya.Namun,patung itu tidak memiliki tekstur warna.Hanya putih 

saja,terutama pada 

bagian wajahnya.Dengan warna polos begitu,pastilah perancang patung ini 

berusaha 



-[Hamalanl37daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



menghilangkan seringai kapitalis dari wajah bapak itu. 

Aku dan Arai masih terpaku,tak mampu mengalihkan pandangan dari toko 

yang indah 

seperti istana peri ini.Akhirnya,kami duduk di pinggir jalan di atas koper 

kulit buaya 

kami,sambil tetap menggendong celengan kuda.Pikiran kami masing- 

masing 

melayang.Kami tahu Kentucky adalah nama sebuah tempat di Amerika tapi 

kami tak 

familiar dengan kata fried chicken.Mungkin karena masih dipengaruhi 

mabuk laut,maka 

kami tak menyadari bahwa fried adalah sebuah kata pasif.Aku membantah 

khayalanku 

sendiri yang menduga tempat itu peternakan bibit ayam dari 

Kentucky,atau sebuah pabrik 

pakan ayam model baru buatan USA,atau toko untuk para kolektor 

ayam.Mungkin 

saja,karena orang kota banyak yang tergila-gila pada koleksi aneh- 

aneh.Sepertinya Arai 

juga tenggelam dalam angan-angannya sendiri.Dan akhirnya ia angkat 

bicara memecah 

lima belas menit terakhir hidup kami yang lena dibius pesona sebuah toko. 

"Tahukah kau,Ikal...?"katanya pelan sambil mengancingkan jas warisan 

Taikong Hamim 

itu. 

"Ini adalah sebuah rumah makan,sebuah restoran khusus untuk orang 

kaya..." 

Oooh..,"jawabku dalam hati. 

"Untuk dapat makan,disini harus dengan perjanjian dulu,harus memesan 

nomor 

meja,paling tidak tiga hari sebelumnya!" 

Masuk akaL.Jawabku dalam hati lagi sambil menggeleng-geleng kagum 

pada toko itu. 

"Memesan nomor mejanya pun hanya bisa melalui teleponljika datang 

langsung tak'kan 

dilayani!" 

Aku mengerti ia pasti mendapat semua pengetahuan itu dari cerita 

sandiwara radio 

Singapura yang siarannya sering tembus sampai ke kampung kami. 



-[Hamalan 138 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Selesai makanjangan kau kira bisa membayar dengan uang biasa!" 

"Lalu dengan apa,Rai?" 

"Dengan kartu anggota!! 

"Kalau kukatakan padamu syarat menjadi anggota,kau akan terbelalak,Kal! 

"Jangan kau sangka gampang menjadi anggota restoran ini,Boi...Antara lain 

harus ada 

bukti sering bepergian ke luar negeri naik pesawat!" 

Aku tersentak dan terngang mendengarnya.Tak pernah sekali pun tebersit 

dalam 

pikiranku bahwa manusia modern bisa terjebak dalam suatu situasi yang 

sangat runyam 

hanya untuk mengisi perut.Suasana hening.Kami kembali terpekur 

mengontemplasikan 

satu per satu kehebatan Restoran Kentucky Fried Chicken. 

Lalu Arai menyambung dengan pelan tapi pasti/'Dan tahukah kaujkal?" 

Aku menoleh padanya,memohon informasi baru yang pasti akan 

membuatku tercengang 

lagi. 

"Pemilik restoran ini adalah Mr.Fred yang gendut itu!" 

"Ochhh..." 

Aku mengangguk takzim. 

Luar biasa.. .sungguh luar biasa. 

Dan kami pun berlalu.Menyeret lagi koper kulit buaya kami sambil 

menggendong 

celengan kuda.Tak tahu mau kemana. 

Tentu saja saat itu aku tak mengerti kalau Arai hanya sok tahu.Ia 

mengambil nama 

Mr.Fred dari Fried Chicken.Belakangan ketika aku tahu nama laki-laki 

gendut itu adalah 

Kolonel Sanders,aku jadi mendapat bahan untuk meledek Arai sepanjang 

waktu,sepanjang hidupnya malah.Namun,kini yang tertinggal untuk kami 

di tengah 

malam buta ini hanya sebaris pesan dari orangtua. 

[ Hamalan 139 dari 168 ] 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Dan hujan pun turun.Gerimis,gelap,lelah,dan dingin.Mash tak tentu 

arah,kami hanya 

melangkah saja sekenanya berpegang pada pesan orangtua untuk 

menemukan 

masjid.Nasib baiklBelum jauh dari terminal kami menemukan sebuah 

gedung dengan 

tulisan yang membuat kami senang karena di SMA Negeri Bukan Main 

kami sudah 

sering mendengarnya :Institut Pertanian Bogor(IPB].Lebih menyenangkan 

karena di 

belakangnya ada masjid. 

Esoknya dengan mudah kami menemukan kamar kos di sebuah kampung 

di belakang 

IPB.Nama kampung ini sangat istimewa:Babakan Fakultas.Mungkin karena 

dekat dengan 

berbagai fakultas di IPB. Kampung ini merupakan sebuah lembah yang 

dihuni oleh 

mahasiswa dari seluruh Indonesia,dengan jumlah yang lebih banyak dari 

penduduk asli 

setempatMaka babakan ini adalah sebuah lembah yang intelek.Kamar kos 

berdinding 

gedek bambu dan berlantai semen yang sebagian telah menjadi 

tanah.Kamar itu milik 

seorang juragan bawang di Pasar Anyar Bogor.Ketika membuka koper 

kami menemukan 

jawaban beratnya koper itu.Rupanya ibuku telah menjejelinya dengan ikan 

asin,beras,botol-botol madu,pil APC,Naspro,obat cacing Askomin,pompa 

sepeda,rupa- 

rupa bumbu dapur,bahkan lumpang dan alunya. 

Sungguh menyenangkan tinggal di Babakan Fakultas. Baru pertama kali 

aku melihat 

kehidupan mahasiswa.Apalagi mereka adalah mahasiswa IPB,mahasiswa- 

mahasiswa 

pintar yang bermutu tinggi.Di masjid atau warung mereka bicara tentang 

ujian,rencana 

penelitian,bimbingan skripsi,dan praktikum.Ketika mereka bicara tentang 

kalkulus,kultur 

jaringan,teori peluang,dan mekanika rinduku membuncah akan bangku 

sekolah.Di 

babakan Fakultas aku kembali merasa seperti anggota garda depan.Aku 

dan Arai tergoda 

pada setiao kata-kata ilmu mereka,namun kami sadar belum waktunya 



-[Hamalan 140 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kami bergabung 

dengan civitas academica.Saat ini kami hanya memiliki dua tas kulit 

buaya.sedikit uang 

untuk bertahan hidup,dan dua celengan kuda.Tapi walaupun terbatas 

keadaan kami,kami 

yakin dapat kuliah.Sekarang satu per satu saja dulu,yaitu bagaimana agar 

segera dapat 

pekerjaan,berpenghasilan,dan dapat makan tiga kali sehari. 

Dan hari-hari berikutnya adalah malam-malam tak bisa tidur dan tak enak 

makan waktu 

menemukan koran-koran merah yang memuat warta dan gambar 

penggorokan,perampokan,dan pemerkosaan di sana sini yang hampir 

setiap hari terjadi di 

kota.Demikian semaraknya kriminalitas di BogorJakarta,atau 

Tangerang.Seakan kota- 

kota ini akan menjadi kota mati jika sehari saja tidak terjadi tindak 

kejahatan.Namun,anehnya lambat laun menjadi terbiasa.bahkan ketika 

nenek-nenek 

dirampok,dicabuli,dan dibunuh,aku telah menjadi seperti orang 

kebanyakamsekali 

menarik napas panjang,semenit kemudian bahkan lupa inisial nenek itu.Ini 

adalah 

kemorosotan paling besar yang kutemukan dalam diriku dengan hidup di 

kota. 

Kami tak peduli mungkin karena panik akan keadaan kami 

sendiri.Berbulan-bulan di 

Bogor,berbekal selembar ijazah SMA,kami tak kunjung mendapatkan 

pekerjaan,Berbulan-bulan di Bogor,berbekal selembar ijazah SMA,kami tak 

kunjumg 

mendapatkan pekerjaan.Bahkan hanya sekedar ingin menjadi penjaga toko 

susahnya 

minta ampun.Pada bulan keempat,dengan sangat terpaksa kami 

memecahkan celengan 

kuda Sumbawa dan sandel itu.Tebersit perasaan bersalahku pada 

Jimbron.Tapi apa boleh 

buat,melamar kerja pun perlu biaya.Jika masih begini,napas kami tinggap 

tiga bulan di 

Jawa.Aku teringat pesan mualim untuk kembali ke Tanjung Priok pada 

bulan Juli jika 

Jawa tak bersimpati pada nasib kami.Dan bulan Juli masih tujuh bulan 

lagi,berarti selama 

empat bulan kami harus berhibernasi seperti hewan pengerat marmot 



-[Hamalanl41daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



yang hidup di 

Pegunungan Alpen ketika musim salju.Hidup hanya dari cadangan lemak 

dalam tubuh 

mereka.Sayangnya kami terlalu kurus. 

Beruntung pada bulan kelima kami mendapat pekerjaan yang 

istimewa.Karena sang 

juragan memberi kami baju seragam yang elok:Sepatu hitam(walaupun 

plastik yang 

mengilat tapi bisa dibuat semakin bagus jika disemir dengan air].,celana 

panjang 

hitam,baju putih lengan panjang,dan dasilSeutas dasi yang dipakai dengan 

cara 

direkatkan.Setiap pagi kami di-drop di berbagai perumahan kelas 

menengah di Bogor,lalu 

kami mengetuk pintu demi pintu untuk menjual wajan teflon serta 

berbagai peralatan 

dapur.Manis sekali konsep pekerjaan ini tapi pelaksanaannya,bagiku dan 

Arai,susah 

bukan main.jauh lebih susah dari memikul ikan.Masalahnya door to door 

salesman 

adalah suatu profesi yang menuntut keahlian berdagang tatap muka 

dengan dukungan 

komunikasi komersial tingkat tinggi.Dulang,laut,danau,dan urat-urat 

timah,dengan hal- 

hal semacam itulah watak kami terbangun.Kami tak memiliki secuil pun 

kualifikasi 

negosiasi dagang.Sebulan penuh kami tak mampu menjual sebilah sendok 

pun.Maka 

berdasarkan perjanjian yang telah diteken.di atas materai,kami harus 

bersedia dipecat 

sebab wan prestasi. 

Lalu kami mendapat pekerjaan di pabrik tali.Pabrik ini memproduksi rupa- 

rupa tali mulai 

dari jalinanrami yang tak mungkin putus dengan diameter hampir setenga 

meter dan biasa 

dimanfaatkan untuk menambat kapal dengan bobot mati lima ribu ton 

sampai tali favorit 

para penggantung diri:nylon plastik berdiameter 30 milimeter,dapat 

menahan bobot,plus 

momentum hentakan,ketika kursi ditendang,sampai seratus lima puluh 

kilo.Sayangnya 

pabrik harus tutup sebab bangkrut.Keadaan kami semakin 



-[Hamalan 142 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kritis.Beruntung lagi,ketika 

uang kami hanya cukup untuk makan dua hari lagi,seorang tetangga kos 

mengajak kami 

bekerja di kios fotokopinya di IPB.Hidup bersambung lagi. 

Kami berdiri dari pagi sampai malam di depan mesin fotokopi yang 

panas.Sinarnya yang 

menyilaukan menusik mata,membiaskan pengetahuan botani,fisiologi 

tumbuhan,genetika,statiska,dan matematika di muka kami.Lipatan aksara 

ilmu pada 

kertas-kertas yang tajam mengiris kemari kami,menyayat hati kami yang 

bercita-cita 

besar ingin melanjutkan sekolah.kami kelelahan ditumpuki buku-buku 

tebal dari 

mahasiswa baru tingkat persiapan sampai profesor yang akan pensiun 

dalam euforia 

akademika yang sedikit pun tak dapat kemi sentuh.Pekerjaan fotokopi 

menimbulkan 

perasaan sakit nun jauh di dalam hati kami. 

Suatu hari aku dan Arai tertawa terbahak-bahak ketika kami memfotokopi 

sebuah 

brosur.Rupanya ada sebuah seminar hebat dengan tema ilmiah yang 

sangat 

bombastis:MEMBONGKAR KEPALSUAN ETIKA PATRIARKAL:UPAYA 

KULTURAL UNTUK MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT 

PEREMPUAN 

DARI DOMINASI LAKI-LAKI. 

Di dalam brosur itu ada tulisan keynote speaker: Pengamat dan pembela 

harkat dan 

martabat wanita.Di bawah kalimat itu ada sang keynote speaker.Rupanya 

foto diambil 

ketika sang pembela tengah berpidato di sebuah seminar yang juga 

bertema pembelaan 

harkat wanita.Dalam foto itu,tangannya mengepal ke udara seperti orang 

meneriakkan 

merdekalMulutnya berapi-api,matanya menyala-nyala.Ia hobi sekali 

membuatseminar 

semacam ini.Kami terkesiap karena kami mengenal dengan baik sang 

pembela harkat 

ini.Ia tak lain adalah wanita yang menggendong anjing pudel,tak 

berpakaian apa-apa 

kecuali dua carik kecil merah,di bioskop kecoak waktu kami SMA dulu. 

Sungguh menakjubkan bagaimana orang bisa memutarbalikkan citranya.Ia 



-[Hamalan 143 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



yang sama 

sekali tak pandai berakting,dan di sepanjang film murahan itu tampak jelas 

sutradara tak 

mengalami kesulitan sedikit pun untuk memintanya melucuti 

bajunya,lenggak-lenggok di 

tempat jemuran cucian dengan hanya memakai dua carik tali-temali untuk 

menutupi 

kehormatannya yang terakhir,tak ragu sedikit pun merendahkan harkat 

dan martabatnya 

sendiri,kini ia berubah menjadi pejuang harkat perempuan.Kami ikut 

senang ingin 

mengucapkan selamat untuknya.Seperti Nasio,Marmo,dkk.yang dikirim 

pemerintah ke 

Belitong sebagai transmingran dan kemudian bermetamorfosis menjadi 

kuli 

serabutan,wanita carik merah itu pun rupanya telah pula 

bermetamorfosis,telah tobat 

lebih tepatnya.Kini rambutnya dipotong pendek seperti wanita yang 

banyak 

menghabiskan waktu untuk berpikir dan ia sering memakai kacamata 

minus persegi 

panjang agar tampak terpelajar.Yang membuat kami tertawa terbahak- 

bahak adala karena 

teringat bagaimana kami memerankan tokoh-tokoh dalam film bejat itu 

waktu dihukum 

Pak Mustar. 

"Auuuufff...auuuuuffffh...auuuuuuuuuuufffhhhhhhh/ ; lolong Arai. 

Waktu itu masih pagi,fotokopi"Kang Emod"tempat kami bekerja,sepi 

karena mahasiswa 

sedang libur,pekan teduh menghadapi ujian. 

"Mang,dua puluh kalo ya,bolak-balikperintah seorang ibu muda.Ia baru 

saja turun dari 

sebuah mobil dinas berwarna taxi orange. 

Amboi,aku suka melihat gayanya.Gayanya itu karena bajunya.Baju 

seragam bagi orang 

yang menyediakan diri untuk berlelah-lelah,berkotor-kotor,tak segan 

turun langsung ke 

lapangan,membereskan segala hal.Bahannya drill biru muda yang 



-[ Hamalan 144 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



tebal.Dingin jika 

dipakai.Ada dua saku model kemeja lelaki dan satu saku kecil untuk 

pulpen di lengan 

atasnya.Di atas saku kanannya ada gambar burung merpati dan tulisan 

POS dan GIRO. 

Yang difotokopi adalah pengumuman penerimaan pegawai baru di Kantor 

Pos Bogor. 

"Kalau berminat,boleh saja melamar.../'kata ibu itu,Ia meninggalkan 

sebuah copy 

untukku. 

Minat adalah kata yang tidak relevan untuk situasiku dan Arai.Karena agar 

dapat 

bertahan hidup,selama masih halal,kami sudah sampai tahap rela 

mengerjakan hal yang 

paling tidak kami minati sekalipun.Possibility,sesuai dengan filosofi 

Capo,adalah kata 

yang lebih tepat untuk kami,yaitu kemungkinan yang harus kami lihat 

mengingat 

berbagai keterbatasan atau mungkin kelebihannya yang kami miliki.Kami 

melamar dan 

Arai gagal pada tes kesehatan.Itu membuatku cemas karena ada yang tak 

beres dengan 

paru-parunya.Sedangkan aku,ketika tes terakhir berupa tes fisik lomba 

lari,langsung 

yakin akan diterima. 

Arai kembali memfotokopi dan aku,beserta puluha calon pegawai 

pos,dinaikkan ke 

sebuah truk berwarna hijau,digdandang ke Pusat Pendidikan 

Perhubungan Angkatan 

Darat di Cimahi.Lalu seseorang mengunduli aku,menyuruhku berguling- 

guling di air 

bekas cucian mobil,menyuruhku push up,merayap,dan lompat 

kodok.Mereka juga 

melarangku berjalan lebih dari lima langkah,harus berlari.Setiap bangun 

subuh aku 

berlari,tengah hari sebelum makan berlari lagi,sepanjang sore berlari,dan 

tak boleh tidur 

jika belum berlari.Aku menjadi kurus tapi keras berisi,hitam legam seperti 

aspal.Sebulan 

penuh aku menjalani pendidikan dasar militer agar nanti di Jawatan Pos 



-[ Hamalan 145 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



dapat disiplin 
melayani masyarakat. 



-[ Hamalan 146 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Mozaik 17 
Wewenang Ilmiah 

Selama pengalamanku bekerja,sejak dua SMP,menjadi pegawai Pos adalah 

puncak 

karierku.Meskipun hanya sebagai tukang sortir,dan ini tak kusukai,tapi 

aku adalah 

seorang pegawai jawatan!Tahukah,Kawan,artinya itu?Itu artinya aku 

adalah seorang 

amtenarlSeorang KomislSusah kupejamkan mataku malam-malam 

memikirkan 

kehebatan lompatan karierku dari kuli ngambat beberapa bulan yang lalu 

sekarangjadi 

amtenar yang berangkat kerja dengan baju seragam. 

Mandorku:Odji Dahroji,asli Citayam Bogor,sangatpenuh:perhatian.Pria 

yang sudah dua 

puluh tujuh tahun menjadi Ketua Ekspedisi ini memiliki perawakan tinggi 

besar.Sangar.Rambutnya lurus kaku,wajahnya keras,dan kumisnya 

baplang.Jalannya 

tegap seperti Khrushchev.Memang penampilan yang diperlukan untuk 

mengendalikan 

ratusan pengantar pos.Tapi senyumnya manis sekali dan tak dinyana 

suaranya 

kemayu,halus lembut seperti putri keraton.Ia tak jemu-jemu memompa 

semangatku.Hari 

ini para tukang sortir,petugas pos keliling desa,dan para pengantar pos 

bersepeda 

dikumpulkannya. 

"Juru sortir.. ./'katany berlogat Sunda Bogor,seperti ibu guru di depan anak 

SD.Untuk 

membesarkan hatiku,ia memakai kata juru bukan tukang. 

"Adalah tugas yang penting,pentiiiiing...pisan.Surat panggilan kerja,surat 

cinta,surat 

gadai,pokona mah sagala macem surat euy,aya di meja sortir... 

"Masa depan orang ada di tangan ente,Kang..." 

Para pengantar pos memandangku penuh hormat. 

"Juru sortir theaa...,"puji mereka hampir serentak. 



-[Hamalan 147 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Ya,bermacam-macam surat ada di atas meja sortirku.Ribuan surat 

bertumpuk-tumpuk 

setiap hari.Namun,setiap kali kantong pos dicurahkan au selalu berdoa 

dengan pedih 

semoga ada surat dari Arai untukku.Arai tak meninggalkan alamat dan tak 

pernah 

memberi kabar.Aku mencari informasi tentang sahabatnya di pabrik tali 

dulu tapi laki- 

laki itu hanya seorang perantau dari Kalimantan yang tak jelas 

identitasnya.Aku 

kehilangan jejak Arai. 

Ibu mengirimku surat mengatakan bahwa Arai sesekali mengirimi ibuku 

surat bahkan 

wesel,cap posnya dari Kalimantan,tapi ia tak memberi alamatnya.Pesan 

ayahku pada 

surat ibuku agar aku mencari Arai semakin 

merisaukanku.Sebenarnya,pernah aku 

dikirimi Arai surat tapi ia juga tidak memberi alamatnya.Aku mengerti Arai 

sering 

merahasiakan sesuatu karena senang memberi kejutan,aku juga paham 

kalau ia terobsesi 

untuk hidup mandiri dengan caranya sendiri,tapi setidaknya ia memberi 

tahu ada di 

mana,Aku sedih dan kehabisan cara menghubungi Arai.Aku tak tahu 

kemana rimbahnya 

Arai. 

Yang menghiburku hanya jika menyortir aku menemukan surat dan wesel 

dari Belitong 

untuk beberapa mahasiswa Belitong di IPB.Seiring mereka datang ke 

kantor pos jika 

bermasalah dengan KTP sehingga susah mencairkan wesel.Maka dengan 

sebuah cap 

karet berukiran nama dan nomor induk pegawaiku,aku memberi otorisasi 

di belakang 

wesel itu:DIKENAL PRIBADI.Bangga minta ampun aku dengan privelege 

sebagai 

pegawai pos itu,selain senang dapat memberi bantuan kecil untuk rekan 

sekampung.Tapi 

kesenangan ini pun tak berlangsung lama,sebab sejak awal 1990-an PN 

Timah 

lumpuh.Aku prihatin melihat uang wesel mahasiswa yang berangsur turun 

setiap 



-[Hamalan 148 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



bulan.Anak-anak cerdas itu megap-megap.Beberapa orang diantaranya 

malah tak lagi 

datang weselnya. 

Tahun berikutnya aku diterima di UI.Aku mengatur jadwal shift menyortir 

surat sesuai 

dengan kesibukan kuliah.Aku merindukan Arai setiap hari dan ingin 

kukirimkan kabar 

padanya bahwa jika ia kembali ke Bogor ia dapat kuliah karena aku telah 

berpenghasilan 

tetap.Walaupun sangat pas-pasan tapi jika ia juga bekerja part time,aku 

yakin kami dapat 

sama-sama membiayai kuliah kami. 

Di UI Depok aku sempat bertemu dengan seorang wanita cantik.Waktu itu 

aku sedang 

melintasi kerasak dan pepohonan karetAku memotong jalan menuju 

Fakultas Ekonomi 

melewati jalur sutra sebab di jalur itu bertaburan mahasiswi FISIP. 

"Ikal!Ikal!"panggilnya 

Aku menoleh dan terkejutMana mungkin Wan azizah 

mengenalku?Mustahil Kate 

Winslet memakai kerudunglKetika melihatku tadi ia sedang tertawa-tawa 

dengan 

temannya,pria dan wanita,yang semua hal dalam diri mereka 

menunjukkan kemasakinian 

dan setiap kata yang meluncur dari mulut mereka adalah informasi yang 

ter-update dalam 

hitungan menit.Dari dua kualitas itu,aku tahu kelompok manusia itu 

adalah mahasiswa 

jurusan komunikasi,administrasi niaga,dan teknik informatika.Ia 

mendekat dan 

lagu"When I Fall in Love menyelinap di telingaku. 

Hatiku berbisik,Zakiah Nurmala binti Berahim Matarum... 

Aku senang berjumpa Nurmala apalagi sekarang ia berjilbab.Bagiku jilbab 

adalah piagam 

kemenangan gilang-gemilang,kemenangan terbesar bagi seorang 

perempuan Islam atas 

dirinya,atas imannya,dan atas dunia. 

"Apa kabarmu,Ikal?Apa kabar ayahmu?" 

Nurmala tetap ramah. 

"Aku kuliah di Fisip/'katanya. 



-[Hamalan 149 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Dan rupanya ia juga telah masuk barisan wanita-wanita cerdas yang 

semlohai di FISIP 

Ul.Sesuatu yang bagiku seperti pengejawantahan makhlukyang asing dan 

jauh.Kami 

berbincang-bincang.Menyenangkan sekali bertemu sahabat lama.Apalagi 

ia banyak 

membawa berita dari kampung karena ia sering pulang.Dan mendengar 

kisahnya,aku 

terpuruk. 

"PN Timah sudah kolaps,puluhan ribu orang di PHK." 

Apa yang akan orang-orang di pulau kecil itu lakukan?Tanahnya kurang 

cocok untuk 

pertanian.Hasil laut terbatas,Sayangnya,aku dan Nurmala harus 

berpisah.Kami bertukar 

alamat dan diam-diam aku senang ia tak sedikit pun menanyakan Arai 

karena aku tak 

tahu bagaimana harus menjawab.Zakiah Nurmala binti Berahim Matarum 

tetap 

indifferent pada Arai,dan aku respek bukan buatan pada 

konsistensinya.Tapi aku 

keliru.Ia telah berjalan menjauhiku ketika ia berbalik. 

"Aii,Ikal,bagaimana beritanya Arai?" 

Dan detik itu juga.Di situ,tak jauh dariku,di wajahnya jelas kutangkap 

sebersit kilatan 

yang aneh.Jelas sekali, walau hanya sedetik.Maka aku memberanikan diri 

bertanya/'Rindukah rupanya?" 

Pipi perempuan cantik itu memerah. 

"Halltu katamulBukan katakulAku hanya menanyakan kabarnya..." 

"Ray Charles. ..ke manakah Rai Charles itu? 

Ia tersenyum malu-malu.Aku terus menggodanya. 

7 Can't stop Loving You ,pheeww...benarkah ada yang seperti itujkal?" 

"Benar,kalau yang mengatakannya Arai..." 

"Kalau Arai,mengapa rupanya?" 

Integritas/'jawabu. 



-[Hamalan 150 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"So now,Arai,a man if integrity.. ../'kata-katanya mengambang di udara.Jelas 

ia ingin aku 

mengobral informasi lebih banyak soal Arai. 

"Dan dia loyal." 

Aku sengaja membuat Nurmala penasaran.Kupanas-panasi 

dia,"Oughh,integritas dan 

loyalitaslW^at can I expect more from a man?" 

" Arai,gitu?772e most eligible bachelor in the whole wor/d/Begitukah 
maksudmujkal?" 

Nurmala frustasi karena kelelahan melawan harga dirinya untuk tidak 

nyata-nyata 

menanyakan Arai. 

Ia terkurung dalam kepongahannya.Dan aku semakin 

menyengsarakannya. 

"Ingin kusampaikan salammu untuk Arai?" 

"Aha halltu maumulBukan MaukulAku hanya menanyakan kabarnya!" 

Nurmala terus menyangkal walaupun matanya penuh ragu.Dan kau tak 

salah dengan 

kesan satu detik yang kutangkap tadi.Sekarang wajah Nurmala kaku sarat 

penderitaan 

karena ingin sekali tahu kabar Arai dan karena ego yang mulai tercabik- 

cabikTapi 

semuanya dapat ia kendalikan dengan bersembunyi di balik tembok tebal 

gengsinya,yang 

justru semakin membuatnya menderita.WomenlSekarang aku mengerti 

mengapa 

Sigmund Freud tak dapat memahami keinginan wanita meskipun telah 

melakukan 

penelitian tentang wanita selama tiga puluh tahun,semuanya karenaa 

wanita sendiri 

sering tak tahu apa keinginannya. 

"Kalau aku jumpa Arai,nanti kusampaikan kau menanyakan kabarnya,oke? 

Nurmala menjadi genit,"Oke,tapi jangan bilang ada salam dari gue." 



-[Hamalanl51daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Gue?Anak Melayu bilang gue.Sungguh besar tuntutan pergaulan.Beberapa 

orang sampai 

harus kehilangan identitas. 

"Dibayar berapa loe ama Arai buat jadi Public relation-nya begitu? 

Ah,ah,aku senang pembicaraan seperti dalam buku pop literature 

ini.Barangkali setelah 

ini ia akan menanyakan:Arai sudah punya pacar blom?Atau kapan elo 

terakhir ketemu 

doski? 

Dan perutku melilit. 



"Kapan sih elo ketemu doi lagi?" 






Waktu yang pandai menipu demikian cepat berlalu.Tak terasa aku telah 

menyelesaikan 

kuliahku.Sekarang aku merasa memiliki tenaga baru untuk menemukan 

potongan- 

potongan mozaik nasibku.Pekerjaan sortir dan hidupku secara 

keseluruhan mulai 

kurasakan sepi tantangannya.Aku ingin menghadapisuatu kesulitan yang 

membuatky 

terus berkembang,aku ingin menjadi bagian dari sesuatu yang penting dan 

besar.Aku 

berpikir untuk meninggalkan pekerjaan sortir dan kembali 

mengekstrapolasikan kurva 

semangatku yang terus menanjak. 

Aku baru saja lulus kuliah,masih sebagai plonco fresh graduate,ketika 

membaca sebuah 

pengumuman beasiswa strata dua yang diberika Uni Eropa kepada 

sarjana-sarjana 

Indonesia."Possibility!"kata Capo,maka tak sedikit pun kulewatkan 

kesempatan.Aku 

belajar jungkir balik untuk bersaing memperebutkan beasiswa itu.Setelah 

melalui 

berbagai tes yang panjang,aku sampai pada wawancara akhir yang 

menentukan.Pewawancaraku adalah seorang mantan menteri,seorang 

profesor yang 

kondang kecerdasannya.Ia masih aktfi mengajar di program pascasarjana 



-[Hamalan 152 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Universitas 

Indonesia dan menjadi dosen luar biasa di Harvard Business School.Di 

mejanya tergelar 

daftar riwayat hidup(CV]dan proposal penelitianku. 

Profesor itu tampak tertekan batinnya waktu melihat CV-ku.Ia seakan tak 

rela melihatku 

sampai pada tingkat akhir tes beasiswa ini.Aku maklum dengan sikapnya 

itu sebab 

beberapa hari ini ia sudah membaca CV begitu banyak sarjana cemerlang 

tamatan 

universitas-universitas top negeri in,bahkan mereka yang menamatkan 

sarjananya di luar 

negeri.Dalam riwayat hidup mereka tentu tercantum pengalaman 

riset,riwayat kerja di 

kantor konsultan,karier sebagai manager di perusahaan 

multinasional,publikasi buku- 

buku berbobot,dan penghargaan ilmiah dari dalam dan luar negeri.Maka 

melihat CV- 

ku,yang berdasarkan saran seorang sahabat harus dibuat sedetail 

mungkin,ia mengucek 

matanya berkali-kali saat membaca pengalaman kerjaku:salesman alat-alat 

dapur,karyawan kontrak di pabrik tali,tukang fotokopi,dan juru sortir.Ia 

tak berminat 

sama sekali,kening geniusnya berkerut-kerutla malas menyentuh CV-ku. 

Namun,kawan,saat wajah yang ditutupi kacamata persegi empat 

berbingkai titan yang 

mahal itu menoleh barang sepuluh derajat ke arah pukul tiga,ke 

permukaan proposal 

risetku,satu per satu kerutan di dahinya terurai.Lalu keningnya jadi 

padat,licin bersinar- 

sinar serupa buah pear shandong.Di balik lensa minus yang tebal kulihat 

bola matanya 

berdenyut-denyut membaca kata demi kata dalam proposalku 

itu.Kepalanya menoleh 

cepat ke kiri kanan karena membaca cepat dan wajahnya kaku.Hidung 

mancung yang 

terpelajar itu mengendus-endus persisi dubuk mencium air kencing 

wilayah kuasa 

landak.Mulutnya komat kamitja melungsurkan bingkai kacamatanya ke 

tengah batang 

hidungnya karena ingin melihatku langsung.Teriakannya tercekat dalam 

dua biji 



-[Hamalan 153 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



jakunnya yang bergerak-gerak turun naik seperti sempoa. 

"Maksudmu transfer pricing!???" 

Aku tak sempat menjawab karena ia melompat dari tempat 

duduknya.Bergegas ke 

arahku,berdiri tegak lurus tepat di depan hidungku,menatapku nanar tak 

percaya.Kali ini 

ia tak menahan teriaknya.Suaranya kencang sekali sampai ke ruangan 

sebelah. 

"Maksudmy semua bagan ini adalah model transfer pricing!!???" 

Aku terpana karena antusiasme profesor ini.Aku menjawab 
pelan/'iya,Pak..." 

Dan ia merepet panjang,keras,dan cepat seperti rentetan peluru,:Short 

term 

equilibrium! !!?Mengukur IRR dengan katalisator output range! !??Apa itu 

output 

range??Apa itu!!Lalu,ini apa! Profitability map!!??" 

Aku tak sempat meresponnya karena ia seperti orang kesurupan. 

Short term equilibrium!??astaga mengapa aku tak pernah berpikir ke 
sana! !??Short term 

equilibrium untuk model transfer pricing??! !Luar biasa!!Luar biasa!! 
"Siapa kau ini,Anak Muda?? 

"Terus,terus,bagaimana matematikanya??Nah,ini,ini,bagaimana ini?" 

Ia dilanda histeria.Dadanya turun naik.Ia seperti menemukan sesuatu yang 

telah demikian 

lama ia cari.Dibolak-baliknya lima halaman proposal risetku dengan 

dengan cepat sampai 

kertas-kertas itu lecek tak keruan.Ia kembali berteriak/'Sadarkah kau,Anak 

Muda!!??Modelmu ini berpotensi untuk menjadi teori baru dalam ilmu 

ekonomi mikro!!" 

Ektase seorang ilmuwan meluap-luap dalam diri profesor tua ini.Ia 

mengaduk-aduk 

rambut putihnya. 

"Masya Allah! !Sudah bertahun-tahun aku mendalami transfer 

pricing,mengapa logika ini 

tak pernah terpikir olehku??" 

Ia tersenyum riang penuh semangat,hilir mudik seperti bebekla 

mengenggam propsolku 



-[ Hamalan 154 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



seumpama sebuah temuan ilmiah yang penting. 

"Bagus sekali!!Tak ada lagi orang yang dapat membuat teori baru dalam 

ilmu ekonomi 

mikro setelah Fisher,Edgeworth,dan Antonelli,dan tahukah engkau,Anak 

Muda??Itu 

sudah terjadi hampir dua ratus tahun yang lalu.Tak berlebihan 

kukatakanjika semua 

hipotesismu ini dapat dibuktikanjika semua premis dan asumsimu 

valid,maka risetmu ini 

bisa memenangkan penghargaan ilmuiah!!" 

Aku merinding mendengarnya.Tapi tak mungkin profesor ini membual. 

"Luar biasa!!Karyawan kontrak pabrik tali!!ledaknya. 

Aku tenggelam dalam euforia intelektual sang profesor.Kawan,bukan 

bermaksud 

sombong.Begini,sebenarnya apa yang kulakukan berangkat dari ide yang 

sederhana 

saja,aku hanya membuat model untuk menemukan metode yang paling pas 

untuk 

menentukan harga produk telekomunikasi,tarif SLJJ 

misalnya.Nah,penentuan tarif 

telekomunikasi selalu menemui kesulitan karena sifat-sifat alamiah dari 

bisnis 

telekomunikasi itu sendiri,yaitu jasanya sampai kepada konsumen sering 

harus melalui 

banyak operator telekomunikasi yang populer disebut interkoneksi,dan 

telekomunikasi 

merupakan usaha jasa yang sulit ditentukan struktur biaya 

operasinya.Penentuan harga 

produk untuk bisnis yang interkonektif seperti telekomunikasi disebut 

transfer 

pricing.Transfer pricing merupakan salah satu topik paling runyam dalam 

teori maupun 

praktik ekonomi mikro. Kesulitan ini dialami pula industri telekomunikasi 

sehingga jika 

operator menentukan suatu tarif selalu terjadi perselisihan antara 

konsumen,legislatif,dan 

operator. 

"Impressive! IBagaimana kau bisa mencapai ide baru seperti ini,Salesman 

perabot dapur 

dari pintu ke pintu?Jika semuanya berjalan sesuai rencana,perusahaan- 



-[ Hamalan 155 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



perusahaan 

telekomunikasi itu tidak bisa lagi menjual kucing di dalam 

karung!!Ha...ha...setuju,Anak 

Muda??" 

Profesor yakin akan hal itu sebab model transfer procong-ku dapat 

mengobservasi apakah 

operator menetapkan tarif interkoneksi yang terlalu tinggi atau terlalu 

rendah sesama 

operator,atau apakah suatu tarif terlalu tinggi bagi konsumen sehingga 

operator dapat di 

dugunakan konsumen untuk mengadvokasi tarif.Profesor mengguncang- 

guncang 

bahuku.Wajahnya cerah,bahagia sekali.Ia yang jauh lebih mengerti dariku 

soal transfer 

pricing mampu melihat kemungkinan yang luas,kemungkinan aplikasi 

modelku pada 

seluruh bisnis interkonektif,tidak hanya telekomunikasi. 

Dan sekarang ia ragu-raguja menatapku dari rambutku bergaya kuno,baju 

seragam lusuh 

posku yang bergamabar burung merpati,celana baggy kampungan yang 

dipakai orang 

rabun mode berbadan pendek,sampai ke tali sepatu bata putihk yang 

kepanjangan. 

"Kau yakin dapat melakukan riset inijuru Sortir?"tanyanya prihatin."Kau 

tahu,kan??magnitude riset ini luar biasa,overwhelming!!Di dalamnya akan 

ada 

pengumpulan data yang luas,studi regulasi,kajian tekonologi yang 

rumit,dan yang akan 

memecahkan kepalamu karena modelmu merupakan model 

multivariat,maka akan 

terlibat matematika dinamik yang sangat runyam!Ah,manis sekali!!" 

Tak ada alasan bagiku untuk tersinggung karena aku sadar betul materi 

riset yang 

kumasuki,Pembuktian seluruh hipotesis dari model rancanganku ini 

ditujukan untuk 

menemukan teori baru,maka ia tidak boleh hanya sekadar pembuktian 

melalui 

simulasi,tapi harus dibuktikan melalui teorema matematika,matematika 

dinamik pula. 

Tapi aku tak'kan surut,Tokoh-tokoh hebat telah mempersiapkanku untuk 

situasi ini.Bu 

Muslimah guru SD-ku yang telah mengajariku agar tak takut pada 



-[ Hamalan 156 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kesulitan apa 

pun,ayahku dengan senyum lebutnya yang membakar jiwaku,Pak Balia 

yang 

menunjukkan padaku indahnya penjelajahan ilmu,dan Arai yang 

mengingatkanku agar 

tak mendahului nasib. 

"Karena itu,aku harus dapat beasiswa ini,pak,agar aku menjadi pintar dan 

mempu 

melakukan risetku." 

Profesor itu tersenyum. 

"Seandainya hanya keputusanku,kau pasti dapatkan beasiswa bergengsi 

inilTapi kau 

tahu,Anak Muda,dewan pengujilah yang menentukan." 

Suaranya lirih penuh harap tapi tiba-tiba ia terperanjat,"Ah!Gara-gara 

proposalmu aku 

sampai lupa,kau harus juga di interview oleh penyandang dana.Hati-hati 

menjawab. Nasib 

beasiswamu di tangannya.Tunggu sebentar." 

Profesor itu meraih telepon Panasonic multifungsi di 

sampingnya,menghidupkan 

speaker-nya dan memutar nomor dengan kode negara Belgia.Ia berbicara 

dengan seorang 

madame berlogat Irlandia. 

'Dr.Michaella Woodward ingin mewawancaraimu.Bicara yang efektif,dia 

sedang 

sibuk!!"Profesor menyerahkan gagang telepon padaku. 

"Hel o... hello. ..helloooo/'suara di sana putus-putus dan tak sabar.Aku agak 

tegang,baru 

kali ini aku ditelepon seseorang dari luar negeri.Seorang doktor ekonomi 

pula,pejabat 

Uni Eropa pula. 

Hello. .. hello, ./'jawabku tertahan,gugup. 

"Hello. ..!!"suara di Belgia tergesa-gesa. 

"Ha,Mr.Hirata..." 

"Maam..." 

"Hmm...hm..mmm..." 



-[Hamalan 157 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



"Oke,Mr.Hirata!Apa pendapat Anda soal penyakit sapi gila??!!" 

Aku terpana,Penyakit sapi gila?Sungguh pertanyaan yang tak 

kuduga.Kupikir ia akan 

bertanya tentang manfaat risetku nanti bagi kemaslahatan umat manusia 

di negara miskin 

yang senang sekali berutang ini.Aku tergagap-gagap,kehilangan kata- 

kata.Aku hanya 

menjawab/'Hmmm....hmmm..mmmm...'' 

"Oooppss,maafkan aku,Mr.Hirata,aku terlalu langsung,Begini...Uni Eropa 

sedang 

bingung menghadapi penyakit sapi gila ini.Kebijakan eksterminasi dengan 

memusnahkan 

sapi gila sangat mengganggu keseimbangan ekonomi Eropa Barat,tapi jika 

penyakit itu 

menjadi epidemik yang memengaruhi kesehatan manusia sungguh 

merupakan risiko yang 

sangat mahal.Misalkan Anda seorang pembuat kebijakan disini,bagaimana 

kiranya 

tindakan Anda?" 

Aku kehilangan kata-kata.Karena ia tahu bidangku ekonomi,tentu ia 

menginginkan suatu 

tindakan yang mengandung perspektif ekonomi.Tapi persoalan sapi gila 

ini ada dalam 

area ekonomi makro,sesuatu yang tak banyak kutahu.Ingin aku 

mengarang-ngarang 

menghubungkan endemik sapi gila dengan persoalan pengangguran dan 

sedikir teori 

kurva Angel,tapi yang kuhadapi adalah doktor ekonomi pejabat tinggi Uni 

Eropa.Sedikit 

saja aku keliru,dia akan langsung tahu kalau aku mengada-ada. 

"Bagaimana,Mr.Hirata??" 

Ia mendesak dan aku gugup,tak tahu harus menjawab apa.Tiba-tiba 

dengan gerakan 

diam-diam seperti bajing,sang profesor melompat tangkas ke 

depanku,tangannya 

disembelih-sembelihkannya ke lehernya sendiri,lidahnya menjulur-julur 

lucu. 

Aku mengerti maksudnya,aku berteriak,"/fi// them allMaam yes,kill all the 

mad cows..." 



-[Hamalanl58daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



Profesor mengacungkan dua jempolnya padaku. 

Dr Woodward terdiam.Di kantornya yang mungkin berhiaskan lukisan 

Rembrand di 

Belgia sana ia terpaku mendengar pendapat seorang sarjana ekonomi bau 

kencur dari 

sebuah negara miskin.CraklDr.Woodward membanting telepon. 

Profesor terkekeh-kekeh di samping aku yang bengong. 

"Jangan hiraukan dia,Anak Muda." 

Profesor mengakhiri wawancaranya denganku. 

Tunggu saja pengumumannya.Dewan penguji akan mengambil keputusan 

dalam 

sebulan.Ada seratus lima puluh orang yang sampai pada interview akhir 

ini.Dan kau tahu 

sendiri hanya lima belas orang yang akan mendapatkan beasiswa 

itu.Seratus lima puluh 

orang itu sudah disaring dari ribuan pelamar. 

"Rencana risetmu memang bagus tapi seratus lima puluh orang ini 

sungguh hebat- 

hebat.Mereka juga memiliki rencana riset yang luar biasa.Yan kucemaskan 

adalah 

profesimu.Biasanya orang Barat hanya tertarik memberi beasiswa kepada 

mereka yang 

profesinya berkontribusi besar dalam 

masyarakat:dosen,peneliti,konsultan,pekerja 

LSM,jurnalis,tokoh-tokoh pemuda,kader-kader partai politik,manager,atau 

para seniman 

berbakat.Tak pernah aku tahu beasiswa diberikan pada tukang sortir." 

Profesor mengantarku ke pintu keluar. 

"Persoalan lainnya,kalaupun kau lulus,adalah mencari universitas yang 

ingin menerima 

risetmu.ini bukan persoalan mudah karena risetmu sangat 

spesifik.Universitas itu harus 

memiliki ekonom mikro yang mengerti bisnis telekomunikasi untuk 

menjadi 

supervisormu.Uni Eropa beranggotakan puluhan negara Eropa.Dalam satu 

negara,paling 

tidak ada dua puluh perguruan tinggi,kami akan mencari satu di antara 



-[Hamalan 159 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



ratusan universitas 

yang cocok untukmu,tapi itu pun kalau kau mendapatkan beasiswa ini." 

Aku mengucapkan terimah kasih dan memohon diri. 

"Good luck,Young Man/'kata profesor yang sangat mengesankan itu. 

Aku berjalan santai melewati sebuah koridor dengan pintu berbaris di 

pinggir kiri 

kanannya.ini adalah gedung dimana pembangunan nasional republik ini 

direncanakan.Di 

balik pintu-pintu itu para intelektual muda yang bersaing ketat 

memenangkan beasiswa 

beradu argumen dengan para profesor penguji.Mereka berusaha 

meyakinkan penguji 

bahwa mereka pantas diberi beasiswa.Suara mereka kadang-kadang 

terlempar keluar.Dan 

di depan sebuah ruangan aku tertegun,langkahku terhenti karena aku 

mendengar suara 

yang samar tapi kukenal. 

"...Teori evolusi sebenarnya sudah bangkrut,Pak. . 

"...Teori itu tak lebih dari sebuah ilusL.penipuan 

arkeologi... superficial., .berdasarkan 

kebetulan??" 

Aku terperangah menyimak kata-kata yang timbul tenggelam. 

"...Risetku ini adalah riset biologi dengan spektif religi,Pak... 

"... Di dalamnya aku akan mengoreksi pandangan tentang bentuk-bentuk 

repsentatifyang 

menyesatka dari Darwin." 

Suara itu nyaring,kering,tak enak didengar.Pada setiap untaian kata yang 

pecah.aku 

semakin yakin. 

"...Tidak hanya berdasarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an tentang proses 

penciptaan,tapi aku 

juga akan mengemukakan argumentasi hebat dari kalangan Kristen 

Victoria..." 

Itu,untaian kata-kata itu,adalah suara ArailPasti ArailDan aku semakin 

yakin ketika 

kudengar argumentasi dahsyatnya. 

"...Harun Yahya memiliki wewenang ilmiah untuk menjustifikasi teori-teori 



-[Hamalan 160 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



yang 

dibualkan para evolusionis!!" 

Hatiku bergetar.Gagang pintu berputar.Aku tahu pasti Arai ada disitu. 

"Halo,Boi...,"sapanya lembut. 

"Simpai Keramat. ." 

Kami berpelukan.betapa aku merindukan sepupu jauhku ini.Seseorang 

yang sering 

kubenci tapi selalu kuanggap sebagai pahlawan.Arai jelas tampak lebih 

dewasa.Sinar 

mata nakal yang iseng itu tak berubah.Tapi wana kulitnya terang. 

"Aku bekerja dalam ruangan di Kalimantan,:katanya"Menggosok batu akik 

di pabrik 

jewelry." 

Dan sekarang ia tampan.Hidung yang dulu mengumpul di tengah wajahnya 

dan kening 

yang menonjol kini tertarik ke bawah mengikuti mukan yang tumbuh 

lonjong.Ia kuliah di 

Universitas Mulawarmanjurusan Biologi,lulus cum laude.Jika mengenal 

Arai,tidak aneh 

sebenarnya bahwa ia tahu aku akan melamar beasiswa ini,dan telah 

melihatku ketika 

pelamar beasiswa tumplekbelk di stadion saat seleksi awal.Diam-diam ia 

kos di Jakarta 

dan memang berniat menemuiku saat wawancara akhir ini.Itulah 

Arai,seniman kehidupan 

sehari-hari.Aku mengundurkan diri dari Kantor Pos Bogor.Aku dan Arai 

untuk pertama 

kalinya pulan kampung ke Belitong.Kami telah memenuhi tantangan guru 

Sdku,Bu 

Muslimah,dan pak Mustar,yaitu baru pulang setelah jadi sarjana.Aku 

bangga mengenang 

kami mampu menyelesaikan kuliah di Jawa tanpa pernah mendapat 

kiriman selembar pun 

wesel.Kami menitipkan alamat rumah ibuku pada sekretariat pengurus 

beasiswa agar 

dapat mengirimkan hasil tes kami ke sana. 



-[Hamalan 161 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



-[Hamalanl62daril68]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



Mozaik 18 
Episiklus 



Aku dan Arai menyergapnya ketika ia sedang memasukkan anaknya ke 

dalam keranjang 

besi yang dibuat khusu agar dapat dicantolkan pada setang 

sepeda.Begitulah cara orang 

Melayu membawa anaknya naik sepeda.Keranjang Besi itu biasa dibuatkan 

oleh orang 

bengkel las PN Timah.Setelah anaknya berusia lima tahun,karena sudah 

beratjika 

bersepeda orantua Melayu memasukkan anaknya dalam keranjang 

pempang.Keranjang 

pempang dibuat dari rotan dan didudukkan mengangkangi tempat duduk 

di belakang 

sepeda. 

Ia terkejut bukan main.Dan jika terkejut,kata-katanya tertelan,"Ka...ka. .ka.. 

ka..ka.. !!" 

Tentu saja aku tahu maksudnya. 
"Baru kemarin,Bron!!" 
"Na...na... na...na...na.. " 
"BINTANG LAUT SELATAN!!" 

Usianya bertambah tapi wajahnya tetap anak-anak.Tubuhnya makin 

lebar.Aku tak dapat 

bernapas waktu ia memelukku. 

"Su..su. .su. .su. .su. . su.. . su.. ." 

"Maksudnya sudah selesai sekolah?"lanngsung kusambut. 

"Sudah,cum laude!!"teriakku bangga menunjuk Arai. 

Mendengar itujimbron serta-merta meraih anaknya dari keranjang besi.Ia 

mengangkat 

anak laki-laki dua tahun itu tinggi-tinggi sambil berteriak-teriak 

girang.Anak laki-lakinya 

yang gendut putih,memakai topi rajutan dengan bandul lucu berwarna- 

warni,tertawa 

senang diputar-putarkan ayahnya di udara.Ibu anak itu juga tersenyum 

manis,senyum 

manis Laksmi memang sudah terkenal.Kami berkunjung ke rumah 

Jimbron,yaitu los 



-[Hamalan 163 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



kontrakan kami dulu yang sedikit diperluas.Ia masih bekerja di peternakan 

Capo dan tak 

melepaskan tiga gambar di dinding los kontrakan itu:Jim 

Morrison,Laksmi,dan Kak 

Rhoma. 

Lewat tengah malam aku berjalan sendiri menelusuri jalan-jalan sempit di 

Pasar 

Magai.menjumpai sahabat-sahabat lama:episcia liar di pinggir-pinggir 

parit dan airnya 

yang mati,selempang sinar lampu jalan kuning yang menyelinap-nyelinap 

di punggung 

pohon-pohon bantan,di bibir atap-atap sirap rumah mantri candu,di bahu 

jalan yang 

sepi,dan di keranjang sayur yang bertumpuk-tumpuk di beranda Toko 

Sinar Harapan. 

Betapa ajaib tenaga cinta pertama,Senyum A Ling masih semerbak di 

relung-relung 

dadaku sama seperti ketika aku berdiri di depan toko itu,terpaku 

melihatnya mengintipku 

dari balik tirai yang terbuat dari keong-keong kecil,tujuh tahun yang 

lalu.Fragmen A 

Ling dan desa cantik khayalan Edensor rupanya tak labur dalam 

pikiranku,setidaknya 

sang waktu tak berdaya menyamarkannya. 

Aku beranjak ke dermaga.Cendawan gelap berbentuk seperti lembu 

menghalangi 

bulan,tapi tak lama,lalu sinar rembulan terjun ke teluk-teluk sempit yang 

dialiri anak- 

anak Sungai Manggar,berebutan menjangkau-jangkau 

muara,menggabungkan diri dengan 

lengkung putih perak Semananjung Ayah.Semenanjung yang tenang 

memendam seribu 

cerita.Tak jauh dari sana,berbaris rumah-rumah sementara orang-orang 

berkerudung,karena rumah mereka sesungguhnya adalah 

perahu.Mereka,manusia yang 

jatuh hati pada laut,Wanita-wanitanya keras tapi cantik,pandai melantun 

ayat-ayat 

suci,pria-prianya santun,selalu merayu dengan kata manisku.... 

Rembulan benderang dan kundengar satu teriakan:"Magai...!!" 

Teriakan nakhoda.Lalu berbelok halus belasan bentuk-bentuk 
ramping,lentik berseni 



-[ Hamalan 164 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



seakan jemari penari,dengan layar yang layu dikatupkan.Katir-katir 

nelayan pulang 

melaut.Tenang berduyun-duyun seumpama kawanan anai-anai,merapat ke 

dermaga 

disambut hiruk pikuk kuli ngambat.Kuli-kuli itu berlari menginjak 

lumput,menerabas laut 

yang dangkal,mencokok ujung katir,menariknya ke darat,dan 

mengosongkan isinya. 

Aku seakan melihat diriku sendiri,Arai dan Jimbron,sempoyongan 

memikul puluhan kilo 

ikan dari perahu menuju stanplatTiga tahun penuh kami melakukan 

pekerjaan paling 

kasar di dermaga itu.Menahan kantuk,lelah dan dingin dengan meraupi 

seluruh tubuh 

kami dengan kehangatan mimpi-mimpi.Betapa kami adalah para 

pemberani,para patriot 

nasib. Dengan kaki tenggelam di dalam lumpur sampai ke lutut sampai ke 

lutut kami yak 

surut menggantungkan cita-cita di bulamingin sekolah ke Prancis,ingin 

menginjakkan 

kaki-kaki miskin kami di atas altar suci Almamater Sorbonne,ingin 

menjelajahi Eropa 

sampai ke Afrika. 

Aku masih seekor pungguk buta dan mimpi-mimpi itu masih 

rembulan,namun 

sebenderang rembulan dini hari ini,mimpi-mimpi itu masih bercahaya 

dalam dadaku.Tak 

pernah lekang syair-syair Pak Baliajuga ketika ia mengutip puisi "Belle de 

Paris"yang 

ditulis ratusan tahun lampau oleh Eustache Deschamps: 

Tak ada satu pun kota lain dapat menyamainya 

Tak ada yang sebanding dengan Pahs 

Berbulan-bulan aku dan Arai berdebar-debar menunggu keputusan 

penguji 

beasiswa.Lima belas orang dari ribuan pelamar adalah peluang yang amat 

sempit.Kalaupun kami lulus,peluang aku dan Arai mendapatkan satu 

universitas yang 

sama di antara ratusan universitas di Uni Eropa yang tersebar mulai dari 

tepi paling barat 

Skotlandia sampai ke pinggir paling timur,yaitu universitas di negara- 

negara bagian di 

Rusiajuga kecil.Di sisi lain kami merasa pengumuman beasiswa ini sangat 



-[ Hamalan 165 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



penting untuk 

menentukan arah kami selanjutnya.Setiap hari kami waswas menunggu 

surat dari Tuan 

Pos. 

Akhirnya,petang ini... 

Tuan Pos!"kata ibuku. 

Ayahku yang sedang menyiangi pekarangan menghambur ke pinggir jalan 

mengambil 

surat dari Tuan Pos.Beliau menyerahkannya padaku dan Arai.Kami 

memutuskan untuk 

membuka surat-surat itu setelah salah magrib.Usai magrib ayah dan ibuku 

langsung 

duduk di kursi depan meja makan kami.Kutahu ayahky gugup tapi beliau 

berusaha 

setenang mungkin.Ibuku tak dapat menyembunyikan kegelisahannya. 

Petang yang sunyi dan menegangkan.Arau mengambil bingkai plastik foto 

hitam ayah 

dan ibunya.Ia menyingkir ke ruang tamu.Ia duduk di kursi malas ayahku.Di 

bawah 

bendangan lampu yang temaram.Ia tak langsung membuka 

suratnya.Dibekapnya surat 

dan bingkai foto ayah-ibunya. 

Aku beranjak membawa suratku dan duduk di tangga rumah panggung 

kami.Ayah-ibuku 

mengikutiku lalu duduk di kiri kananku.Aku tak sanggup membuka surat 

itu maka 

kuserahkan pada ibuku,Ayahku menunggu dengan gugup.aku 

memalingkan muka.Ibuku 

membuka surat itu pelan-pelan dan membacanya.Beliau tercenung lalu 

mengangkat 

wajahnya,memandang jauh,matanya berkaca-kaca.Detik itu aku langsung 

tahu bahwa aku 

lulus.Ayahku tersenyum bangga.Aku terbelalak ketika membaca nama 

universitas yang 

menerimaku/'Alhamdulillah/'kata ayah-ibuku berulang-ulang.Ayahku 

merengkuh 

pundakku.Tangan kulinya yang hitam,tua,dan kasar melingkari 

leherku.Sejak dulu ia 

mendaftarkanku masuk kelas satu di SD Muhammadiyah,senyum bangga 

itu tak pernah 

terhapus dari wajahnya.Kini aku mengerti sepenuhnya arti senyum 

ayahku: Bahwa sejak 



-[ Hamalan 166 dari 168 ]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



dulu,sejak aku masih sekolah di SD miskin Muhammadiyah,ia telah yakin 

suatu hari aku 

akan mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi.Ia tak pernah sekalipun 

berhenti meyakini 

anaknya.Namun,kami terhenyak karena dari ruang tamu,kami mendengar 

samar-samar 

suara isakan. 

Kami bangkit menuju ruang tamu.Dari ambang pintu kami melihat wajah 

Arai sembab 

berurai air mata.Ia membekap erat bingkai foto ayah-ibunya dan surat 

keputusan 

beasiswa itu.Iamenatap kami penuh perasaan perih dan 

kerinduan.Kerinduan pada Ayah- 

ibunya.Seumur hidupku tak pernah melihat Arai menangis,tak pernah 

melihatnya 

demikian sedih.Air matanya berjatuhan membasahi bingkai plastik foto 

hitam putih ayah- 

ibunya,membasahi kertas tebal mengilat yang dipegangnya bergetar- 

getar.Kami masih 

berdiri mematung di ambang pintu ketika ia mengatakan dengan lirih/'Aku 

lulus..." 

Dadaku sesak menahankan rasa melihat wajah Arai.jelas sekali 

keinginannya untuk 

memberitahukan kelulusan itu pada ayah-ibunya,pada seluruh keluarga 

dekatnya.Apalah 

daya sang Simpai Keramat ini.Ia sebatang kara dalam garis 

keluarganya.Hanya tinggal ia 

sendiri.Pada siapa akan ia beri tahukan,akan ia rayakan dalam hari dan 

gembira berkah 

yang sangat besar ini.Isakan tangisnya semakin keras.Aku memandangnya 

dengan pilu 

dan kembali teringat pada anak kecil yang mengapit karung 

kecampang,berbaju seperti 

perca dengan kancing tak lengkap,berdiri sendirian di depan gubuknya,di 

tengah ladang 

tabu yang tak terurus,cemas menunggu harapan menjemputnya.Ayahku 

menghampiri 

Arai.Arai menangis sesenggukan memeluk ayahku. 

Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat 

dalam surat 

keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang.Hari ini seluruh 

ilmu umat 



-[Hamalan 167 dari 168]- 



Andrea Hirata - Sang Pemimpi 



l 



manusia menjadi seitik air di atas samudra pengetahuan Allah.Hari ini 

Nabi Musa 

membelah Laut Merah dengan tongkatnya,dan miliaran bintang-gemintang 

yang berputar 

dengan eksentrik yang bersilangan,membentuk lingkaran episiklus yang 

mengelilingi 

miliaran siklus yang lebih besar,berlapis-lapis tak terhingga di luar 

jangkauan akal 

manusia.Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur 

tangan 

Allah.Sedikit saja satu dari miliaran episiklus itu keluar dari orbitnya,maka 

dalam 

hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah.Hanya 

itu kalimat yang 

dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur 

potongan-potongan Mozaik hidupku dan Arai,demikian indahnya Tuhan 

bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami,telah menyimak 

harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama 

universitas yang menerimanya,sams dengan universitas yang 

menerimaku,di sana jelas tertulis :Univesite de Paris,Sorbonne,Prancis. 



Tamat 



-[Hamalan 168 dari 168]-